Makan!

91 15 0
                                    

"Assalamualaikum," Salam Satibi dengan nada yang dibuat seperti Upin Ipin.

"Waalaikumussalam. Eh keponakan Bi Syfah Sudah pulang. Bagaimana? Kamu gak jatuh ke sawah kan?" Tanya Bi Syfah sambil terkekeh.

"Gak kok, Bi Syfah. Ternyata suasananya sejuk sekali," sahut Satibi sambil tersenyum dan bersalaman dengan Bi Syfah.

Satibi mulai melepaskan sepatunya dan beranjak menuju meja makan.

"Bi, lapar," keluh Satibi sambil langsung duduk di ruang tamu dan menyetel televisi.

"Oh, iya. Sebentar Bibi bawa makanannya ya. Kakak mau makan?" Tanya Bi Syfah sambil menoleh ke arah Paman Stev yang tengah mengurusi beberapa bon belanjaan.

"Boleh, dek. Jangan lupa teh hangat ya," sahut Paman Stev sambil tersenyum.

"Paman Stev!! Kok ini nomor enam bukan Upin Ipin sih? Kan biasanya ada Upin Ipin jam segini," teriak Satibi Satibi sambil mengotak-atik remote televisinya.

"Oh, di sini Upin Ipin nomornya bukan enam. Tapi dua. Coba diganti," ujar Paman sambil menghampiri keponakannya itu.

Satibi mulai memencet angka dua. Walaupun belum bisa menulis atau membaca, Satibi sudah mulai mengetahui beberapa angka dan juga berbagai nama hewan dan buah.

"Satibi suka sekali dengan Upin Ipin ya?" Tanya Paman Stev sambil mengacak-acak rambut gadis itu.

"Iya. Suka sekali. Abisnya lucu," sahut Satibi tanpa menoleh ke arah Paman Stev yang hanya tersenyum perlahan.

"Satibi ayo makan dulu," ajak Bi Syfah sambil membawakan beberapa piring makanan.

Kini di ruang tamu sudah terdapat banyak hidangan, seperti sayur lodeh, sosis goreng, dan..

"Ini apa, Bi?" Tanya Satibi sambil menunjuk sebuah makanan yang mirip dengan daging.

"Ini namanya empal atau gepuk daging sapi. Enak loh. Mau coba?" Tanya Bi Syfah sambil menyodorkan piringnya.

"Pedas tidak?" Tanya Satibi yang berusaha memastikan dulu.

"Gak dong. Kan dibuat khusus untuk Ibi. Dicoba ya mau?" Tawar Bi Syfah sambil menyendokkan sedikit dagingnya ke arah piring Satibi.

Satibi rupanya masih asik dengan tontonannya itu.

"Assalamu'alaikum, Pak ustadz," salam seseorang dari luar rumah.

"Waalaikumussalam. Sebentar ya dek, Ibi." Paman Stev segera beranjak dari duduknya dan pergi keluar rumah.

"Eh, Pak Haji."

Seorang bapak dengan kaus oblong dan sarung tersenyum ke arah Paman Stev.

"Itu, Pak ustadz. Beli telur ayam dua kilo ya," ujar Pak Haji sambil melihat-lihat telur yang ada.

"Sama telur puyuh deh sekilo."

"Wah, mau ada acara besar-besaran ya, Pak?" Tanya Paman Stev dengan antusias.

"Iya, Pak ustadz. Mau ada saudara banyak dari kota. Biasa, mau pada ziarah ke makam ibu dan bapak di sini. Kan mau menjelang puasa," jelas Pak Haji sambil tersenyum ramah.

"Oh, iya. Kebetulan saya belum sempat ke kota lagi untuk menjenguk mertua. Maklum dia di sana dengan anak pertamanya. Jadi baru sempat video call saja," jelas Paman Stev sambil menimbang telurnya.

"Ini, Pak Haji telurnya."

"Berapa Pak ustadz?"

"Telur ayamnya empat puluh enam ribu ditambah telur puyuhnya dua puluh lima ribu. Jadi tujuh puluh satu ribu ya, Pak."

Satibi Mengenal TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang