Chapter 14

65 6 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌈🌈🌈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌈🌈🌈

Writen by: Astriavrilia_ & Day_Ey1

***

"Dia yang memulai maka dia juga yang harus mengakhiri."

Erlangga_

***

Sergio Abraham.

Pewaris tunggal dari Abraham Crop yang merupakan salah satu petinggi geng motor di Daerah Istimewa Jogyakarta. Sergio dikenal dengan sebutan 'pembunuh berdarah dingin', dia juga memimpin sebuah geng motor yang besar di daerah sana, Konial nama geng motor mereka.

Geng yang dibagi menjadi beberapa anggota koloni dengan masing-masing dipimpin satu panglima jendral yang kedudukanya lebih tinggi dari yang lain.

Abimanyu Abraham merupakan ayah kandung dari Sergio. Abimanyu terkenal dengan seribu kebaikan dan ketulusannya, Ia bahkan setiap bulannya selalu merogoh uang untuk membantu mereka yang membutuhkan. sangat bertolak belakang dengan anaknya yang sedikit mengalami gangguan psikologis.

Sergio sudah sedari kecil akrab dengan pisau dan semacam tetek bengeknya. hasrat membunuh sudah mulai tumbuh dalam dirinya sedari Ia berumur enam tahun, Saat itu kucing tetangganya merupakan salah satu percobaan pembunuhan pertamanya. dan dari sini jiwa psikopatnya mulai membelenggu jiwa Sergio. Baginya, setiap goresan pisau pada tubuh korbannya terdengar merdu bak alunan musik.

Psikopat itu julukan yang di sematkan beberapa orang untuknya. Terakhir korbannya seorang anak gadis sekolah dasar yang ditemukan telah tewas dengan sayatan memanjang. Jadi, bila ada laporan yang menyatakan siswa sekolah dasar hilang mungkin dia telah mati ditangan Sergio.

Sergio terlibat pembunuhan 2 tahun lalu dengan korban bernama Tania Maharani, seorang wanita berumur 40 tahun yang diyakini merupakan ibunda dari seorang Nathalia Archandra. Tania mati dalam keadaan yang cukup mengenaskan dengan ditemukanya sayatan serta cakaran diwajah dan sekitaran tubuhnya.

Erlan mengetatkan rahangnya menahan emosi yang bergejolak dalam tubuhnya. Ia telah membaca hasil dari pencariannya selama ini. dibacanya lagi. ia masih belum mempercayai jika ibunda Thalia meninggal dengan nasib yang mengenaskan.

"Gimana?" Tanya Rey sembari menyenderkan tubuh lelahnya pada kursi kebesarannya.

"Jangan nyerang, biar dia mulai duluan, Kita tunjukkin disini siapa psikopat sebenernya," Ujar Erlan dingin

"Yakin?" Rey sedikit mengernyit bingung saat mendengar perintah atasannya itu.

"Dia yang memulai maka dia juga yang harus mengakhiri." Putus Erlan sembari melangkah pergi meninggalkan ruangan itu.

Rey yang mendengar ucapan Erlan menggangukan kepalanya pelan tanda ia mengerti tak lupa gumamam cukup keras keluar dari bibirnya.

"Nggak salah lo jadi ketua."

***

"Vitaa pen tanyaa, Thaliaa," Rengek Vita yang dari tadi duduk di sampingnya, bahkan kini bandana bunganya telah bergoyang goyang seiring gerakan tubuh Vita.

Mereka kini tengah ada dikamar Thalia dengan ditemani banyak makanan ringan dan minuman kalengan lainnya.

"Lo tinggal sendiri?" Tanya Vita penasaran, pasalnya sedari awal Vita menjejakkan dirumah Thalia, keheningan yang pertama kali menyambutnya.

"Yoi," Jawab Thalia sambil memakan kripik singkongnya dengan mata yang asyik dengan tontonan anime kesukaanya.

"Nyokap? Bokap? Abang? Adek?" Berondong Vita kepo. Namun tak ada jawaban dari Thalia, membuat Vita menggigit bibirnya dalam takut salah bicara.

"Nyokap ama bokap udah meninggal, abang gue lagu kuliah di Amerika dan gue nggak punya adek." Jelas Thalia ringan setelah terdiam beberapa saat.

Vita yang mendengaranya bukanya semakin lega, namun kini ia memilih membuka suaranya lagi untuk bertanya, "lah, Lo disini ngikut sapa?"

Thalia membuang bungkus kripik singkongnya dan kini beralih membuka kemasan baru dari kripik lainya, Thalia pencinta kripik rasa apapun, asal bukan rasa cinta, "Ada tante gue dia punya anak seumuran sama kita namanya bella," Jawab Thalia lagi.

"Jinjja? " Vita bersorak senang, kini Ia akan mempunyai teman baru lagi. Vita suka berkawan dengan siapapun bahkan dari kalangan manapun.

Thalia bergumam pelan sambil menggaruk rambutnya, "Hm, kapan-kapan gue ajak ketemu dah"

"Okee" Vita berbinar senang.Namun tak berselang lama teriakan menggema dari luar rumah membuat kedua manusia yang duduk manis langsung terlonjak kaget.

" Bangsat suara siapa sih?" Gerutu Thalia sambil menengoknya dari jendela kamarnya.

"THALIAA SAYANG!" Teriak Erlan lagi. kini suaranya Ia keraskan saat tak ada tanda tanda sang empu akan muncul.

"THALIAA, RAGA GANTENG DATENG," Ucap Raga yang kini berkemeja hitam dengan kacamata yang bertengger manis diatas kepalanya.

"OH THALIA GRAHA ORANG SEKECE DATANG NIH" Graha berteriak tak kalah kerasnya sontak dihadiahi tatapan maut dari netra Erlan.

"Disini gue doang yang normal" Rey bergumam pelan.

***

WARNING ❗

TYPO BERTRBARAN

Mohonsalingmengingatkan:)

LaThaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang