14. Bingung

239 50 2
                                    

Taeyong Oppa dan Mark masih menginap di tempatku. Sudah beberapa hari, mereka juga sempat menyuruhku pindah ke kota.

Tapi aku menolaknya. Taeyong oppa yang menyarankan tempat ini, kenapa dia malah menyuruhku pindah lagi?

Banyak hal yang aku rasakan saat ini.

Terkadang aku kesal.

Takut.

Marah.

Dan aku rindu.

Terutama dengan Jung Jaehyun.

Aku rindu saat berdua di elevator dengannya.

Rindu melihatnya diam-diam, rindu melihat senyumnya dari ujung mataku.

Aku sangat rindu. Tapi bagaimana caranya melihat orang yang sudah meninggal? Aku juga bingung kenapa saat itu aku bisa melihatnya.

Ilusi?
Atau ada hal lain?
Aku melihatnya
Begitu juga dengan Mark.

Aku beranjak keluar dari kamarku. Kulihat Taeyong oppa dan Mark bermain gitar.

"Kemana?" tanya Mark

"Mencari udara segar." jawabku.

"Kalau ada apa-apa hubungi oppa ya!" kata taeyong mengingatkan. Aku hanya mengangguk singkat.

Saat di elevator, dengan jantung berdebar kutekan tombol 12.

Perasaan tak karuan saat aku tiba di depan apartemen lantai 12.

Tampak biasa saja seperti saat aku mengunjunginya seminggu yang lalu.
Kutekan bel di samping pintu.

Kutekan sekali.

Dua kali.

Bahkan berkali-kali.

Tak ada respon.

Kakiku berjalan mundur saat terdengar suara seseorang membuka pintu.

Jantungku terasa berhenti berdetak.
Saat pintu berderit dan terbuka, seseorang di depanku membuat diriku terperanjat.

Aku terus berjalan mundur sembari mengusap air mataku yang tiba-tiba saja keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terus berjalan mundur sembari mengusap air mataku yang tiba-tiba saja keluar. Aku tak sanggup melihatnya.

Aku takut kalau ini hanya ilusi.

Tapi ini memang ilusi.

Aku terkekeh, menertawakan diriku sendiri.

Tetapi air mataku terus saja mengalir. Kakiku lemas, dan menangis tersedu-sedu.

Beberapa saat kemudian, kurasakan tangan seseorang menyentuh tanganku.

Kudongakkan kepalaku, dan aku kembali menangis.

"Hei, apa aku menakutimu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hei, apa aku menakutimu?"

Entah sejak kapan dia duduk di sampingku. Suaranya terdengar nyata.

Aku terpaku dalam diam tetapi air mataku masih mengalir.

"Kenapa kau menangis?"

Suaranya lembut.

Kuberanikan diriku menyentuh tangannya, kemudian beralih ke pundaknya, dan kupegang kedua pipinya dengan lembut.

"Kemana saja kau Jung Jaehyun? Aku menunggumu. Aku rindu. Maafkan aku Jaehyun, semua ini terjadi karenaku. Maafkan aku, " isakku dalam pelukannya.

Aku tidak peduli dia hantu atau apa. Aku rindu padanya dan aku jatuh cinta padanya.

Aku ingin bersamanya.

Sesaat kemudian, dia berusaha melepas pelukanku dan menatapku dengan aneh.

"Maaf kau salah orang. Aku Jeffrey. Bukan Jung Jaehyun. "

Aku menangis, lagi.

Tbc...

NCT + Way V - The Mysteri of Elevator Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang