19. Laboratorium

238 54 3
                                    

Pagi ini aku terkejut karena saat keluar kamar aku sudah disambut oleh pemandangan di depan mataku.

"Pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pagi. " Taeyong oppa tersenyum datar ke arahku. 

"Pagi. Dimana Mark?" tanyaku sambil berjalan menuju ruang tamu.

Belum sempat Taeyong menjawab,  aku sudah mendapat jawaban sendiri.

"Kau sedang apa?  Mirip dengan cicak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau sedang apa?  Mirip dengan cicak." ejekku dengan sengaja. 

"Susah payah aku berpose seperti ini tapi kau malah mengatai aku seperti cicak?  Hyung.... Tolong beri dia pelajaran!" Mark merengek seperti anak kecil.

"Sudah jangan bertengkar.  Ayo kita bersiap."

"Kemana?"

Tanyaku dan Mark bersamaan.

"Laboratoriumku. Sudah saatnya aku memberi jawaban atas segalanya."

Aku dan Mark saling bertatapan.  Kemudian Taeyong oppa mendorong kami ke mobilnya. 

Di tengah perjalanan menuju laboratorium,  aku meremas ujung jaketku. 

Aku gugup dan takut.

Apa aku harus mengatakan mimpiku pada Taeyong?  Bagaimana kalau dia menganggapku tidak serius?

Apa aku harus bertanya kenapa aku bisa koma dan apa sebenarnya yang terjadi saat itu? Tapi bagaimana kalau oppa memarahiku?

Aku kehabisan kata-kata. 

Dan sampailah aku di sebuah tempat yang rasanya... Aku pernah kesini sebelumnya. 

Ya memang benar,  Mark yang bilang padaku saat itu bahwa aku ke laboratorium bersama Taeyong Oppa. 

Aku merasakan hal yang berbeda. 

Aku merasa akrab dengan wilayah ini. 

Ini memang tidak di pedasaan.  Ini jelas-jelas di kota. 

Aku melihat sebuah apartemen klasik yang di seberangnya terdapat e-mart,  apotik, dan tak jauh dari sana aku melihat cafe. 

"Turunlah." Taeyong oppa menyuruh kami turun.

"Lantai brapa hyung?" tanya Mark saat kami berjalan menuju elevator. 

"27" jawab taeyong pendek. 

Mustahil. 

Ini mustahil. 

Apartemen ini sama dengan yang kulihat di mimpi(?).  Elevatornya,  bahkan lantai apartemen yang terletak di lantai 27.

Aku gemetar.  Kepalaku sakit.  Tanganku memegang tangan Mark dengan kuat. 

"Youngie kau baik-baik saja?" Mark terdengar khawatir. 

Setelah itu kulihat Taeyong oppa mengurungkan niatnya untuk menekan tombol 27.

Namun dia malah menekan tombol 12.

De javu. 

Aku teringat dengan Jaehyun. 

Elevator bergerak naik.  Aku masih berpengan tangan dengan Mark.  Sedangkan Taeyong Oppa terlihat santai namun sesekali menghembuskan nafasnya dengan berat. 

Ting.

Lantai 12.

Kami beranjak keluar. 

Taeyong Oppa menekan bel di dekat pintu. 

Tak lama kemudian pintu terbuka, secara otomatis. 

Kami masuk,  aku yang ragu-ragu dan takut dituntun oleh Mark. 

Beberapa langkah saat memasuki apartemen lantai 12 itu,  aku menutup mulutku dengan kedua tangan karena terkejut. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka semua menoleh ke arah kami dan tersenyum hangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka semua menoleh ke arah kami dan tersenyum hangat.  Sedangkan aku masih tak bergerak dari tempatku dengan wajah datar.

Tbc...

NCT + Way V - The Mysteri of Elevator Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang