The Persistence of Memory

349 38 0
                                    

Kalo bohong bisa dapet uang, orang gak ada yang jatuh miskin.




Gue lembur malam ini karena besok pagi-pagi gue eh maksudnya pak Radit dan gue ada perjalanan dinas mendadak . Jadi ya harus mempersiapkan semuanya dengan benar. kaya janji gue kemarin gitu

Sudah selesai memesan tiket dan kamar hotel . Gue langsung menyusun agenda perjalanan dinas ke Sumba.

"Gimana semuanya udah beres?" Tanya Pak Radit. Kata Lara dibiasain manggil bos itu pake 'pak' jangan 'mas'.

"Sudah pak. saya juga sudah memesan tiket dan kamar hotel. Karena pesawat take off jam 9.30. Sebaiknya bapak berangkat jam 9 dari rumah untuk berjaga-jaga jika ada kemacetan saat perjalanan. Dan untuk penginapan saya memesan di Padadita yang kebetulan tidak terlalu jauh dari lokasi proyek kita pak. Kita akan menginap di sana paling cepat 3 malam pak." sambil memberikan rincian laporan kepadanya.

"Besok pagi kamu ke rumah saya jam setengah 8." Ucapnya sambil membuka jas hitam miliknya.

"Maaf pak?" Bingung gue .

"Loh memangnya kamu gak mau prepare barang bawaan saya?" Menatap gue tajam sambil membuka kancing pergelangan kemeja putihnya dan melipatnya sampai ke siku.

"Oh iya baik pak. Saya akan mempersiapkan apa yang bapak butuhkan selama di Sumba nanti."

"Oke. Kamu bisa pulang sekarang." Dan kali ini usirnya sambil meregangkan dasi miliknya lalu membuka kancing atas kemejanya.

Untung aku cewek baik-baik ya kan. kalo engga udah aku- ups ngga boleh dilanjutkan ya penonton ini kan bukan cerita dewasa.

"Baik pak. Bapak tidak pulang?"

Basa-basi doang sebenarnya sih. Mana peduli gue, dia mau pulang atau enggak.

"Saya masih ada urusan disini." Ucapnya sambil melihat jam di tangannya.

"Bapak mau saya bantu selesaikan? Besok bapak ada perjalanan dinas akan tidak bagus jika bapak kelelahan dan tidur terlalu malam." Beneran ini cuman basa-basi aja kok.

"Bantu? Emangnya kamu bisa apa, sampai mau bantu pekerjaan saya."

Tahan ya Anin cantik. Anin manis. Terserah dia mau ngomong apa juga, karena bos selalu benar.

"Enggak kok pak. saya hanya ingin meringankan pekerjaan bapak saja. Yaudah deh pak saya pamit. Permisi." Gausah basa-basi lagi ya Anin, buang-buang tenaga.

"Anin."

"Iya pak, ini saya udah mau pulang kok pak. cuman lagi beberes barang-barang saya aja pak."

"Anin." Panggil Radit sekali lagi. Bapaknya suka banget ngusir-ngusir orang.

"Iya pak ini cuman sebentar kok. Ini juga udah mau selesai." Cepat-cepat gue masukin dompet, Id card, powerbank, dan handphone ke dalam sliping bag dan buru-buru kabur.

"Saya gak peduli kamu lagi ngapain. Saya hanya ingin kopi."

Lah? gue menghentikan kegiatan yang sedang memasukkan smartphone ke dalam tas. Lalu mendongakkan kepalaku.

"Maaf pak?" tanya gue kepadanya. Hanya agar dia mengulangi perkataanya sekali lagi.

"Tolong buatkan saya kopi tanpa gula, Anin."

Ngantuk ya pak. Di suruh bobo gak mau sih.

"Oh iya baik pak sebentar. Bapak bisa menunggu saja di ruangan bapak."

Maaf Pak?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang