1 (C)

78 31 23
                                    

XI

Pertama kali melihat pulau itu, Jeffrey tahu ada yang tidak beres. Tubuhnya merasakan kekuatan gelap yang menguar dari dalam tanah. Tetapi, lebih baik daripada mati. Dia masih punya impian yang belum dilakukan, seperti menikah.

Sambil melawan arus, Jeffrey memperhatikan pola unik yang ada pada pepohonan. Cabang-cabangnya membengkok, saling membelit dengan dahan yang tumbuh di sekelilingnya. Batang dan daunnya berwarna hijau lumut, tidak terlihat bunga maupun buah pada pucuknya. Kelihatan seperti palma, dengan daun menyirip.

Semburat keunguan tersembul pada jalinan tumbuhan itu.

Jeffrey mengumpat. Seharusnya dia tidak meninggalkan Alkitab dalam kamar. Walau demikian, Jeffrey yakin iman dapat menaklukkan segalanya. Kasih Tuhan akan terus membuatnya hidup, mengatasi cobaan yang ditimpakan pada hidupnya, seperti yang selalu dia yakini.

XII

Richard tersungkur pada pasir yang dingin. Sekujur tubuhnya nyeri. Dia sudah tidak punya tenaga untuk berdiri.

Garam lautan meninggalkan jejak asin pada hidung dan kerongkongannya. Setiap kali dia menarik napas, tenggorokannya sakit. Entah apa yang Richard lakukan hingga dia menderita seperti ini.

Jas jahitan Ferdinand Roseberry keluaran musim gugur edisi terbatas yang melekat pada tubuhnya tidak bisa diselamatkan. Air laut meninggalkan noda yang mustahil dihilangkan. Pasir juga menelusup memasuki kantung dan sela-sela jahitan pada pakaiannya, memberikan sensasi tajam pada kulitnya.

Pendeknya, Richard kacau balau. Menggerakkan tangan saja kelihatannya dia tidak mampu. Air yang membasahinya membuat pakaiannya berat, menyulitkan tangannya untuk bergerak terbungkus oleh pelampung gabus itu.

Matanya mulai berat. Richard membuka mulut, hendak mengatakan sesuatu. Dia dapat melihat siluet orang-orang yang tadi bersamanya di sekoci sialan itu sampai di tepi pantai. Tetapi, lidahnya kelu. Tenaganya benar-benar habis.

Akhirnya, Richard menyerah. Kegelapan malam menjamahnya, membawanya pada ketenangan. Kedua matanya menutup, dan Richard tidak bergerak lagi.

XIII

Perempuan itu melemparkan Reva ke pasir. Tangannya bergerak, meremas butiran pasir kasar. Daratan.

Kelenjar lakrimalis pada sudut matanya mengejang, memompa air mata yang membanjiri netranya. Reva bernapas lega, menangis bahagia. Dia pikir, dirinya akan mati detik pertama ombak besar itu menghantam sekoci. Getaran yang merambat pada tengkoraknya masih terngiang-ngiang dalam kepalanya. Tapi, dia berhasil keluar dari selimut air terkutuk itu.

Terdampar di pantai, perempuan itu merangkak, membawa dirinya menjauh dari pasir basah yang dingin. Gaun merahnya basah kuyup. Reva menggigil.

Dari kejauhan, dia dapat melihat Jesslyn. Reva memicingkan matanya. Perempuan itu tidak bergerak.

Jesslyn diseret oleh wanita cantik yang parasnya bak supermodel. Tubuhnya lemas tidak bergerak, matanya terpejam.

"Jesslyn," Reva berusaha menjerit. Tetapi hanya bisik lemah yang terlontar dari bibirnya. Tenggorokannya nyeri terbasuh air laut.

Reva menegakkan diri, ingin mendekat, tetapi high heels yang dia kenakan terjerumus ke dalam pasir. Lututnya tidak kuat, dan perempuan itu jatuh tersungkur, wajah duluan menghantam tanah berpasir.

Eight, and the Island (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang