21. Physical Distancing

303 21 8
                                    

Caca termenung diambang pintu kamarnya, matanya menatap seisi kamar namun pikirannya kosong melayang entah kemana.

Ucapan Varo seakan terus berputar dipikiran Caca layaknya melodi lagu yang menyakitkan.

"Ca gue minta tolong sama lo, kalo lo gak suka sama gue, lo jangan ngasih harapan ke gue,"

"Gue mau move on dari lo, Ca,"

Apa yang salah dari dirinya? Apakah Caca terlalu memberi harapan pada Varo?

Caca menghempaskan tubuhnya di sofa, "lo harus mulai jaga jarak dan jaga hati sama Varo, Ca!" ucapnya bermonolog. Sepertinya mulai hari ini Caca harus mulai membiasakan diri untuk 'Physical Distancing' sekaligus jaga hati dengan Varo.

Yang perlu Caca lakukan kali ini adalah memperbaiki dahulu moodnya yang sempat kacau oleh Varo. "Gue harus kelihatan baik-baik aja, lo pasti bisa, Ca!" Caca berusaha untuk membangkitkan kembali semangatnya. Pasti akan membutuhkan waktu yang lumayan cukup lama untuk menyembuhkan hati yang terluka, meski sebenarnya Caca tidak tahu mengapa hatinya terasa sangat sakit mendengar ucapan Varo.

🌻🌻🌻

Matahari kini sedang terik-teriknya menyorot para siswa siswi SMA Cempaka yang sedang melaksanakan kegiatan upacara. Sudah hampir 15 menit amanat diucapkan oleh sang guru, namun sepertinya ucapan itu hanya menjadi angin lalu saja bagi siswanya, sungguh terlalu.

Entah ada hidayah dari mana, baru kali ini seorang Clara Natalia mendengarkan amanat dengan saksama, fokus, dan tidak terdiskriminasi oleh teman-teman setannya.

"Lama banget woy! Hareudang nih asdfckjg," umpat Sella, suaranya sangat pelan sekali namun terdengar jelas ditelinga Caca karena Sella ada dibarisan belakangnya.

"Berisik setan! Lo kalo mau ngumpat jangan pas kuping gue dong," kesal Caca namun matanya masih tetap fokus menatap sang guru yang tengah memberikan amanat.

"Ngegas mulu lo kek sodaranya setan," balas Sella tak mau kalah. Manusia yang satu ini memang gampang sekali tersulut emosi, dasar selang aer.

"Lo setannya! Dahlah gue mau nyimak lagi," Sepetinya Caca memang sedang tidak ingin mencari ribut dengan Sella. Padahal biasanya Caca pasti akan meladeninya sampai dirinya menang.

Sella berdecak kesal, "Ck, si Caca kenapa sih, Jeng?" tanya Sella pada Ajeng yang berbaris dibelakangnya."

"Cuman ada dua kemungkinan, Sell,"

"Apaan?" tanya Sella sangat antusias.

"Antara lagi pms sama lagi kesambet," Keduanya seketika langsung tertawa terbahak, sepertinya mereka tidak menyadari posisinya saat ini sedang berada dimana. Dan benar saja sejurus kemudian ada guru yang menghampiri mereka berdua, "kalian berdua, ikut saya!" ucapnya tegas.

"Rezeki anaknya ibu Nindy dan bapak Aryo, baru kali ini gue gak menderita bareng mereka," batin Caca. Sepertinya jika tidak sedang upacara, detik itu juga Caca akan sujud bersyukur.

Setelah selesai upacara tadi Caca masuk ke kelasnya seorang diri, karena sekarang kedua sahabatnya sedang menjalani hukuman untuk membersihkan halaman sekolah.

"Cie yang abis dihukum," sindir Caca pada kedua sahabatnya yang baru saja memasuki kelas.

"Kesel gue sama lo, Ca," ucap Sella sambil membanting topi yang sedari tadi ia pakai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Friendzone? [H I A T U S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang