Hypnosis Microphone © King Records
Cover © Picrew
Story © RefiAdhy & LavendulaMinty
.
.
.
Jyuto pikir pertemuannya kembali dengan Jiroko adalah sebuah takdir. Namun, di sisi lain, Jyuto juga berpikir apakah takdir tengah mempermainkannya dengan membuat Jiroko bereinkarnasi menjadi seorang lelaki.Siang itu, Jyuto dan Riou hendak makan siang di sebuah restoran ketika memergoki dua adik Ichiro tengah berargumen di salah satu meja.
"Oh, bukankah itu member Buster Bros?" Jyuto tak bisa menahan bibirnya untuk berkontraksi membentuk seulas senyum begitu melihat sosok Jiroko. Ralat, Jiro.
Riou yang tengah berjalan bersamanya tampaknya juga terlihat tertarik dengan si bungsu Yamada yang menemani Jiro. Ah, benar. Bukankah Riou memiliki sedikit ingatan? Mungkinkah ia masih mengingat rasa sayangnya terhadap Saburo di masa lalu?
Jiro spontan berdiri dari kursinya. "Mad Trigger Crew?!"
"Oya, tidak perlu panik begitu, kami tidak akan melakukan apa-apa, kok."
"Bagaimana aku percaya kata-kata itu setelah kau tiba-tiba memelukku dulu?!"
"Memeluk?"
"Ah, tidak, Riou. Itu hanya salah paham," Jyuto tertawa kikuk ke arah Riou.
Jyuto tak pernah lupa dengan suasana seratus tahun silam. Jiroko dan Sabuko sangat sering bertengkar. Jyuto dan Riou akan sering melerai mereka berdua. Terkadang Jyuto dan Jiroko juga bertengkar, namun Jyuto selalu berhasil meredakan situasi dengan caranya sendiri. Jyuto tak benci Jiroko yang pemarah. Jyuto menyukai segala yang ada pada perempuan itu. Jika Riou dan Sabuko bertengkar, Riou selalu mengalah dan Sabuko akan lelah sendiri. Setelah situasi mereda, Samatoki akan kembali memulai pertengkaran dengan Ichiko.
Suasana tersebut tak banyak berubah meski seabad lebih telah berlalu dan mereka semua mengalami reinkarnasi. Samatoki di zaman Taisho juga dekat dengan Ichiko, sama seperti Samatoki dan Ichiro pada era TDD. Namun, keduanya menjadi lebih sering adu mulut semenjak tahu bahwa adik keduanya, Jyuto dan Jiroko, saling menaruh bibit cinta.
Percekcokan mereka di restoran membawa keempatnya ke sebuah gang sepi. Jyuto sangat tahu jika Jiroko sudah naik darah, dia bisa melakukan segala kebodohan yang tidak terpikirkan oleh Jyuto. Apalagi Jiroko yang sekarang adalah seorang lelaki. Pasti cara berpikirnya bisa lebih liar.
"Kau mau menggunakan hypnosis mic?" Jyuto menaikkan kacamata yang selalu bertengger di batang hidungnya.
"Saburo, aku akan melawan mereka berdua. Kau duduk saja dan melihat dari situ," Jiro menunjuk suatu sudut untuk adiknya berdiri.
"Jangan keras kepala. Mustahil kau bisa mengalahkan kami berdua," Riou menyahut. Di rautnya terpajang sebuah rasa khawatir.
Jyuto bohong jika ia bilang ia tak tertarik. Jiro yang ini sama keras kepalanya dengan Jiroko.
Speaker masing-masing hypnosis mic mulai bergetar memuntahkan nada. Sepanjang prelude, manik zamrud Jyuto tak bisa lepas dari reinkarnasi istrinya yang kini bersemayam dalam tubuh seorang remaja pria. Begitu Jiro melantunkan liriknya, Jyuto sempat berpikir lirik Jiro menghipnotisnya ketika langkahnya membawanya maju mendekati lawan.
Sial. Jirokonya sedekat ini, tapi ia serasa jauh. Jyuto sempat menampar dirinya sendiri secara imajiner, mengingatkan kembali bahwa remaja 17 tahun yang tingginya hampir setara dengan Jyuto kini berlabel Jiro. Namun, Jyuto meragukan kewarasannya. Persetan dengan Ichiro yang mengancamnya untuk tidak mendekati adiknya lagi. Siapa yang sanggup menahan diri ketika dipertemukan kembali dengan orang yang paling disayang setelah berpisah dengan cara yang sungguh memuakkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear J : from Jiroko to Jyuto, from Jyuto to Jiro
FanficJyuto Iruma terlahir dengan ingatan akan kehidupannya seabad lalu. Tahun 1912, zaman Taisho, zaman yang memberikan Jyuto akan ingatan pahit bersama Jiroko, istrinya. Di zaman dimana pria harus bertarung dengan hypnosis microphone, Jyuto kembali dipe...