10. Drama Chiko

1.7K 230 90
                                    

Meski terdengar sahutan para siswa dan para pedagang yang membuat telinga terganggu, gadis itu masih tampak asyik dalam lamunan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meski terdengar sahutan para siswa dan para pedagang yang membuat telinga terganggu, gadis itu masih tampak asyik dalam lamunan. Memutar kembali apa yang ia saksikan saat izin ke koperasi sekolah bersama Mika untuk mengambil hasil fotokopian minggu lalu. Koperasi sekolah yang berdekatan dengan gudang penyimpanan dan gerbang kecil musala, membuat Lola menangkap suara ribut-ribut di sana.

“Jadi, kapan OSN-S kalian?” tanya Karina seraya menyeruput es rumput laut yang baru saja dibawanya. Gadis itu meneliti wajah Mika dan Lola bergantian.

“Setelah ujian kenaikan kelas. Makanya lagi gencar banget ikut kelas tambahan. Kepala gue rasanya mau meledak, Na.” Keluhan Mika tak ayal menghadirkan tatapan iba dari Karina.

“Untunglah otak gue nggak sepintar kalian,” tukas Karina.

Helaan napas penuh arti membuat keduanya menoleh kompak pada gadis yang sejak tadi tak menangkap arah pembicaraan. Saat Lola sudah kembali dari pikiran yang penuh, barulah keduanya beradu pandang heran.

“Chiko lagi?” terka Karina lantas membuat atensi Lola terarah padanya.

Chiko, Abil, OSN, ketiga hal itu entah mengapa tak bersemayam di pikiran sejak beberapa jam lalu. Satu nama terus terputar—hampir tak pernah hilang—bersama ingatan bagaimana ia dengan berani meminta Arsen menjadi teman. Kalimat-kalimat itu bergaung di kepala membuat Lola diserang pusing seketika.

“Bukan.” Lola mengaduk es teh yang masih tersisa setengah. “Mikirin persiapan seleksi OSN yang nggak lama lagi. Apalagi gue sering banget bolos kelas tambahan."

Karina mendengus seperti berhasil menyelami kegelisahan dan kelelahan Lola. Meski di kelas  bukan tipe siswa yang rajin dan memiliki otak se-encer Einstein, tetap saja Karina merasa prihatin. Otak-otak pintar seperti Mika dan Lola harus bekerja keras, dua kali lipat dari biasanya.

“Kalau capek istirahat aja, La. Jangan maksain diri belajar terus. Otak juga butuh istirahat kali,” pungkas Karina, “lo juga, Mik.” Dia menuding Mika yang tengah melahap batagor.

Derap langkah mendekat menghadirkan keterkejutan saat pemuda itu tanpa permisi mengambil tempat di samping Lola. Senyumnya merekah, tetapi bagi Lola itu tak akan pernah mengubah pandangannya tentang cowok itu.

“Lo mau ngapain lagi, sih?” ketus Lola.

“Mau makan bareng lo.”

Chiko mulai santai menikmati makanan, tidak peduli dengan tatapan Lola dan kedua temannya yang tampak risih. Apa pun yang berhubungan dengan Chiko adalah sebuah sorotan di setiap sudut SMA Bakti Nusa. Semua pasang mata di kantin tak ayal memfokuskan tatapan pada cowok itu. Mengingat kejadian beberapa bulan belakangan; sikap Chiko, penolakan dan baku hantam yang terjadi kemarin. Lola merasa Chiko benar-benar harus dihindari.

 Putar Balik√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang