Writing by: Astriavrilia_ & Day_Ey1
***
Disaat kita sedang dalam kesedihan ada pasangan lain yang tengah merasakan kebahagiaan, dan sahabatmu lah salah satunya.
Erlangga_
***
Satu jam berjalan sangat lambat bagi Erlan. Ia menggerakan kedua kakinya yang mulai terasa kaku. Operasi pengangkatan peluru di punggung milik Thalia memakan waktu yang sangat lama. Tak heran memang, karena bisa dihitung empat peluru atau bahkan lebih yang menembus punggung mungil milik Thalia.
Erlan mengehembuskan napasnya kasar, saat perutnya mulai keroncongan. Tak masalah baginya, Ini bukan apa-apa dibanding pengorbanan Thalia yang jauh lebih besar. Mengingatnya mampu membuat Erlan terbelenggu perasaan bersalah lagi dan lagi.
"Lan, lo ke kantin sana," tegur Graha sambil menepuk pundak Erlan yang bersandar di dinding tembok rumah sakit. Mata Erlan masih nyaman terpejam, namun berbanding berbalik dengan pikirannya yang berkelana.
"Lan!" tegur Graha, saat tak ada jawaban dari sang empu.
"Gue nunggu Thalia, Gra," jawab Erlan pada akhirnya.
"Sampai kapan, Lan?" tanya Graha tak suka. Pasalnya, Erlan adalah sosok keras kepala apabila menyangkut orang sekitarnya. Tak peduli bagaimana kondisi tubuhnya, yang pasti ia lebih mendahulukan orang lain.
"Thalia ga bakal kemana-mana," jawab Graha sambil memutar kedua matanya jengah.
"Tapi, pikiran gue yang kemana-mana!" sentak Erlan mulai emosi. Mata yang semula terpejam, kini nampak mulai menajam masuk ke netra Graha.
Graha mengehembuskan napasnya pelan. Percuma saja, ia takkan menang kalau berhadapan dengan Erlan yang sekeras batu.
Kini, mereka hanyut dalam keheningan lagi. Hanya ada detakan jantung yang semakin berpacu milik Erlan, untuk menghiasi keheningan.
Setelah sekian lama penantiannya, lampu operasi itu akhirnya mati. Disusul dengan langkah tegap seorang dokter dan perawat dari dalam sana. Erlan yang melihat itu pun langsung melesat untuk mengambil posisi terdepan disusul dengan beberapa anggota Worldhell yang masih setia mengekorinya.
"Dok, gimana keadaan pacar saya?" tanya Erlan harap-harap cemas.
Dokter itu berdehem sebentar untuk menetralkan keadaan yang masih tegang. Harus ia akui, aura Erlan tak pernah main-main.
"Pasien menerima empat tembakan yang berbeda di setiap punggungnya. Setiap peluru yang masuk memiliki ukuran masing-masing, salah satu peluru itu menembus kepala bagian belakang milik pasien yang menyebabkan pasien mengalami koma dalam jangka panjang," jelas Dokter tersebut sambil memasukkan kedua tangan ke saku jas putihnya.
Seketika dunia Erlan akan runtuh, saat itu juga. Matanya nampak memburam. Kedua kakinya yang tak siap menopang tubuhnya hampir saja akan terjatuh, jika tidak ditahan oleh anak Worldhell di belakangnya.
"Saya permisi dulu." Pamit dokter itu, lalu melenggang pergi meninggalkan sekelompok lelaki berjaket sama.
Graha yang sedari tadi fokus mendengarkan, akhirnya memilih menjauh sejenak untuk memberi kabar pada seseorang.
"Rey, Bu bos koma," bisik Graha.
***
Di lain tempat, Rey terkekeh pelan ketika melihat Vita makan bakso dengan lahapnya. Bahkan, mangkok yang harusnya jatah Rey, kini telah berpindah tangan.
