13. Sella kenapa?

260 24 1
                                    

Keadaan kelas kini sudah sangat kacau. Apalagi setelah Roni selaku Ketua Kelas mengumumkan kalau hari ini guru-guru akan melaksanakan rapat hingga pukul 10.00 nanti. Pantas saja sekarang kelas sudah nampak seperti kapal pecah.

Dari bangku barisan terdepan sampai terbelakang, semuanya kosong tak berpenghuni. Mungkin hanya ada beberapa siswa yang diam di kelas, sisanya sudah berhamburan entah kemana.

Sedatangnya Ajeng ke kelas, ia melihat kedua sahabatnya tengah asik berghibah seperti biasanya.

Tunggu dulu.

Mungkin lebih tepatnya mantan sahabat.

"Nah abis git-." Sella yang awalnya sangat berisik, seketika menjadi bungkam, tak bersuara setelah melihat sosok Ajeng yang baru memasuki kelasnya.

"Gimana? Cepetan lanjutin! Jangan ngegantung gitu dong." Sella tak menghiraukan ucapan Caca. Sella hanya menatap sebentar wajah Ajeng, kemudian berlalu pergi keluar kelas.

"Woy Sell lo mau kemana? Lanjutin dulu ghibahannya!" Ucap Caca setengah berteriak, kemudian segera mungkin mengejarnya Sella.

"Gue nyamperin Sella dulu ya Jeng." Ucap Caca sebelum melesat keluar kelas. Ajeng hanya menganggukan kepala pelan, namun matanya tak berani menatap mantan sahabatnya itu.

"Maafin gue Ca, ini semua salah gue."

🌻🌻🌻

"Sell lo kenapa?" Caca menepuk pelan bahu Sella, kemudian merangkulnya.

"Gue gapapa."

"Gapapa nya cewek tuh, pasti ada tanda tanya nya."

"Kenapa? Kalo ada masalah tuh cerita."

Bukannya menjawab pertanyaan, Sella malah langsung memeluk erat tubuh Caca.

"Lo kenapa sih Sell?" Caca menepuk-nepuk pelan punggung Sella.

"Gue laper Ca." Rasanya Caca ingin mengumpat detik itu juga. Jadi cewek bisa segitu badmood nya, hanya karena lapar?

"Sianjir, laper aja ribet." Sella hanya tertawa hambar saja, karena memang kenyataannya bukan karena lapar saja yang membuat posisinya menjadi seperti ini.

"Tungguin bentar, gue mau ambil duit dulu di tas." Ucap Caca kemudian secepat kilat masuk ke dalam kelas, ia tidak ingin membuat singa semakin meraung, bahaya jika tiba-tiba ia diterkam.

Ketika sudah mengambil uangnya, Caca teringat dengan sahabatnya yang lain, Ajeng. Kemudian ia kembali lagi masuk ke dalam kelas, hendak mengajaknya juga ke kantin.

"Jeng, kantin gak?" Tanya Caca setelah menghampiri Ajeng di bangkunya.

"Gu-." Belum juga Ajeng menuntaskan kalimatnya, Sella langsung menyela ucapannya.

"Udah ayo cepetan Ca, gue laper." Timpal Sella, langsung menarik tangan Caca tanpa memperdulikan jawaban Ajeng.

"Gue tau lo belum bisa maafin gue. Lo pasti masih marah banget sama gue. Gue paham Sell, tapi gue harap kesalahpahaman ini cepat berakhir." Batin Ajeng lirih.

🌻🌻🌻

Sejak sampai di kantin Sella hanya menundukan kepalanya, menahan segala amarahnya.

Saat ini tidak ada yang bisa Sella perbuat. Ingin marah pun rasanya percuma. Mungkin diam adalah cara terbaik yang bisa dilakukannya saat ini.

"Lo kenapa pake acara narik gue segala sih Sell? Si Ajeng kan mau ke kantin juga, eh malah ditinggal. Orang biasanya juga ba-." Ucapan Caca terpotong saat makanan yang dipesannya sudah diantar ke mejanya.

"Neng Caca nyerocos mulu, udah laper ya? Ini pesanannya." Mbah Inem terkekeh melihat ekspresi Caca yang menutup mulutnya karena malu.

"Iya nih bah, kayaknya cacing diperutnya udah pada demo tuh." Ucap Sella meladeni candaan Mbah Inem. Kemudian menyuapkan kerupuk secara paksa ke mulut Caca. "Biar mingkem." Mbah Inem hanya terkekeh melihat tingkah mereka berdua.

"Yaudah Mbah balik lagi ya, lagi rame nih. Selamat makan." Pamit Mbah Inem.

"Makasih banyak Mbah." Ucap Sella sambil menampakan senyumnya, kemudian Mbah Inem kembali ke warung mie ayamnya.

"Gue belom beres ngomong padahal, untung sayang Mbah." Ucap Caca sambil menuangkan satu sendok sambal.

"Udah berisik, nyerocos mulu lo Ca, cepet makan ntar keburu bel." Perintah Sella tanpa memedulikan pertanyaan Caca sebelumnya.

"Untung ada Mbah Inem, selamet gue."

"Bukannya jawab dulu pertanyaan gue." Sindir Caca pelan, tapi masih dapat terdengar jelas oleh Sella.

Sella yang enggan membalas pertanyaan yang dilontarkan sahabatnya itu hanya memutar bola matanya malas.

"Jawab dulu." Bukan Caca namanya jika tidak pemaksa seperti ini. Caca tak akan pernah menyerah hingga pertanyaan yang ia tanyakan mendapat sebuah jawaban.

"Gue lagi males aja." Jawab Sella setelah membuang nafas secara kasar.

"Lo lagi badmood apa kenapa? Gak mungkin lo tiba-tiba kayak gini, cuman gara-gara laper doang, gue bukan bocah yang bisa lo tipu Sell." Caca semakin bingung dengan tingkah sahabatnya, tak biasanya sahabatnya ini menjadi sangat pendiam, dan cuek seperti ini. Kecuali jika sedang ada masalah, atau ada sesuatu yang sedang ia tutupi.

Jika sudah begini, Sella lah yang bingung harus menjawab setiap pertanyaan Caca itu dengan alasan apa lagi. Ia sangat sulit dibohongi. Cepat atau lambat masalah ini pasti akan segera diketahui olehnya.

"Nanti juga lo paham."

🌻🌻🌻

Ajeng POV

Sesak rasanya ketika sahabat sendiri tidak mau mempercayainya lagi. Ini hanya sebuah kesalahpahaman, tapi karena kesalahpahaman inilah persahabatan mereka sekarang berada diambang perpecahan. Niat baiknya ternyata malah menjadi bencana buruk bagi dirinya sendiri.

Posisinya saat ini sangat sulit. Ketika ia harus memilih untuk menutupi rahasia Varo, atau malah membongkarnya dihadapan kedua sahabatnya. Ia tidak mau mengambil resiko yang lebih besar lagi. Karena sekarang nasib Varo dan kedua sahabatnya ada pada keputusannya.

"Gue harus cari solusi, sebelum masalah ini bertambah buruk."

Terlintas sebuah nama dipikirannya. Kemudian ia mengambil ponselnya dan membuka aplikasi whatsapp. Dicarinya kontak yang bernama Cacing Alaska, lalu segera meneleponnya.

"Gue butuh bantuan lo, Al." Baru saja gue mengatakan kalimat tersebut, seperti seorang pesulap, Al menebaknya tepat sasaran.

"Sella?" Tebaknya.

"Gue jemput lo sekarang, kita beresin semuanya hari ini juga." Lanjutnya, kemudian langsung menutup sambungan teleponnya.

🌻🌻🌻

~To Be continue~

Don't forget to voment gaes♡
See you next part♡

Friendzone? [H I A T U S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang