Hilang!

59 8 0
                                    

"Bi Syfah mau kemana?" Tanya Satibi sambil meletakkan boneka barbie yang dimainkannya.

"Bi Syfah mau ke pasar," ujar Bi Syfah sambil memakai ciputnya.

"Oalah."

"Kamu mau ke pasar? Kakak mau ke masjid nih. Ada acara rapat dadakan, Dek. Satibi sama siapa di rumah?" Tanya Paman Stev sambil memberhentikan aktivitas mengelap kaca.

"Dadakan banget, Kak? Tau gitu tadi Adek ke pasar lebih pagi. Soalnya bahan makanan habis. Kalau gak ke pasar, nanti gak ada makanan untuk buka," terang Bi Syfah dengan wajah bingung.

"Ibi ikut Bi Syfah Aja gapapa," ujar Satibi sambil tersenyum dan mematikan televisinya.

"Ibi ikut Paman Stev aja. Kasian Bi Syfah Nanti kewalahan kalau bawa Ibi ke pasar," ajak Paman Stev.

"Tak nak lah. Ibi tak nak kacau Paman di sana," sahut Satibi sambil menggenggam tangan Bi Syfah.

Paman Stev menoleh ke arah Bi Syfah. Bi Syfah hanya bisa tersenyum sambil mengangguk tanda mengerti.

"Ya sudah jangan nakal di sana ya. Ikuti kata Bi Syfah. Di sana banyak orang. Kalau Ibi gak ikut kata Bi Syfah, takutnya Ibi hilang," terang Paman Stev sambil mengecup kepala Satibi.

"Iya InsyaaAllah, Paman," seru Satibi sambil tersenyum.

"Ya sudah kalau gitu. Dek, Kakak berangkat dulu ya," ujar Paman Stev sambil tersenyum.

"Iya, Kak. Hati-hati ya," sahut Bi Syfah sambil menyalimi Paman Stev.

Satibi ikut menyalimi sambil tersenyum manis.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumussalam," sahut Bi Syfah dan Satibi.

"Ayo kita berangkat," ajak Bi Syfah yang baru selesai memakai kerudung.

"Kita jalan, Bi?" Tanya Satibi saat memakai sandal.

"Iya. Tapi nanti kita naik angkutan umum juga. Soalnya agak jauh," ujar Bi Syfah sambil tersenyum dan mengelus kepala Satibi.

"Oke deh, Bi."

Bi Syfah mulai mengunci pintu dan mengajak Satibi untuk jalan.

Perjalanan hari ini cukup terik. Kalau di pasar yang dituju ini, sudah siang pun masih banyak toko-tokonya yang buka. Karena Pasar ini khusus dibuka sampai sore. Oleh karena itu, pasar ini disebut sebagai Pasar Pare (pagi-sore). Tetapi harus menempuh jarak sekitar 1,5 KM dulu untuk sampai di sana.

Setelah empat puluh lima menit di perjalanan, sampailah mereka di sebuah pasar yang luas.

Satibi melihatnya dengan takjub. Karena sebelumnya dia tidak pernah ke sini. Waktu bersama Ummi, ia lebih sering pergi ke supermarket di ke pasar tradisional seperti ini.

"Ibi mau ikan atau ayam?" Tanya Bi Syfah sambil mengajak Satibi melewati beberapa toko pakaian.

"Mau siput sungai," ujar Satibi.

"Eh? Kalau mau siput sungai beli saja di Pak Somad," sahut Bi Syfah.

"Sekarang yang lain aja ya? Satibi maunya apa selain siput sungai?" Tanya Bi Syfah.

"Daging dan ikan," ujar Satibi sambil menunjuk ke arah tempat khusus jualan sayur mentah, daging, ikan, dan ayam.

"Ya sudah, yuk!" Ajak Bi Syfah.

Suasana pasar ini lumayan ramai. Terutama di bagian belakang pasar khusus bahan makanan dan bumbu dapur. Tempat ini paling sering digandrungi oleh para Ibu-ibu yang hobi masak.

Satibi Mengenal TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang