Sejak kejadian di kantin siang tadi, Lana masih saja memikirkan siapa sih bocah ingusan yang bernama Aryo itu? Belagu banget diajak kenalan seorang Lana Wijaya Kesuma nolak mentah-mentah. Sepanjang pelajaran sejarah yang memang membosankan ditambah Lana yang bengong jadilah dia tidak fokus sama sekali dengan pelajaran dan penjelasan dari guru. Parahnya dia bahkan lupa kalau sekarang sedang jam belajar aktif di kelas.
"POKOKNYA GUE HARUS DAPETIN DIA!!!" krik
krik
krik
Tanpa sadar Lana berteriak ditengah pak Agus guru sejarah yang sedang menjelaskan. Seluruh isi ruangan menoleh pada Lana, begitupun juga dengan pak Agus. Tanpa basa-basi pak Agus berjalan dengan kacamata yang melorot kehidung dan buku sejarah yang di tenteng ditangan kirinya mendekati meja Lana dan Maura."Dapetin siapa, Lana?" tanya pak Agus tepat di samping Lana
"eh anu itu pak emmmm apa" jawab Lana gugup terbata bata dan kaget karena tiba-tiba mendapatkan pertanyaan dari pak Agus. Tidak mungkin kan Lana menjawab "dapetin Aryo adek kelas yang belagu pak"
"kamu ini pasti bengong ya tadi. Nglamun iya?"
"engga pak,maksut saya mendapatkan nilai yang bagus di mata pelajaran sejarah bapak, gitu. Ya kan, Ra?" Lana menyenggol lengan Maura, meminta pembelaan dan dukungan
"iya pak, Lana itu kan selalu juara kelas nih. Makanya untuk mempertahankan itu dia ingin berusaha mendapatkan nilai yang bagus di semua mata pelajaran termasuk pelajaran sejarah pak Agus yang sangat mengasikkan ini" jelas Maura panjang lebar membela sahabatnya.
"Halah kalian ini berdua memang pinter ngeles, yasudah karena kamu ini teriak-teriak mengganggu konsentrasi belajar teman kamu yang lain, kamu bapak beri hu...." tet tet tettttttt
Belum selesai pak Agus bicara bel tiga kali sudah berbunyi yang menandakan jam pulang sekolah di SMA Harapan Bangsa.
"Pak udah bellll, pulang pulang"
"iya pak dimarahin istrinya loh kalau pulang telat" anak-anak lain sudah mulai protes karena tidak sabar untuk pulang dan mengakhiri pelajaran sejarah yang membosankan ini
"Yasudah yasudah, pulang semua pulang" pak Agus memutuskan untuk membubarkan kelas dan memilih pulang daripada mendengar ocehan anak-anak satu kelas Lana. Dewa keberuntungan memang sedang berpihak kepada Lana, sehingga dia tidak jadi mendapatkan hukuman dari pak Agus.
Bonus foto pak AgusSeluruh siswa SMA Harapan Bangsa berhamburan keluar kelas, ada yang langsung ke parkiran untuk ambil motor atau mobil, ada yang menuju gerbang depan sekolah untuk meunggu jemputan, bus, angkot, ojol ada juga yang masih berdiam diri di kelas karena sedang menyalin catatan dan ada juga yang melanjutkan kegiatan ekstra kulikuler.
Dari kejauhan gerombolan Lana berjalan di koridor kelas sepuluh, Dewa yang mengetahui itu terlebih dahulu buru-buru memanggil Aryo untuk mendekat. Jadilah kini Aryo, Dewa dan Pandu melihat Lana, Nadia, Rara dan Maura dari balik jendela kelas sambil Dewa menjelaskan pada Aryo siapa mereka, terutama menjelaskan siapa Lana. Panjang lebar Dewa menjelaskan ditambah dengan penjelasan dari Pandu namun Aryo hanya diam dan sesekali mengeluarkan kata "oh"
Tidak jauh dari gerombolan Lana, datang Reinald dan pengikut setianya
Galang, Riko, Bryan dan Dion. Kening Aryo mulai berkerut, menyimpan tanda tanya "siapa lagi mereka". Tapi dia enggan menanyakan pada Dewa dan Pandu, dia lebih memilih untuk segera pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredicable (Pacaran Sama Brondong)
Teen Fiction"kamu yakin, Lan? dia masih anak kemarin sore loh. Baru kelas sepuluh" "kapan lagi, Yo dapet pacar kakak kelas, cantik lagi"