"Lord, Tetua Coldish--"
"Kurung dia."
"--baik, Lord Saint."
•VAMPIRE•
Dia tersenyum.
Aura dingin tiba-tiba datang dan warna kulitnya yang seputih salju berubah menjadi biru berkilauan.
Es.
Tangannya sedingin es.
"Tunjukan padaku pembantaian kecil yang telah kau siapkan malam ini, Mean."
Mean mengangguk dan menjentikkan jarinya. Gotcha! Ruangan yang awalnya adalah sebuah kamar kini berubah menjadi taman gersang dengan bunga dan pohon yang berwarna hitam.
Tanpa kehidupan.
Tanpa manusia lain di dalamnya.
"Lord, sekarang?"tanya Mean.
Senyum menyeramkan mulai terlihat.
"Ya, sekarang."jawaban dengan nada tegas dan penuh penekan dari Saint-Lord Saint Suppapong sang vampire.
COLD ONE;
"Perth bekalnya ayah taruh di atas meja, jangan lupa untuk membawanya!!"teriak pria paruh baya dari dalam kamar mandi, dia sedang memasang walpaper bercorak kelopak bunga tulip di dalam sana.
"Ayah?"
"Ya?!"
"Bisa ayah tidak berteriak?"
"Eh?kenapa perth!?"
"Kita bersebelahan ayah!bahkan ayah tidak menutup pintu kamar mandi. Yasudah Perth pergi ya?"
"Ya..."
Perth berdecak. "Ayah dengar tidak?!"kesal karena tidak mendapat jawaban kini giliran perth yang berteriak.
"Kau ingin ayah menggantungmu di pohon mangga depan rumah perth tanapon?!!?"
Perth terkekeh dan mengusap pelan lengan sang ayah ketika melihat pria itu keluar dari kamar mandi dengan wajah masamnya.
"Perth bercanda ayah, hehe. Ayah nanti tidak tampan lagi lho!Perth pergi ya?dah ayah~"
Joss-yang dipanggil ayah tersenyum teduh menatap kepergian putra mungilnya--
"Hati-hati...luna."
--dan juga sang luna yang telah ia rawat sedari kecil.
Thu,16 April.
Short story.
Next?
No matter yes or no, i just make this story because very missing them.