Chapter 10

71 8 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Writen by: Astriavrilia dan Day_Ey1

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Writen by: Astriavrilia dan Day_Ey1

"Kau bahagia aku juga ikut bahagia, sederhana bukan?"

Erlangga_

***

"AAAAAAA"

Seorang gadis terpekik senang saat kaki mungilnya serasa ditarik oleh deburan ombak. Erlan yang melihatnya hanya tersenyum tipis, disana nampak Thalia sangat menikmatinya, terbukti Ia memejamkan matanya rapat sambil menikmati semilir angin yang menerbangkan rambut hitam legamnya, dirinya bahagia saat Thalia bahagia. Sederhana bukan?

Hari ini Erlan mengajak Thalia pergi ke pantai. Dirinya rasa pantai tempat yang cocok untuk menyegarkan pikiran, belakangan ini Erlan sering melihat Thalia terdiam, bahkan Ia sering memergoki Thalia tiba-tiba menangis tanpa suatu alasan. Itu semua sangat jauh dari Thalia yang awal ia kenal, Erlan tentu tahu penyebab Thalia menangis, Tapi sayang Ia belum bisa menemukan jejak sang peneror, memikirkanya seketika membuat Erlan naik pitam.Ia berjanji akan secepatnya menghabisi dalang dibalik ini semua.

"Jangan terlalu nengah beb!" Erlan menyahuti dengan suara tak kalah kerasnya.

Tepukan keras dibahunya membuat Erlan menoleh, dibelakangnya kini Raga berdiri dengan kaos putih tanpa lengan yang dipadupadankan dengan celana pendek hitamnya, "Eh lan, Lo liat dua curut kaga?"

"Curut? "Erlan menaikkan satu alisnya, perasaan Ia ke pantai mengajak Thalia dan tiga sahabatnya, tapi mengapa Raga mencari dua curut?

Raga menepuk jidatnya sendiri, "Maksud gue, si Graha sama Rey wajah mereka kan persis curut,"

Erlan hanya ber-oh ria yang hanya ditanggapi tawa keras dari Raga, selera humor Raga memang sereceh itu.

"Gimana, Lo liat?" Raga bertanya lagi.

"Kaga liat gue" Erlan mengendikkan bahunya, Mungkin saja dua sahabatnya kini sedang mencari cewek, secara disini banyak. kini netranya kembali menyelusuri Pantai mencari Thalia. Namun nihil, Kemana perginya Thalia?

"Yaallah gue ditinggal" Raga menekuk bibirnya, Saat Erlan kini juga meninggalkanya. Raga bingung mengapa semua perlahan pergi meninggalkan dirinya dengan seribu kebingunganya.

***

"Thal!" Erlan berteriak keras, Kaki panjangnya terus menyelusuri pinggiran pantai mencari gadis mungilnya.

"Thalia, Lo dimana!" Erlan masih saja berteriak dengan mengulang-ulang kalimat yang sama.

Nihil!

Erlan lemas, Jangan-jangan Thalia hilang atau lebih buruknya Ia diseret Makhluk mistis, secara Jelas-jelas tadi Thalia memakai baju warna hijau. Erlan berdecak pinggang sembari mencoba mengusir pikiran konyol itu.

"Erlan," Erlan merinding ketikan lenganya ada yang memegangnya erat, Ia tak berani membuka matanya barang sedetikpun.

"Lo kenapa?"

"Lo hantu ya?" Erlan ganti bertanya balik, Masih dengan menutup mata Erlan bertanya, pasalnya suara sosok didepanya mirip Thalia, jangan-jangan sosok disampingnya Hantu menyerupai manusia.

"Huh?" Thalia cengo mendengar ucapan Erlan.

"Udah dong lepasin, Gue janji gabakal ganggu lo," Sahut Erlan pelan, bahkan kini Tubuh Erlan mulai berkeringat dingin.

Thalia yang kesal langsung saja Ia layangkan pukulan mautnya ke kepala Erlan, Sang empu hanya mengaduh keras.

"Enak aja lo bilang gue hantu"

"Lo Thalia bener kan?" Erlan menggerakan tubuh Thalia, memutar
mutarkan tubuh itu guna memastikan sosok didepanya bukan manusia jadi-jadian atau sejenisnya lah.

"Lo apaan sih!" Thalia menyingkirkan kedua tangan Erlan yang masih meraba-raba pipi dan memutar tubuhnya.

"Ini beneran Lo? Gue kaga mimpi kan?" Sahut Erlan bingung.

"Kaga lah"

"Syukur deh, Lo habis darimana?" Erlan mengusap dadanya sembari menghembuskan nafas.

"Minum kelapa." Thalia menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil memamerkan deretan giginya.

"Gue cariin tau, Gue khawatir setengah hidup tau ga?" Erlan mengacak poni Thalia.

Thalia tersenyum, "Cie perhatian nih"

"Emang"

"Udah ayok kita cari yang lain" Sambung Erlan sambil menarik tangan Thalia pelan.

"Mau cari kemana?" Thalia melepas genggaman tangan mereka, Erlan begitu mudahnya menarik ulur perasaanya, Emang Thalia layangan.

"Keujung dunia kalo perlu, Asal sama Lo"

"Dasar bucin akut"

Thalia tidak munafik dirinya sudah menaruh sedikit perasaan utuk Erlan tapi ingat baru sedikit belom lebih!

***

Selepas dari pantai, Thalia merasa lebih fresh. bahkan belakangan rentetan teror yang menghantuinya. Kini sudah tidak ada, akhirnya Thalia bisa bernafas lega.Setidaknya untuk saat ini Tuhan masih berbaik hati pada hidupnya.

Thalia mulai membuka WhatssAppnya, ribuan pesan mulai masuk. Memang dari kemarin Thalia tidak mengaktifkan ponselnya. Thalia mulai terjun kedunia maya.

"Goblok! Gue belum nyuci seragam buat besok" Teriak Thalia bingung, pasalnya kini hari sudah mulai sore.Thalia bergegas turun dari ranjangnya.Tak dipedulikan nasib HPnya yang tadi ia lempar sembarang, yang jelas tidak akan rusak.Toh, dirinya melemparnya di kasur empuknya.

"Lha kemana perginya?" Gumamnya kebingungan, saat tak menemukan setelan putih abu abu di ranjang pakaian kotornya.

"Mampus!Gimana nasib besok?"

Ah Thalia baru ingat, setelan seragamnya berada di tas sekolahnya, Kemarin Thalia lupa mengeluarkan bajunya, saat sepulang dari pantai bersama Erlan.
Dasar pelupa!

Thalia berlari menuju kamarnya namun pandanganya mengarah pada kaca meja rias miliknya yang terdapat kejutan yang sangat indah, warna merah mendominasi disana seolah baru saja di berikan beberapa saat lalu, pandangan Thalia memburam tubuhnya bergetar hebat, keringat dingin mulai berjatuhan dan akhirnya dirinya terjatuh kedalam alam mimpinya.

Ingin tau apa itu kejutanya?

"MENIKMATINYA NATHA? INGAT WAKTUMU TINGGAL SEDIKIT, JADI BERSIAPLAH UNTUK MENYAMBUT AKU UNTUK PULANG KEDALAM PELUKANMU"

Tertanda Sergio Abraham ♥

***

WARNING❗

TYPO BERTEBARAN ❗

Mohon saling mengingatkan:)

LaThaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang