Happy Reading !!!
Jangan lupa vote and comment ya, biar aku semangat bikinnya.
Mon maap juga aku baru belajar nulis wkwk...:) jadi maklum yaaa
*********
Dias mengacak-acak rambutnya prustasi, Amara kini sudah pergi dari hadapan nya, bahkan juga sebentar lagi dari hidupnya. Dias tak bisa menahan Amara karena Dias tahu sifat Amara. Percuma saja mengejar Amara mungkin Amara butuh waktu untuk sendiri.
Sementara Amara kini terus-terusan menangis di kamarnya, Dara yang mengetahui kakaknya menangis kemudian menghampiri mamahnya.
"mah kak Amara nangis tuh dari tadi" ucap Dara kepada Mamahnya.
"kenapa? "
"gak tahu, mamah coba lihat aja"
Diana pun menghampiri Amara yang tengah menangis, kamarnya bahkan sudah berubah seperti kapal pecah entah sejak kapan, banyak tisue bertebaran di lantai, foto-foto Amara dan Dias pun nampak berserakan.
Diana kemudian mendekati Amara putrinya dan mengusap lembut pucuk kepala gadis tersebut,
"Kamu kenapa sayang? " tanya Diana dengan penuh kasih sayang
Amara kemudian memeluk tubuh Diana dan menumpahkan seluruh kesedihan nya di dalam pelukan mamahnya. Dalam isak tangisnya Amara menceritakan kejadian yang tengah Amara hadapi dengan Dias, Amara juga memberitahu kan kepada mamahnya bahwa Amara dan Dias sudah putus.
Tring...
Satu pesan masuk ke handphone Amara, dan itu berasal dari Dias
Aku belum ngerti apa alasan kamu putusin aku, tapi yang pasti aku gak akan merasa kalau kita udah putus. Aku masih sayang sama kamu. dan bukan dengan siapapun atau bahkan Karina.
Aku kasih kamu waktu untuk fikirin itu, inget Mar hubungan itu selain harus dua arah, juga kepercayaan. Aku harap kamu tahu perasaan aku gimana sekarang.
Setelah membaca pesan Dari Dias Amara kembali berfikir apakah keputusan nya untuk melepaskan Dias benar atau tidak, namun Amara belum bisa menerima bahwa Dias memeluk Karina dihadapan nya.
"kamu fikirin baik-baik" ucap Mamah Amara kemudian berlalu keluar dari kamar Amara.
Malam itu Amara sukses tidak bisa tidur karena memikirkan hubunganya dengan Dias.
Keesokan harinya,
Meskipun Amara sudah mengucapkan kata putus kepada Dias, namun Dias tidak merasa jika hubungannya Dan Amara berakhir Dias berfikir bahwa Amara hanya sedang dalam keadaan emosi saja, sehingga Dias masih tetap menjemput Amara berangkat sekolah, begitu juga dengan Amara tetap pergi bersama Dias meskipun keduanya tak saling bicara.
"kamu yakin mau udahan? " tanya Dias gusar
Amara hanya terdiam.
"Mara, aku tanya sekali lagi sama kamu, kamu mau akhirin hubungan ini? " tanya kembali Dias memastikan.
Amara menggelengkan kepalanya, lalu menatap mata Dias dengan tatapan sendu. Matanya yang sedikit sembab sudah bisa ditebak oleh Dias jika Amara pasti nangis semalaman.
Dias balik menatap Amara lalu tersenyum kepadanya, Dias meraih tangan Amara kemudian menciumnya "Kita baikan yah"
" Ada syaratnya"
"apa? "
"terus di dekat aku dan jangan pergi tanpa aku"
Dias menggukan kepalanya lalu menarik Amara agar bersandar di dadanya, Dias bahagia karena hubungannya dengan Amara mulai membaik kembali seperti semula.