Ke surau!

65 11 0
                                    

Warning!!!
Jangan lupa vote dulu sebelum baca. Hargai orang lain, maka kamu akan dihargai juga oleh orang lain. Selamat membaca🌻

"Alhamdulillah sudah sampai!" Seru Paman Stev sambil membuka pintu mobilnya.

"Alhamdulillah."

"Ibi mau tidur? Kalau Ibi mau tidur, nanti ditemani Bi Syfah. Paman ingin mengajar mengaji di surau," ujar Paman Stev.

"Mengaji? Di surau? Ramai budak-budak tak?" Tanya Satibi yang terlihat langsung segar kembali.

"Ramai! Semua yang mengaji itu anak-anak. Harusnya Bi Syfah Ikut mengajar juga, tetapi kalau Ibi ingin tidur, Bi Syfah nanti akan menjaga Ibi," jelas Paman Stev.

"Ibi nak ikut! Ibi nak main dengan kawan-kawan baru," rengek Satibi.

"Memang Ibi tidak lelah?" Tanya Bi Syfah sambil menyejajarkan tingginya dengan Satibi.

"Gak kok, Bi. Ibi kuat! Ibi mau belajar mengaji sama kawan-kawan," ucap Satibi dengan bersemarak.

Bi Syfah menoleh ke arah Paman Stev tanda meminta persetujuan. Paman Stev hanya bisa tersenyum sambil mengangguk.

"Ya sudah mumpung belum azan, Satibi mandi dengan Bi Syfah ya. Nanti kita sama-sama pergi ke surau bareng Paman Stev," ujar Bi Syfah sambil membuka pintu.

"Iya, Bi."

🕌

Sore ini awan langit hampir secerah hati Satibi. Walaupun agak lelah dan mengantuk, ia bertekad kuat untuk ikut pergi mengaji di surau.

"Wih, keponakan Paman sudah wangi dan cantik. Pakaiannya rapih sekali," puji Paman Stev sambil memakai sarungnya.

"Iya dong hehe."

Bi Syfah keluar kamar dengan busana yang lebih rapih dan selalu sopan tentunya.

"Sudah siap berangkat?" Tanya Bi Syfah sambil mengunci pintu kamar dan membawakan tas ransel Satibi.

"Nanti kita buka puasa di sana kah?" Tanya Satibi sambil memakai sendalnya.

"Eum, Ibi mau buka di sana?" Tanya Paman Stev.

"Iya."

"Kebetulan kita belum punya makanan untuk buka 'kan, Dek?" Tanya Paman Stev sambil memakai kopiahnya.

"Belum sih, Kak. Ya sudah kita buka di sana saja," ujar Bi Syfah sambil mengunci pintu rumah.

"Ya sudah. Ayo kita jalan!" Ajak Paman Stev dengan riang.

Perjalanan menuju surau tidak membutuhkan waktu lama. Paling tidak hanya sekitar sepuluh menit. Karena surau ini letaknya tidak terlalu jauh dari masjid.

Surau di desa Paman Stev tidak seperti surau pada umumnya. Surau ini hanya terbuat dari bambu-bambu dan juga kayu asli dari pepohonan. Tanpa semen ataupun cor. Berdiri tinggi menjulang hampir mirip rumah panggung.  Besarnya tidak sebesar Masjid ataupun mushola. Surau ini sering digunakan untuk seseorang yang hendak singgah menjalankan sholat. Terutama saat berada pada jam di luar waktu sholat berjamaah. Karena biasanya Masjid akan ditutup di luar waktu sholat berjamaah.

Selain itu, surau ini biasa digunakan untuk tempat mengaji anak-anak. Juga sebagai tempat anak-anak remaja untuk menimba ilmu. Setidaknya muat untuk ukuran 25 anak remaja dan juga guru pembimbing. Kegiatan lainnya adalah musyawarah. Biasanya kalau ada rapat antar ketua RT atau RW, acaranya akan diberlakukan di sini. Persis seperti fungsi masjid pada zaman Rasulullah Saw.

"Sudah sampai!" Seru Paman Stev sambil melepas sandal dan bersiap membantu Satibi menaiki tangga.

"Wah, tempatnya lucu! Di kota gak ada surau ya, Paman? Kok Satibi gak pernah lihat?" Tanya Ibi sambil tersenyum sumringah.

Satibi Mengenal TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang