Hypnosis Microphone © King Records
Cover © Picrew
Story © RefiAdhy & LavendulaMinty
.
.
.Battle dinyatakan selesai. Mad Trigger Crew keluar sebagai pemenang. Jyuto menatap nanar pada ketiga member Buster Bros yang tergeletak dengan tubuh kejang. Efek hypnosis mic begitu kentara tengah menjangkiti beberapa saraf di tubuh mereka dan melumpuhkannya.
Dada Jyuto remuk redam. Jika hasilnya menjadi begini, perkataan Ichiro tak ada salahnya. Bahwa Jyuto kembali mendekati Jiro hanya untuk menyakitinya. Jyuto bisa menangkap gigi-gigi Ichiro yang bergemeretak. Ekspresi itu menunjukkan seberapa kesalnya ia sebagai kakak yang tak bisa membawa adik-adik kesayangannya pada kemenangan.
Masih sama seperti Ichiko yang merasa gagal membawa kebahagiaan untuk Jiroko dan Sabuko.
Dengan itu, Jyuto pikir takdir tak punya alasan lain untuk mempertemukan Mad Trigger Crew dengan Buster Bros. Begitu pula dengan Jyuto dan Jiro. Ultimatum Ichiro yang bersikeras melarang Jyuto mendekat kembali pada Jiro membuat si polisi itu mau tak mau harus menyerah pada dirinya sendiri. Jyuto begitu mendambakan ia akan mendapatkan kasihnya kembali. Tak peduli Jiroko yang sekarang telah bereinkarnasi menjadi Jiro. Karena meski seabad telah berlalu, nyatanya Jyuto tak bisa menolak perasaannya yang menggebu-gebu terhadap si anak tengah Yamada.
Begitu pula dengan rasa bersalahnya yang telah membawa Jiroko pada kematian yang harusnya tidak terjadi.
"Keberadaanmu itu sudah seperti penyakit untuk Jiroko."
Jyuto menunduk, menyembunyikan ekspresinya yang menyendu. Kemudian berbalik dan mengekori Samatoki serta Riou yang telah berjalan lebih dulu menuju belakang panggung. Tim medis yang berpapasan dengannya untuk menjemput tim Buster Bros dengan tandu sama sekali tak ia hiraukan.
* * *
"Jiroko-"
Jyuto mematung ketika ada tangan lain yang menangkap Jiroko lebih dulu sebelum jatuh karena terantuk batu. Seorang pemuda berambut merah dengan aksen toska yang sangat familiar bagi Jyuto. Jyuto selalu merasa tak suka melihat pria itu begitu lembut memegang tengan Jiroko dan membantunya berdiri.
"Do-Doppo...."
Jyuto makin merengut. Ia juga tak suka suara Jiroko menyebut nama itu.
"Jiroko-chan, kau tidak apa-apa?"
"Tidak apa-apa. Terima kasih, Doppo."
Setelah memastikan tunangannya berdiri dengan stabil, Doppo baru menangkap sosok Jyuto yang berdiri tak jauh dari mereka.
"Oh, untuk apa kau kemari, Jyuto-san?" Ekspresi Doppo mengeras. Tangannya mendekap Jiroko protektif. "Masih berniat menggoda tunangan orang lain padahal kau sudah punya tunangan sendiri?"
"Doppo!" Jiroko spontan menegur.
"Jiroko-chan, kau juga tahu dirilah! Kita sudah bersama sedari kecil dan tahu bahwa kita akan menikah, kenapa kau masih meladeni pria seperti dia?"
Jyuto hanya melempar tatapan tajam, membalas tatapan yang sama dengan yang dilempar oleh tunangan Jiroko. Doppo lekas mengajak Jiroko untuk kembali. Mengabaikan Jiroko yang menoleh menatap Jyuto dengan memelas. Dalam situasi ini, Jyuto tak bisa melawan. Ia cukup menyadari bahwa dirinyalah yang menjadi kriminal disini. Jyuto tak ingin memancing perkara lebih jauh yang dapat melibatkan Jiroko.
"Kau masih saja jarang menyisir rambutmu, huh? Dasar, apa kau tidak bisa dengan rutin menyisir rambutmu sendiri tanpa aku?" Doppo berusaha mengalihkan perhatian Jiroko yang masih terpaku pada Jyuto. "Kemarin aku membeli jepit rambut yang mengingatkanku padamu. Aku yakin jepit itu akan cocok dengan Jiroko-chan. Akan kupasangkan nanti di rambut indahmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear J : from Jiroko to Jyuto, from Jyuto to Jiro
FanfictionJyuto Iruma terlahir dengan ingatan akan kehidupannya seabad lalu. Tahun 1912, zaman Taisho, zaman yang memberikan Jyuto akan ingatan pahit bersama Jiroko, istrinya. Di zaman dimana pria harus bertarung dengan hypnosis microphone, Jyuto kembali dipe...