Mereka kini tengah berada di kantin rumah sakit. Setelah adegan menangis tadi, perut Vita berbunyi dengan kerasnya, membuat Rey mau tak mau mengajak Vita untuk pergi makan.
"Tambah lagi?" tanya Rey yang dijawab Vita dengan gelengan kepala pelan, karena mulut Vita penuh dengan bulatan daging.
Rey terkekeh, sambil mengesampingkan anak rambut yang mengganggu kegiatan makan Vita.
Mereka kini terdiam kembali. Rey yang asyik mengamati sosok lucu Vita dan Vita yang masih asyik menikmati semangkok bakso terakhirnya.
"Rey?" Vita mengerjap pelan, saat Rey masih memandangi dirinya. Tunggu dulu, jangan-jangan di bibir Vita masih ada saosnya. Cepat-cepat Vita mengelap bibirnya. Namun, nihil saat ia tak menemukan apapun.
"Rey?" Vita mengulangi pertanyaanya lagi.
"Hm?" Rey menaikkan satu alisnya, namun terkekeh pelan saat melihat bibir Vita yang maju beberapa senti.
"Boleh minta es tehnya gak?" Vita bertanya dengan menampilkan senyum manisnya. Rey terkesiap pelan, Ia memegangi dadanya yang mulai berpacu lebih cepat. Hanya dengan Vita semua terasa lebih beda.
"Ngga boleh ya?" tanya Vita murung saat Rey masih dalam mode diamnya. Netra Vita masih setia melirik segelas teh milik Rey yang masih utuh.
Rey menyodorkan segelas teh miliknya dihadapan Vita, yang tentunya dihadiahi dengan binaran senang.
"Makasih, Rey." Vita tersenyum manis yang dibalas Rey dengan anggukan kepala ringan.
"Rey, boleh tanya?"
"Yang kemarin, lo bercanda kan?" imbuh Vita menatap balik Rey.
"Kemarin?" Rey menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Ehem, yang lo bilang, kalau kita pacaran. Bohong kan?" ulang Vita memastikan
"Engga," jawab Rey sambil menatap netra Vita. Satu tangannya ia julurkan untuk menggenggam tangan Vita.
"Bohong?" tanya Vita gugup. Pasalnya, Rey kini sedang mengelus tangannya pelan. Anehnya, hatinya ikut menghangat.
"Engga, Vita, gue serius."
"Rey, ga lucu loh." Vita mengelak keras. Kepalanya ia tundukkan untuk menyembunyikan semburat merah di pipi putihnya.
"Gue gak pernah main-main sama ucapan gue," jawab Rey tegas.
"Bagaimana bisa?"
"Ya bisaaa lah."
"Ishh."
Vita hanya bisa menggerutu tidak jelas. Sejenak, dirinya mampu melupakan temannya yang tengah berjuang antara hidup dan mati di ruang operasi sana. Bukan karena tidak perduli, tapi karena memang dia harus berusaha sabar menghadapi cobaan yang ada di depannya saat ini.
Tiba-tiba deringan ponsel milik Rey memecahkan obrolan keduanya. Tanpa melepaskan genggamannya, Rey menggangkat panggilan dari Graha, teman gesreknya.
"Kenapa?" tanya Rey bingung.
"Rey, Bu bos koma," ucap sebuah suara di seberang sana.
***
WARNING❗
TYPO BERTEBARAN ❗
Heyooooo!! lama ngk up nih:(
Karena ada beberapa kendala yang mengharuskan untuk tidak up beberapa hari ini:(Oke deh see you next chapter!
Byebye👋
KAMU SEDANG MEMBACA
LaTha
Teen FictionIni bukan cerita dimana bertemunya si bad boy dan si good girl. Bukan juga tempat dimana bertemunya si es batu dan si matahari. Tapi tempat di mana bertemunya si gila dengan sesama gila. Erlangga Adira Agresiraha lelaki tampan ini memiliki sifat yan...