Chap. 4 - Elaborate

619 96 10
                                    


Myungsoo membuka matanya. Mengecek panggilan yang masuk ke ponselnya dan mengangkat panggilan itu dengan mata setengah terpejam.

"Nde, saya sudah dijalan." Bohong Myungsoo sambil memakai celananya.

"Jeseonghamnida, saya hanya sebentar pulang kerumah. Saya akan segera kembali." Ucapnya lagi kemudian meraup tas dan jaketnya. Saat ia hendak mebuka pintu kamar itu ia berbalik. Mendekati selimut tebal yang menutupi wanita itu dari ujung kepala hingga kaki.

"Aku pergi." Pamit Myungsoo kemudian mengecup pucuk kepala wanita itu dan mengelus rambutnya pelan.

----------|||---------

Sehun yang terbangun ditengah malam itu mengecek Suzy yang tidur disampingnya. Namun ia tak melihat Suzy disana. Sehun perlahan berjalan kearah kamar mandi sambil menggaruk lengannya yang gatal.

"Kau di..." Ucap Sehun terhenti ketika mendengar isakan dari dalam kamar mandi. Ia menghela nafasnya kemudian mendudukkan tubuhnya bersandar di samping pintu kamar mandi. Mendengarkan isakan Suzy yang ia tahan agar tak menimbulkan suara keras yang dapat membangunkannya. Meskipun sebenarnya sia-sia karena Sehun sudah mendengarnya.

Klek...

Setelah hampir 1 jam didalam kamar mandi. Suzy membuka pintu dan mendapati Sehun yang sudah berbaring memunggunginya. Berada disana sebelum Suzy tahu bahwa ia mendengar tangisnya. Perlahan ia naik ke tempat tidur kemudian melingkarkan tangannya di pinggang Sehun. Dan Sehun yang merasakan tangan Suzy itu berbalik dan memeluk Suzy. Seperti tak terjadi apa-apa.

-------------|||----------

Myungsoo bersandar pada dinding lorong itu kemudian membenturkan kepalanya berulang kali. Memaksa matanya agar tetap terbuka. Tangannya merogoh sakunya, menerima panggilan yang masuk dengan mata terpejam. Sungguh, ini sudah jam makan siang tapi ia belum juga mendapatkan jatah tidurnya.

"Yeobeosaeyo." Sapa Myungsoo.

Myungsoo terdiam. Mendengar suara wanita diujung panggilan itu. Suara wanita yang paling ia benci didunia ini.

---------.

Myungsoo memasang wajah dinginnya pada wanita berbalut pakaian mahal yang terlihat murahan ditubuhnya itu. Wanita itu memasang wajah remehnya menatap Myungsoo yang menatapnya dengan pandangan super dingin yang jika itu kekuatan super ia bisa membekukannya dengan sekali kedip. Mereka terus terdiam, di bangku diarea parkir luar yang jarang dilewati oleh pegawai itu.

"Tidakkah kalian keterlaluan." Ucap wanita itu. Melipat tangan didepan dadanya dengan kaki yang berpangku.

"Kudengar kalian sudah banyak membuka cabang dari uang appamu, tidakkah sudah saatnya ibumu melepasnya." Lanjutnya.

Myungsoo memejamkan matanya pelan kemudian menghela nafasnya. Membuat wanita itu berdecak.

"Aku mengerti perasaan ibumu, aku juga wanita. Tapi menolak perceraian tidak akan menyelesaikan masalah ini. ibumu pikir ia membuat kami tak bahagia, aniya. Kami baik-baik saja meskipun aku hanya wanita simpanannya." Balasnya. Membuat Myungsoo kembali menutup matanya.

"Ini bukan pertama kalinya appamu membujuk ibumu untuk menceraikannya. Bukan dia yang menceraikannya. Dan aku juga sudah mengatakannya ribuan kali, ini tidak akan menguntungkan untuk siapapun. Terutama ibumu." Lanjutnya yang langsung mendapat tatapan tajam Myungsoo yang menusuk.

"Kau pasti mengerti penderitaan dan kesedihan ibumu, jadi minta ibumu untuk menandatangani surat cerai itu." Ucapnya dengan nada yang kelewat sombong dan percaya diri.

"Aku tidak akan melakukannya." Ucap Myungsoo dengan wajah kaku. Membuat wanita itu menutup matanya dan menghela nafasnya kesal.

"Apa kau sama bodohnya dengan ibumu, bagaimana bisa kau menjadi dokter dengan otakmu." Kesalnya. Wanita itu kemudian menyunggingkan senyumnya. Merasa tak percaya dengan apa yang ia hadapi. Putra dari laki-laki simpanannya yang setebah baja yang tak bisa roboh itu.

S I L E N C ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang