Kemalingan!

49 6 0
                                    

Pagi menjelang siang ini, Satibi mulai disibukkan dengan kegiatan menggambar. Hobi yang baru saja dia miliki semakin mengalihkan dunianya. Baginya, menggambar akan membuat dunianya lebih hidup. Sama seperti warna-warni yang ada dalam krayon yang sedang Satibi pakai.

Kali ini dia memakai baju yang sudah tak digunakan lagi. Alasannya klasik. Karena tidak ingin mengotori baju yang masih dipakai.

"Bi," Panggil Bi Syfah sambil mengambil tas selempangnya yang ada di kursi.

"Iya, Bi. Ada apa?" Tanya Satibi yang mulai memberhentikan aktivitas menggambarnya.

"Bi Syfah mau ke pasar. Ibi di rumah saja gapapa? Paman Stev masih ada kegiatan di masjid," tanya Bi Syfah sambil mengelus kepala Satibi.

"Gapapa kok, Bi." Sahut Satibi sambil tersenyum.

"Kalau gitu Bi Syfah jalan dulu ya. Kalau mau ganti baju, Ibi jangan lupa cuci tangan dulu. Bajunya ada di kamar ya," ucap Bi Syfah sambil mencium kening Satibi.

"Iya, Bi," sahut Satibi sambil tersenyum lagi.

"Assalamu'alaikum," salam Bi Syfah.

"Waalaikumussalam. E-eh, Bi!" Panggil Satibi yang membuat Bi Syfah langsung menoleh.

"Jangan lupa beli kolang-kaling warna merah dan hijau ya. Cincau hitam juga boleh. Susu dan sirup cocopandannya juga ya," pesan Satibi.

"Lengkap ya. Oke deh," sahut Bi Syfah sambil terkekeh dan mulai berjalan ke arah luar.

"Ini Bi Syfah kunci dari luar saja ya. Ibi di dalam saja jangan keluar-keluar. Paman Stev sekitar habis zuhur baru kembali," ucap Bi Syfah.

"Iya, Bi."

Kali ini Bi Syfah Ingin pergi ke pasar lantaran beberapa hari ke depan lebaran akan tiba. Biasanya Bi Syfah akan memasak makanan yang banyak untuk dibagikan ke tetangga. Stok di rumah hanya dibuat sedikit karena biasanya ia dan Paman Stev akan mengunjungi rumah Eyang saat hari raya.

Satibi mulai melanjutkan aktivitas menggambarnya seperti biasa. Kini ia lebih pandai menggambar setelah diberikan krayon oleh Ummi dan juga Luthfi.

"Ibi nak gambar Nusa dan Rara!" Serunya sambil mengambil warna kuning, merah, dan hijau.

"Sebelah sana."

"Sebelah sana saja."

"Nanti kalau ketahuan?"

"Udah sih ikuti perintah saja."

Satibi yang mendengar desas desus suara orang pun mulai melongok ke segala arah.

Ia berdiri dan mulai berjalan perlahan menuju ke depan pintu rumah. Ia membuka sedikit tirai jendela. Di depan sana nampaknya ada dua orang yang tak dikenali. Ia melongok ke sana kemari entah mencari apa.

"Orang-orang itu siapa ya? Teman-teman Paman Stev kah?" Tanya Satibi sambil mengintip sedikit.

"Tapi kalau temannya Paman Stev, pasti dia akan mengetuk pintu," gumam Satibi.

"Ambil barangnya. Jangan habisi orang yang ada di dalamnya!"

Satibi mulai menutup pintu saat mendengar percakapan terakhir itu.

Ia mulai menuju ke pintu belakang. Beruntunglah jika pintu belakang sudah dikunci terlebih dahulu oleh Bi Syfah.

"Jendela!"

Ia mulai berlari ke arah kamar untuk menutup jendela-jendela. Beruntunglah semua jendela yang ada di rumah Bi Syfah diberikan tralis.

Satibi mulai mengambil kursi berat untuk menahan pintu depan. Tak lupa dengan menaruh batu besar yang sering disebut cobek di atas kursinya.

Satibi Mengenal TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang