4 (A)

57 24 14
                                    

I

Reva beringsut mendekat. Jesslyn bersimbah tanah, lumpur lengket melekat dalam sela-sela kukunya, membuat rambut hitam panjangnya kusut dan lepek. Wanita itu menggenggam sesuatu dalam tangannya, benda kotak hitam yang terikat pada tali panjang usang.

Bagaimana cara Jesslyn tahu? Benda itu praktis terkubur dalam tanah becek, tidak bisa dilihat maupun disentuh.

Tetapi perempuan itu memiliki kemampuan bak penyihir. Reva sekarang merasa sedikit takut pada perempuan itu. Setan merambah memasuki pembuluh darahnya. Jika suatu saat dia lepas kendali, hal buruk pasti akan terjadi.

"Benda apa itu?" tanya Will.

Reva memicingkan mata. Kelihatannya seperti kamera.

"Aku tidak tahu," balas Jesslyn.

Perempuan itu menekan-nekan, memukul persegi metalik itu, tetapi tidak ada yang terjadi.

"Kemarikan," hardik Will, menarik lepas kamera itu dari tangan si wanita malang.

Pria itu mengetuk casing gawai tersebut, lalu mengangguk sambil tersenyum.

"Wah, ini sih kamera perjalanan model lawas. Dulu, aku sering menggunakan benda ini untuk mengambil rekaman saat berenang di pantai."

Pria itu tiba-tiba mengerutkan alis.

"Aneh sekali ada orang yang membawa-bawa kamera seperti ini ke tengah hutan antah berantah," bisiknya.

Alex berdeham keras, mengejutkan Reva. Pria itu kini menunduk terus, menolak bertemu pandang dengan manusia lain.

"Jika itu kamera, berarti ada gambar atau rekaman yang tersimpan di dalamnya! Will, paksa benda itu menyala," ujar Valerie.

Pria itu menggeleng.

"Kelihayannya baterainya habis. Tapi sebenarnya sih..."

Will membalik kamera itu, lalu dengan jempolnya menekan-nekan.

Trak.

Kompartemen alat itu terbuka. Pria itu bersiul, lalu menekan dan mengeluarkan sesuatu yang kecil dengan telunjuknya. Sebuah kartu putih pucat.

"Sayang sekali aku tidak membawa handphone. SD-card ini sebenarnya bisa dibaca dengan ponsel, tetapi aku meninggalkan semuanya di kapal sialan itu."

Reva terkesiap.

"Aku bawa, ini!" seru Reva panik, menyodorkan persegi merah muda itu pada Will.

"Wah, kalau begitu, jika kartu memori ini belum rusak, kita dapat melihat apa yang ada di dalamnya."

Perempuan itu mengangguk lemah. Sejak awal, dia sudah sangat penasaran apa yang dilakukan mayat itu berkelana ke tengah pulau tak berpenghuni sendirian. Ataukah pulau ini ternyata berpenghuni?

Reva bergidik. Pemikirannya memang mungkin sangat romantis, tetapi dalam buku-buku yang pernah dia baca, dalam pulau tanpa pemilik seperti ini biasanya digunakan oleh bandar-bandar yang bersembunyi di dalam bayangan.

Eight, and the Island (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang