بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Jika kau tidak bisa berbaik-sangka kepada Allah karena kebaikan sifat-sifat-Nya, berbaik-sangkalah kepada-Nya atas perlakuan-Nya terhadapmu. Bukankah Dia selalu memberimu yang baik-baik dan mengaruniaimu berbagai kenikmatan?
-Ibnu Atha 'illah al-Iskandari-
(Al-Hikam hal :64)
🕊🕊🕊
Waktu berlalu dengan begitu cepat, saking cepatnya tak sedikit yang melalaikannya hingga pada akhirnya ia berlalu tanpa bekas. Lupa kalau setiap detiknya akan diminta pertanggungjawabannya oleh sang pemilik dan pengatur waktu itu sendiri.
Dengan lembut Laura mengecup pipi bayi yang kini tengah tertidur di dalam gendongannya, dia tidak mau mengganggu tidur bayi kecil itu.
Tak lama Laurapun merasakan sebuah kecupan yang menyapa pipi kirinya dari arah belakang.
"Kok sudah pulang, Kak?" Tanyannya kepada seseorang yang barusan mengecup pipinya, "Kakak sakit?" Wajah Laura seketika terlihat khawatir saat melihat wajah suaminya yang pucat.
"Nggak kok, cuma pusing sedikit. Kerjaan di kantor sudah selesai semua jadi milih pulang cepat, biar bisa istirahat," jelas Adi, pandangannya yang sedari tadi fokus menatap wajah cantik istrinya kini beralih ke arah bayi yang berada dalam gendongan istrinya. "Ada Shinta?" Jari telunjuknya menyentuh pipi bayi yang berada dalam gendongan Laura dengan lembut.
"Lagi nganterin Adam ke dokter, dari tadi pagi Adam demam, udah dikasih obat pereda panas sama dikompres tapi demamnya nggak turun-turun," jelas Laura. "Aku buatin teh manis yah, Kak."
Adi mengangguk, "Tumben Nisa dititipin ke kamu bukan ke Mama?" Rumah Shinta lebih dekat dengan rumah orangtua mereka, oleh karena itu biasanya Nisa yang kini baru berusia dua bulan selalu dititipkan kepada Mama mereka bukan pada Laura.
"Mama lagi di rumah Tante Rika, besok kan anak pertamanya Tante Rika bakal dikhitbah, jadi kayanya Mama bantu-bantu Tante Rika buat persiapan besok," jawab Laura sambil berjalan ke arah kamar, dia merebahkan tubuh mungil Nisa di atas tempat tidur dan entah kenapa tiba-tiba air mata membasahi pipinya. Dia sudah hendak menyeka air matanya namun terhenti karena tiba-tiba Adi sudah berdiri tepat di sampingnya. Tangan Adilah yang pada akhirnya menyeka air matanya.
Tidak ada pertanyaan yang terlontar dari mulut Adi, sudah tujuh tahun dia dan Laura membangun rumah tangga jadi tanpa harus bertanyapun dia sudah tahu apa yang telah membuat istrinya menangis.
Dengan penuh kasih dan cinta Adi memeluk tubuh Laura, tangan kanannya membelai kepala Laura yang tertutup khimar berwarna hitam.
Laura menenggelamkan wajahnya di dada Adi, air mata semakin deras mengalir membasahi pipinya. Dia tidak bisa membendungnya, dia tidak pernah bisa berpura-pura tegar di hadapan Adi, "Ma...maaf, kak." Hanya kata itu yang terucap dari bibir Laura yang bergetar.
Adi memilih diam, dia tidak pandai merangkai kata-kata indah untuk sebuah penghiburan yang semu, yang bisa dia berikan sekarang untuk Laura hanyalah sebuah pelukan.
***
Bulan dan bintang-bintang terlihat begitu indah menghiasi langit yang diselimuti malam, mereka seakan tengah tersenyum kepada penghuni bumi karena malam ini adalah malam pertama di bulan Ramadhan. Bulan yang selalu dinanti-nantikan kehadirannya oleh para kaum muslimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laura | END
SpiritualUntuk sahabat terbaikku Laura. Yang Mencintai Allah dan Rasulnya melebihi cintanya pada apapun. Yang menjadikan Maryam, Asiyah, Khadijah dan Fatimah sebagai panutan. Yang memakai jilbab untuk berusaha menjadi wanita akhir zaman yang dapat menjaga ke...