Sofia & Ananta

28 4 0
                                    

"Apa? Bulan depan lo dilamar?."

Suara cempreng khas perempuan itu berhasil menghentikan seluruh aktivitas mahasiswa-mahasiswi di kelas.

Adinda dan kehebohannya memang sangat sulit dikendalikan.

"Siapa yang mau dilamar?." Tanya Marsel, sang ketua angkatan, yang entah sejak kapan berada diantara dua perempuan yang sedang berbincang menghebohkan satu kelas itu.

"Siapa? Elo, Din? Kayaknya nggak mungkin sih, siapa juga yang mau sama lo. Wah, Elo ya, Sof?." Sambungnya mengintimidasi.

"Sembarangan aja lo bilang gue gak ada yang mau! Kaca mana kaca? Ngaca sono!." Geram Adinda.

"Udah ya ributnya ditunda, gua lagi pusing nih." Seseorang yang menjadi topik awal dari pembahasan akhirnya membuka suara.

Sofia, ia lah yang menjadi alasan dibalik terkejutnya satu kelas. Ia lah penyebab awal Adinda dan Marsel beradu mulut. Siapa yang akan dilamar? Tentu saja dia, Sofia.

"Elo mau lamaran ya, Sof?" Selidik Marsel.

"Eng.."

"Assalamualaikum," Suara bariton seorang pria yang masuk ke dalam kelas menghentikan perdebatan mereka di pagi hari. Kedatangan Pak Ashif, membuat semua mahasiswa mengambil tempat duduknya masing-masing, bersiap mengikuti perkuliahan.

Sebagian dari mereka masih memikirkan tentang perbincangan tadi. Seorang Sofia akan dilamar? Lalu siapa calonnya?. Sofia adalah mahasiswi yang cukup dikenal di kalangan mahasiswa seprogram studi, bahkan sefakultas mungkin?. Ia terkenal dengan keaktifannya, kecerewetannya, juga keramahannya. Dan satu lagi, followers instagramnya pun mencapai ratusan ribu, meskipun begitu ia tidak pernah sombong.

"Heh, terus lo gimana?." Bisik Adinda, yang bersikeras tetap membahas kenyataan yang mengagetkannya.

"Ya gitu, entah kenapa ya gue ngerasa nggak yakin aja." Ungkap Sofia, yang mengerti arah pembahasan sahabatnya.

"Lo nggak suka sama dia?."

"Siapa sih yang nggak suka sama cowok kayak dia, pinter, jago ngaji, agamanya bagus. Cuma ya, sampai istikharah ketiga ini gue belum dapet jawaban." Terangnya panjang lebar.

"Saran gue, coba lo lebih giat lagi istikharah. Pas istikharah lo jangan condong sama salah satu pilihan."

"Iya, gue bakal coba kok. Thanks ya, Din."

Adinda hanya tersenyum tulus dibangkunya.

Begitulah Sofia dan Adinda, dua gadis yang bersahabat sejak SMA. Keduanya terkenal dengan kehebohan dan kecerewetannya. Hanya saja mereka berbeda dalam beberapa hal, dalam hal kecerdasan memang Sofia yang lebih unggul.

***

"Mah, kunci mobil mana?." Teriak remaja laki-laki memasuki rumah yang sangat besar dan mewah bak istana di negeri dongeng.

"Kamu kok udah dirumah? Kamu bolos ya?." Tuduh seorang perempuan paruh baya yang dipanggilnya Mamah.

"Mamah tuh suudzon mulu deh sama anaknya. Ini kan uji coba try out terakhir, Mah. Jadi pulang pagi lah. Lagian ngapain juga Ananta bolos pulang kerumah." Terangnya.

"Ya kamu kan kebiasaan, kalo nggak tawuran ya bolos."

"Udah ah, Mah. Kunci mobil mana?."

"Di laci kamar Mamah,"
"Eh kamu mau kemana? Jangan dibuat balapan lagi mobil Mamah."

Sayangnya, anak semata wayangnya itu tak menghiraukannya, ia bergegas menuju kamar Sang Mama untuk mengambil kunci mobil.

"Ya udah, Mah. Ananta pergi dulu." Teriaknya keluar dari rumah setelah mendapatkan barang yang dicari.

"Ananta Ananta, kapan sih kamu nggak bikin Mamah pusing?." Gumamnya memijit pelipis.

Ananta dan kebandelannya sudah bukan lagi rahasia publik.

Bukan Ananta jika tak berulah. Sudah berkali-kali Sang Mama mendapat surat panggilan, entah karena kasus tawuran, bolos, ataupun berkelahi di sekolah. Mungkin kalian bertanya kenapa ia tidak dikeluarkan dari sekolah? Tentu saja karena orang tuanya salah satu pemegang saham di sekolah. Mungkin terdengar tidak adil, tapi begitulah adanya.









Assalamualaikum

Vote dan komen ya biar aku semangat nulis cerita abal-abalku ini 😅


Untuk SofiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang