10. Rumah pohon

309 27 0
                                    

Hari berganti. Rute yang sama, ulangi lagi. Begitu seterusnya.

Dipagi yang cerah ini Caca kembali melakukan aktivitasnya. Namun kali ini wajahnya tidak sedikit pun menampilkan senyuman.

"Bosen sekolah mulu, capek iya pinter kagak." Gumam Caca, seraya menuruni anak tangga.

"Kalo bosen nikah aja sana." Timpal seseorang sambil merangkul Caca.

"Dih lo aja kali yang nikah duluan."

"Masa gue ngeduluin. Lo kan lebih tua dari gue." Lanjut Caca. Dan langsung mendapat geplakan halus dipipinya.

"Ehiya gue lupa bang."

"Apa?" Tanya bang Iki cuek.

"Mana ada yang mau sama lo. Ketek lo bau jengkol." Ucap Caca, langsung kabur kearah meja makan."

"Kurang asem." Kesal bang Iki. Bisa-bisanya Caca berkata seperti itu. padahal emang jarang mandi sih. Biar hemat air katanya.

"Abang mau ngapain?" Tanya mama Nindy yang melihat bang Iki sudah duduk manis di meja makan.

"Mau makan lah ma."

"Mandi dulu sana, baunya nyenget banget. Gakuat." Semua orang yang dimeja makan pun lantas tertawa.

"Huhh Mama sama aja." Timpal bang Iki sambil bertopang dagu, memelaskan wajahnya.

"Gitu aja esmosi." Ucap Mama Nindy sambil mengelus rambut anak lelaki satu-satunya itu.

"Udah udah, jangan banyak drama ayo kita sarapan. Papa udah laper gais." Lerai Papa Aryo yang nampak sudah sangat kelaparan.

🌻🌻🌻

Caca kembali lagi melakukan aktivitanya di sekolah. Belajar, belajar, dan belajar. Kadang juga diselipi ghibah-an.

Ketika Caca masuk kedalam kelasnya. Nampak terlihat ada sebuah coklat batangan bermerek silverqueen yang sudah tersimpan diatas mejanya.

Dibawah coklat itu terdapat sebuah kertas note berukuran sedang yang bertuliskan. "Sorry, i'm sorry." Yang nampak cukup besar tulisannya.

"Ini coklat beneran buat gue atau coklat salah alamat ya?" Tanya Caca pada dirinya sendiri.

"Itu beneran buat lo Ca." Jawab Varo. Yang entah sejak kapan sudah duduk manis dikursi belakangnya.

"Lo tau ini dari siapa Va?" Tanya Caca bingung.

"Taulah, malah gue sendiri yang belinya." Jawab Varo dengan santainya.

"What? Ini dari lo?"

"Gak suka? Yaudah sini balikin?!" Pinta Varo sambil menjulurkan tangannya.

"Gabisa gitu dong. Kan udah pindah hak milik." Varo hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Caca. Rasanya lucu sekali melihat sifat kekanak-kanakan Caca.

"Dasar bocah." Ucap Varo sambil mengacak rambut Caca.

"Ishh berantakan rambut gue! Lagian lo ngapain minta maaf sama gue sih?" Tanya Caca bingung. Setaunya Varo belum berbuat salah padanya belakangan ini. Malah hubungan mereka semakin baik, dalam pertemanan.

"Pengen aja." Jawab Varo seadanya.

"Gajelas!"

Friendzone? [H I A T U S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang