Chapter 4

112 11 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌈🌈🌈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌈🌈🌈

Writen by : Day_Ey1 & Chelseagitasitungkir

***

Lo mau jungkir balik sekalipun kagak akan ngerubah kenyataan, kalo semesta pengen lo sama gue jadi kita.

Erlangga_

***

Bangunan tua itu mulai terlihat usang.
banyak debu mulai bertebaran kesana kemari menambah kesan tua, tak ada sorotan dari sang mentari, menjadikan bangunan itu sepenuhnya gelap. Aura yang dipancarakan dari sosok bertubuh tegap itu sungguh kuat, dengan sisa tenanganya Ia terus berlatih tak dipedulikan keringat berukuran biji jagung yang membasuhi tubuhnya.

Ia memejamkan matanya sebentar, menikmati ruang kegelapan yang semakin menusuk.

Ia mulai tersenyum, baginya siapa saja yang ingin berurusan denganya Tak akan ada hari esok untuk melihat dunia.

"Bos anak anak udah kumpul" Suara diseberang pintu menarik paksa Erlan, Ia membuka matanya tatapanya mulai menggelap.

"Gue kesana"

Jaket hitam yang terlampir dikursi tua itu segera ia raih dan kenakan. Dilangkahkan nya kakinya berjalan keluar meninggalkan bangunan tua yang gelap dan dingin.

****

"Udah siap kalah?" Marco berujar sinis

"Makin kesini mulut sialan lo udah gaada gunanya" Erlan menanggapi tenang.

"Shit"

"Gue bener kan?"

"Banyak omong lo lan" Kepalan tangan marco semakin kuat. Ia layangkan satu pukulan ke pipi Erlan hingga membuatnya agak menoleh kesamping kanan.

"Segitu doang?" Tanya Erlan sembari mengelap ujung bibirnya yang mengeluarkan darah,

Dengan beringas Erlan melayangkan pukulan pada Marco, anggota yang lain juga tak tinggal diam, pertarungan sengit tak terhindarkan.

Wajah tampanya sudah ternodai oleh tangan nista milik Marco. Bahkan Thalia calon pacarnya saja belum memegangnya, Erlan semakin emosi dan semakin membabi buta di lapangan itu.

Erlan menendang dada Marco dengan sangat keras hingga dia terjatuh ketanah dan mengeluarkan seteguk darah kental berwarna merah.

Erlan hanya memandangnya bengis dan remeh. Ia mengedarkan pandanganya ke seluruh penjuru tempat dan mendapati bahwa dirinya dan gengnya sudah menang, bahkan telak!

"Jangan banyak bicara sebelum memulai." Setelah mengucapkan kalimat dengan nada dingin itu Erlan menampar pipi Marco pelan sebanyak dua kali, dan setelahnya mengajak seluruh gengnya untuk pulang ke markas.

***

Thalia duduk termenung disekitaran jendela balkon kamarnya,Malam ini tak ada sinar dari sang bulan bahkan jutaan bintang juga tak muncul menghiasi malam, entahlah mungkin mereka terlalu malu untuk keluar. Lamunanya jatuh ke masa silam saat sosok Dia mulai terlintas dipikiranya.

Tanpa sadar tangan Thalia mengepal erat dan kuku kuku jarinya kian memutih, Saat teringat kejadian itu selalu membuat mental seorang Thalia agak down. Mengingat nama, wajahnya, semakin membuat Thalia merasa benci, dan sakit hati.

"Brengsek" Thalia bergumam lirih, kepalan tanganya masih memegang sekitaran jendela balkon.

"SIALAN!" Thalia berteriak keras, baginya hanya cara ini yang bisa membuatnya lega dari bayang bayang sosok Dia.

Ia pejamkan matanya erat menikmati terpaan sang angin yang mulai menggelitik rambutnya

Kaki kecilnya mulai berjalan masuk kekamarnya, ditutupnya pelan jendela balkonnya.Bagaimanapun Thalia sudah bertekad keras untuk melupakan semua yang berhubungan dengan Dia.

Thalia masuk ke selimut tebalnya, Ia rapatkan kepalanya ke bantal bermotif captain Amerika , tak terasa air matanya mulai turun perlahan-lahan, bahkan kini bantalnya mulai basah.

Suara notifikasi dari handphonenya mulai mengusik pendengaran, awalnya Thalia membiarkanya tapi lama-kelamaan Thalia mulai kesal sendiri.

Erlanggasialan:

keluar, Gue didepan.

Thalia menghapus air matanya kasar, Ia segera menuju ke jendela balkonya mengintip sosok Erlan disana dan benar saja disana sosok Erlan telah menunggu dengan motor kesayanganya.

Mengambil hoodie lalu secepat kilat Thalia turun untuk membuka pagar rumahnya.

"Ngapain lo disini?" Sentakan keras dari Thalia pertama kali yang menyapa pendengaran Erlan.

"Lo habis nangis?" Erlan bertanya

"Buset gue tanya malah balik tanya" Thalia memberengut kesal.

"Terserah Gue dong, mau gue ke rumah lo kerumah pak lurah kaki kaki gue juga." Erlan menjawab dengan ngegas.

"kok lama lama ngegas jir" Thalia mulai kesal sendiri

"kagak ngegas masyaalohh"

"Jadi?" Tanya Thalia

"jadi?" Balas Erlan juga menirukan

"Ish!, ada paan dateng kemari?" Tanya Thalia kesal

"Kangen lo" Jawab Erlan santuy

"Emang badak modelan lo bisa kangen?" Tanya Thalia menggoda

"Enak aja panggil gue gitu, lo tuh yang tapir"

"lo badak"

"lo blom jawab pertanyaa gue"

"Pertanyaan?"

"Lo habis nangis?"

"Kagakkk tadi gue tuh lihat drakor"

"Beneran?jangan jangan loh nangis gara gara kangen gue juga"

"Lo bisa diem gak?"

"ngaku aja yang"

"LAN!!"

"Apa sayang?" suara Erlan melembut membuat Siapa saja yang mendengarnya mungkin akan muntah ditempat.

"ERLANN PULANG GAK LO"

"Galak bener bini gue"

"PULANG LAN"

"Iya mau pulang nih yanggg" Ucap Erlan sembari mencuri sebuah ciuman di pipi kanan Thalia dan setelahnya pergi dengan tergesa gesa meninggalkan Thalia yang masih mematung ditempat.

Namun saat motor Erlan sudah mulai di stater, Thalia sadar dan ingin menghampiri Erlan guna melayangkan pukulan, namun semuanya terlambat saat Erlan sudah melaju meninggalkan Thalia.

"ANJING LO LAN!" teriak Thalia Keras.

***

WARNING❗

TYPO BERYEBARAN❗

Mohon saling mengingatkan:)

LaThaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang