2 (A)

87 28 34
                                    

I

Kelopak matanya terbuka, membiarkan tirai cahaya matahari masuk. Pupil matanya membesar. Jesslyn memicingkan mata.

Perlahan, perempuan itu mengangkat tangannya, menghalangi cahaya menyilaukan itu.

Jesslyn bertanya-tanya. Dia dapat merasakan pasir tersebar di sekujur tubuhnya, mengganjal saat tubuhnya bergerak.

Dari kejauhan, dia dapat mendengar debur ombak dan semeliwir angin. Bau amis lautan terasa sangat pekat, mengunci hidungnya.

Perempuan itu duduk. Dia melihat lekukan pada pasir bekas tubuhnya berbaring. Tidak jauh dari sana, ada tumpukan abu dan arang yang cukup banyak. Dan dia melihat orang-orang itu, masih terlelap dibalut sinar matahari.

Jesslyn mendesah. Sejak gelombang besar itu menerpa, dia kehilangan kesadarannya. Telinganya menangkap rasa takut dan cemas dalam intensitas yang melebihi batas. Pikirannya tidak sanggup mencerna semua itu.

Jesslyn menatap lautan yang bergelora. Airnya cantik, berdansa dengan pasir pantai, mendorong pecahan-pecahan karang yang terbenam. Surya membalut permukaannya, membuat lautan berkilau bagaikan permata.

Lalu, tanpa peringatan, sesuatu berkelebat dari atas langit, menukik ke dalam air.

Jesslyn tersentak kaget. Benda apa itu?

Selang sepuluh menit kemudian, benda itu menerjang keluar dari lautan, membelah air yang berbusa itu.

Dan perempuan itu menyadari bahwa benda itu adalah seekor burung

Paruhnya hitam berkilat, membawa ikan besar yang masih menggeliat. Sayapnya terkembang sempurna, menampilkan warna biru tua eksotis yang membuat Jesslyn terpana. Jambul kepalanya runcing, berwarna putih susun Dia belum pernah melihat burung seperti itu seumur hidupnya.

Binatang itu terbang pergi, menampar udara dengan sengit. Lalu, tidak lama kemudian, burung-burung lain berdatangan. Suasana jadi ricuh seperti pasar, dan Jesslyn melongo.

Burung-burung itu datang dengan variasi warna yang beragam, campuran gradasi yang kelihatan seperti diwarnai satu-satu oleh seniman handal. Tapi, burung-burung ini memiliki kesamaan.

Tepat sebelum menukik, tiba-tiba dada unggas itu akan mengembang seperti balon. Lalu menukik.

Kawanan unggas terbang menukik menghantam air, membuat seluruh lautan dipenuhi percikan, koakan, dan kepak sayap yang ribut seperti parade.

Jesslyn merasa orang-orang ini akan segera bangun.

II

Kak! Kak!

Richard menguap. Dia mengidap alergi pagi sudah cukup lama. Laki-laki itu mengerjap-ngerjap, tetapi mustahil untuk kembali tertidur. Burung-burung sialan itu sangat berisik.

"Berisik, bangsat!" Richard berseru pada unggas terbang itu, tetapi mereka kelihatannya tidak menghiraukan.

Richard dapat mendengar gumaman tidak jelas dari manusia-manusia yang mulai terbangun.

Pria itu menggerutu, lalu spontan merogoh saku jasnya yang ringsek itu. Bau laut menempel pada pakaiannya. Richard akan membuang jasnya itu saat dia kembali.

Eight, and the Island (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang