Dear 8 : Play

358 36 3
                                    

Hypnosis Microphone © King Records
Cover © Picrew
Story © RefiAdhy & LavendulaMinty
.
.
.

Jiro duduk di suatu sudut taman barat Ikebukuro. Meski tangannya sibuk menggulir layar ponsel, pikirannya belum lepas dari ingatan semalam.

Dia? Kawin lari dengan Jyuto?

"Jangan bercanda," gerutu Jiro, tanpa sadar mengeratkan genggamannya pada ponselnya.

"Siapa yang bercanda?"

Jiro tersentak. Kepalanya diputar cepat ke belakang punggungnya. Tampak di sana Gentaro tengah berdiri, separuh wajahnya disembunyikan di balik lengan kimono.

"Kau...masih di sini?"

Saat lengan Gentaro diturunkan, Jiro bisa melihat setipis senyum sinis disana. "Yah, aku cukup puas dengan hotel rekomendasi Jyuto-san."

Raut datar merambati wajah Jiro. "Kalau kau mau memanasiku, percuma saja. Aku tidak tahu hubungan sebenarnya antara kau, Jyuto-san, ataupun denganku."

"Oh, begitu? Jadi, kau tidak ingin tahu?"

Kali ini Jiro tak tahu harus membalas apa.

"Fufu, kau harus bercermin untuk melihat seberapa penasarannya ekspresi yang kau tunjukkan akan hal itu."

"Siapa yang bilang aku penasaran, sialan? Sok tahu sekali jadi orang."

Kali ini Gentaro menampakkan ekspresi kecewa. "Sayang sekali, padahal ada artikel koran langka yang ingin kuberitahu padamu."

"Artikel langka?"

"Ya, berita yang tak bisa kau dapatkan sembarangan." Gentaro mengeluarkan sebuah kertas yang terlipat dari dalam lengan kimononya. "Artikel koran seabad lalu. Memuat namamu dan Jyuto-san disini."

"Apa?!"

Tangan Jiro spontan terangkat, hendak merebut kertas kekuningan di tangan Gentaro. Namun, Gentaro dengan cekatan mengalihkan tangannya, menggagalkan Jiro untuk meraih kertas tersebut.

"Lihat siapa yang lancang di sini."

"Kh-"

"Kukira kau tidak tertarik pada berita lama ini?"

Jiro membuang muka. "Memang! Tidak ada hubungannya denganku!"

Gentaro meletakkan potongan artikel koran terlaminating yang sudah menua itu di permukaan kursi besi yang diduduki Jiro. Anak kedua Yamada itu refleks menyambarnya bak anak anjing menggigit tulang, namun Gentaro bergerak lebih cepat.

"Yare yare, anjing penjaga Ikebukuro tidak jujur, ya."

"Be-berisiiik!" keluh Jiro sambil bangkit dari posisi duduk. "Aku cuma penasaran sedikit! Perlihatkan padaku!"

Gentaro kembali menyembunyikan wajahnya di balik Kimono. "Apa untungnya bagiku memberimu artikel ini?"

"Mana kutahu?! Kan kau yang bilang berniat memperlihatkannya padaku?!"

Gentaro menatap Jiro dalam diam. Tampaknya Jiro sungguh-sungguh tidak tahu apa yang terjadi di masa lalu. Dalam hati ia bertanya-tanya apa yang begitu menarik dari Jiroko. Di masa lalu pun Jiroko tidak jauh berbeda dari Jiro. Lugu, mudah ditipu, dan mudah terpancing emosinya. Berbeda sekali dengan Gentako yang anggun, serba bisa, dan berasal dari keluarga terpandang. Berpuluh lamaran dari keluarga dengan latar belakang yang lebih menjanjikan Gentako tolak demi memenuhi janji lama keluarganya dan keluarga Jyuto: menikahkan anak perempuan dan lelaki dari kedua pihak. Gentako sempat khawatir saat tahu anak laki-laki tertuanya adalah anggota Yakuza dan terang-terangan menolak untuk menikahinya, tapi anak kedua yang merupakan anggota Bakufu menawarkan diri sebagai pengganti, dan Gentako berakhir jatuh hati pada wibawa seorang Jyuto. Tapi semua itu berakhir sia-sia karena Jiroko muncul dan menghancurkan semuanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear J : from Jiroko to Jyuto, from Jyuto to JiroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang