Sesuai dengan kesepakatan Lana dan Aryo di kantin, siang ini Aryo dengan setia menunggu Lana di pos satpam bersama pak Wagiman. Pandu dan Dewa sudah pulang terlebih dahulu karena Aryo yang minta, dia tidak mau dua sahabatnya yang kepo nya selangit itu mengganggu momen heart to heart nya bersama Lana nanti.
Sudah hampir satu jam Aryo menunggu di temani pak Wagiman yang bercerita panjang lebar tentang SMA Harapan Bangsa, mulai dari sejarah sekolah, cerita horor, nge julidin guru, bahas murid-murid yang bandel sampai membahas Lana karena dia masuk kategori murid yang pinter tapi bandel.
"Mbak Lana itu kalau dek Aryo tau, aduh ini buku catatan murid yang terlambat saya pasti ada namanya setiap minggu dari dia kelas satu, baru baru ini aja dia rajin dek dek" pak Wagiman menunjukkan buku catatan keterlambatan murid SMA Harapan Bangsa sambil geleng-geleng ketika menunjukkan nama Lana Wijaya Kesuma
"Pak Wagiman akrab ya sama kak Lana?" tanya Aryo dengan menambahkan kata 'kak' didepan nama Lana agar sopan karena sedang berbicara di depan pak Wagiman
"Woo ya iya dek, gara-gara dia itu sering telat sama sering ini loh ngasih bapak sarapan. Baik yo anaknya itu sebenernya, perhatian gitu lo. Tapi ya itu bandel. Tapi baik tapi bandel tapi baik"
"Jadi gimana pak? Baik apa bandel nih?" yang menjadi topik pembicaraan muncul di depan pintu sambil nyengir dengan rambut yang dikuncir asal. Ciri ciri anak kelas 12 yang selesai jam tambahan materi UN, terlihat stress
"Eh yang diomongin dateng, woo ya baik to mbak Lana ini" jawab pak Wagiman kemudian berbisik pada Aryo
"biar tetep dikasih sarapan ya dek hehehehe sssttt jangan bilang-bilang" lirih sekali sampai Lana tidak mendengarnya
"hahaha beres pak Wagiman!!! Saya permisi dulu ya pak"
"Loh dek katanya nunggu temennya, udah keluar to temen nya?"
"Udah nih orangnya pak, cewek cantik di depan saya" jawab Aryo sambil menunjuk ke arah Lana
"ih sejak kapan belajar gombal anak kecil hahaha, duluan ya pak Wagiman" Lana dan Aryo beranjak pergi menuju parkiran mobil LanaSepanjang perjalanan ke parkiran mereka berdua masih terdiam sampai Lana yang membuka pembicaraan
"Mau kemana kita"
"Mana ya tempat yang enak buat ngobrol?" Aryo bertanya balik
"Yeee kirain ngajak tu dah tau, emm ke apart aku aja, kita ngobrol di rooftop. Sore sore gini enak buat ngobrol" Lana menawarkan tempat favoritnya
"Boleh yuk!"
"Eh kok kamu ke situ, sini dong masa aku yang nyetir?" Lana protes karena Aryo berjalan ke arah kursi penumpang bukan kursi kemudi
"Aku ngga ada SIM, Lan"
"Yampun iya masih bocah, yaudah deh. Besok besok bikin SIM ya, nembak aja udah ntar aku yang urus. Beres pokoknya"
"Kata papa ku ngga boleh, nunggu 17 tahun"
"hfffff boleh boleh aja, asal,,,,,,papamu ngga tau, dah buru masuk"Mereka berdua bergegas membelah kemacetan ibu kota dengan diam, hening sampai suara nafas satu sama lain pun terdengar. Lana memutuskan untuk memutar lagi demi memecah keheningan.
Mereka berdua sibuk dengan pikiran masing-masing. Aryo dengan seribu pertimbangan dalam pikirannya apakah yakin ingin memulai semua dengan Lana. Sekilas dia teringat omongan Pandu tempo hari
"Kapan lagi, Yo dapet pacar kakak kelas cantik lagi"
Sebenarnya bukan cantik yang membuat Aryo tertarik, oke cantik iya tapi itu bukan yang utama. Aryo merasa Lana akan bisa melengkapi hidupnya yang selama ini kosong. Walapun banyak perbedaan diantara keduanya, pacaran dengan kakak tingkat sebenarnya bukan hal yang aneh jika yang lebih senior itu cowoknya tapi ini sebaliknya, masih terkesan aneh bagi Aryo. Pergaulan mereka berbeda, Aryo yang anak rumahan dan dalam pengawasan orangtua sedangkan Lana sebaliknya.Walaupun terlihat tenang dan fokus memperhatikan jalanan, Lana juga sebenarnya sedang berpikir dan mempertimbangkan langkahnya. Apa iya kalau memang aryo nanti akan menyatakan cinta lantas dia akan menerima? Memang diawal Lana berniat mendekati Aryo untuk main-main saja agar Aryo merasa bersalah telah mengacuhkannya bulan lalu di kantin. Namun seiring berjalannya waktu, dia merasa ada cinta untuk Aryo diperkuat dengan perlakuan Aryo padanya tadi pagi.
Ah dasar cewek gampang banget baperSesampainya di kamar Lana, Aryo hanya menunggu didepan pintu. Lana masuk meletakkan tasnya dan tas Aryo, mengambil persediaan camilan di lemari dan softdrink di kulkas. Setelah semua siap mereka berdua menuju tempat favorit Lana, Rooftop gedung apartemen nya yang disulap sebagai tempat yang nyaman untuk sekedar melepas lelah. Ada tiga sofa yang ditata melingkar dengan meja bundar ditengahnya dari sini langit Jakarta terlihat jelas tanpa halangan dari gedung bertingkat dan sore ini langit sedang berpihak pada mereka berdua. Yang biasanya mendung hari ini cerah dan terlihat semburat jingga disana.
"ehmm" Aryo memecah keheningan
"Mau ngomong apa, Yo? Ampe niat banget nungguin aku selesai jam tambahan"
"ciee aku kamu ngomongnya, udah ngga lo gue hehe" Aryo dengan iseng menyenggol bahu Lana yang kini sedang duduk disamping kanannya
"apaan sih, kan kamu yang mulai. Yaudah gue lo lagi ni" Lana pura-pura ngambek
"eh iya iya. Jadi gini Lan. Kan dulu waktu kamu ngajak kenalan itu aku ngga menyambutnya dengan baik. Jadi sekarang aku mau ngulangin itu. Hai kak, nama gue Aryo" Aryo menjulurkan tangannya pada Lana
Lana diam memandang tangan Aryo
"kok dianggurin sih, jangan diliatin aja. Mau ngga nih kenalan?"
"hah apaan sih aneh"
"eh serius"
"iya udah oke, hai nama aku eh gue Lana, dek Aryo" Aryo tersenyum mendengar Lana memanggilnya dengan sebutan 'dek'
"oke yang kedua, setelah kenalan boleh dong pdkt?"
"hahh? Habis kejedot apa sih lu?"
"boleh nggak? Jawab dulu ih"
"hmmm iya boleh"
"Kalau pdkt nya sambil jadian boleh ngga?"
"mak..maksudnya?" Lana bingung dengan perkataan dan sikap Aryo
"jadi ceritanya lagi nembak nih aku, ya maap ngga bawa bunga, coklat atau hal romantis lainnya. Lana Wijaya Kesuma, aku tau ini terlalu cepat buat aku, buat kamu, buat kita. Aku juga ngga tau mulai kapan rasa aneh ini ada tiap kamu nyamperin aku di kelas, maaf selama ini aku cuek karena aku mikir dan mempertimbangkan biar ngga terkesan PHP gitu sama cewek. Kita juga belum tau satu sama lain tapi boleh ngga pdkt nya sekalian pacaran? Takut kamu diambil cowok lain soalnya. Jadi gimana? Kamu mau ngga nrima Aryo Alexi adek kelas yang belagu dan masih bau kencur belum punya SIM ini buat jadi pacar kamu?"
Yang ditanya Aryo masih terdiam mencerna kata demi kata yang keluar dari mulut Aryo, menatap Aryi lekat mencari kebohongan dimata Aryo tapi nihil. Mencari keraguan dari genggaman tangan Aryo namun justru keyakinan yang dia dapat.
iya
tidak
iya
tidak
iya
tidak
iya
tidak
Lana berbicara dalam hati
"Atau kamu masih butuh waktu?" Aryo kembali bertanya
"Hah? Ngga kok aku udah ada jawabannya"
"Da...da...dan... jawabannya adalah???" tanya Aryo sudah tidak sabar
Sepersekian detik Lana tidak menjawab namun dia menggenggam tangan Aryo semakin kuat dan yakin kemudian dia mendekat pada Aryo, mendekatkan bibirnya di telinga Aryo sambil berbisik
"Kalau udah gini masih butuh jawaban ngga, sayang?"Aryo terdiam menatap Lana yang menyandarkan dahinya ke bahu Aryo dengan pandangan lurus bertemu dengan mata Aryo. Keduanya tersenyum lama dengan pikiran masing-masing kemudian Aryo memiringkan kepalanya ke kanan mendekat ke arah Lana semakin dekat jantung Lana semakin berdetak tak karuan, ia pun memejamkan matanya ketika nafas Aryo semakin dekat menyapu wajahnya. Sampai Handphone Aryo yang dia letakkan di saku kanannya bergetar merusak momen romantis mereka berdua. Dengan kesal Aryo mengeluarkan handphone nya.
In coming call "Bunda"
"Kenapa bun?"
"Kata bi Pia kamu belum pulang ya? Udah jam segini kemana?" terdengar suara bunda disebrang sana
"Emm iya bun, ngerjain tugas di tempat temen" Jelas Aryo berbohong
"Bunda ngga mau tau ya, sebelum jam sembilan malam kamu harus udah di rumah"
"iiyaa bun elah, ini juga masih magrib, udah ya bun daaa"
Aryo mematikan sambungan telpon bersama bundanya kemudian berbalik ke arah Lana yang kini tersenyum padanya
"Kenapa senyum-senyum?"
"Adudu anak bunda udah dicariin, buruan pulang gihhh nanti dimarahin lohh hahahaha" Lana mengejek pacarnya kali ini
"hfff jangan gitu dong malu nih"
"ututututt tayang tayang sini sini peyukkk" Lana mencubit pipi Aryo kemudian menariknya dalam pelukannya. Entah kenapa pelukan Lana membuat Aryo merasa aman dan nyaman. Dan bagi Lana pelukannya pada Aryo justru memberikan dia kekuatan untuk memulai hal baru, cerita baru dan mengubur cerita kelas masa lalu nya.Semburat langit warna jingga mulai tergantikan dengan warna langit abu abu. Matahari berganti tugas dengan bulan dan dua insan manusia yang bahagia karena cinta sedang berpelukan erat dibawah langit Jakarta yang sedang cantik kala itu. Mereka berpelukan untuk memulai memberikan rasa cinta, kasih sayang dan kepercayaan satu sama lain. Kisah cinta yang bertemu begitu cepat semoga tidak berakhir dengan cepat. Kan memang tidak ada aturan dalam cinta bukan? Dia bisa saja datang dengan waktu yang cepat atau sebaliknya, semua punya cerita masing-masing dan cerita cinta Aryo dan Lana baru dimulai sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredicable (Pacaran Sama Brondong)
Teen Fiction"kamu yakin, Lan? dia masih anak kemarin sore loh. Baru kelas sepuluh" "kapan lagi, Yo dapet pacar kakak kelas, cantik lagi"