Tepat jam empat subuh Aryo sampai di rumah, dengan hati-hati dia memarkirkan mobil Ilham, menutup garasi, berjalan mengendap-endap di rumah nya yang gelap, menaiki tangga masuk ke kamar Ilham dengan hati-hati, meletakkan kunci mobil kakak nya ditempat semula, perlahan keluar dari kamar Ilham, menutup pintu dengan sangat pelan hampir tanpa suara.
Hufffff Aryo bernapas lega karena semua berjalan dengan lancar, dia pun melangkah kan kaki ke kamar nya, membuka pintu kamar dengan sangat hati-hati namun belum sampai pintu kamar itu terbuka seutuh nya lampu lantai dua menyala disusul suara yang mengejutkan
"Dari mana kamu Aryo jam segini baru pulang?"
***
Semua penghuni rumah belum bangun kecuali dia dan bunda nya yang sekarang sedang berada di kamar nya. Beberapa menit lalu Aryo tertangkap basah oleh bunda nya sendiri ketika tinggal 5% saja misi dia akan berjalan sempurna tanpa ada satu orang rumah pun yang tau.Bunda Laras baru saja menyelesaikan operasi besar yang menghabiskan waktu 12 jam non stop jadilah beliau pulang sampai subuh dan ketika sampai di rumah dia menemukan anak lelaki nya juga baru saja pulang. Hal ini cukup membuat nya terkejut.
"Belum bisa jawab pertanyaan bunda?" tanya bunda pada Aryo pelan namun mengintimidasi dan Aryo masih saja diam memikirkan jawaban yang tepat.
"Bunda capek, Yo. Kalau kamu belum mau cerita sama bunda ngga papa biar nanti Ayah kamu yang bicara" lalu bunda beranjak pergi dari kamar Aryo
"Bun, tunggu" Aryo menghalangi bunda nya untuk pergi "a..a..aakkk..aakkuu ta..ta...tadi habis dari Club jem...."
"Apa kamu dari Club?!"
"Sebentar bunda, aku bisa jelasin. Aku ke Club Cuma jemput temen aja karena dia lagi butuh bantuan. Udah gitu aja, aku ngga mungkin masuk Club. Bunda percaya kan?" jawab Aryo dengan memohon pada bunda nya agar beliau percaya
"Naik mobil Ilham? Siapa yang ngijinin?"
"Iii..iiyya pakek mobil abang, ngga ijin bun aku ambil aja di kamar abang kunci nya, abang juga lagi tidur"
Bunda dan Aryo sama-sama terdiam dikeheningan dini hari menjelang subuh, nafas kedua nya sampai terdengar."Kamu tau kamu melakukan dua kesalahan sekaligus?"
"Tau bun, maafin Aryo"
"Kita lanjutin nanti, bunda capek mau istirahat" Laras pergi begitu saja dari kamar Aryo disusul dengan Aryo "Bun, jangan bilang Ayah ya? Plis" tangan aryo memegang lengan kanan bundanya dengan wajah yang kwatir"Iya, tapi kamu janji buat jelasin ke bunda sejelas jelasnya tanpa ada yang ditutupi" mendengar jawaban bunda nya, Aryo lega dan tersenyum sambil berdiri tegap dengan sikap hormat layaknya prajurit pada komandan nya "Siap, Bun!"
Aryo tidak bisa tidur sekeras apapun dia berusaha memejamkan mata, ia masih terus memikirkan apa yang akan dia jelaskan pada bunda.
Mendengar suara Adzan Aryo pun bergegas untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan kewajiban nya. Dia berharap setelah sholat dia akan mendapat hidayah agar bisa menghadapi bunda nya nanti.
Biasa nya setelah sholat subuh ia langsung kembali tidur namun kali ini ia masih saja belum bisa memejamkan matanya. Dia sedang memikirkan apa yang akan dia ceritakan kepada bunda nya. Apakah dia akan jujur bahwa dia telah memiliki kekasih dan tujuan dia ke Club adalah untuk menjemput Lana?
Bunda Laras memang tidak pernah melarang Aryo untuk berpacaran, toh dulu waktu SMP Aryo sudah pernah pacaran dan bunda nya tau bahkan kenal siapa pacarnya, yang Aryo bingung kan adalah bagaimana menjawab pertanyaan bunda nya tentang siapa Lana, tinggal dimana, siapa keluarganya dan detail lain nya. Aryo takut ketika jujur siapa Lana, bunda nya akan melarang nya untuk berhubungan dengan Lana.
ah paling tidak aku masih punya waktu untuk berpikir sampai bertemu bunda nanti malam, semoga.
***
Jam pertama dan kedua di kelas Aryo sedang tidak ada guru karena bu Martha sedang ada tugas ke kantor pendidikan untuk mengurus anak-anak olimpiade. Jadi lah sekarang anak kelas X-Lima sedang menikmati waktu luangnya dengan berbagai macam kegiatan, ada yang bermain gitar di bangku belakang, ada yang main Uno di meja tengah, ada yang mimilih untuk bermain tiktok atau sekedar scrolling Instagram dan disalah satu bangku belakang ada Aryo yang memilih untuk tidur karena rasa kantuk nya yang akhir nya muncul ketika memasuki kelas. Dewa dan Pandu sedang asik mabar Mobile Legend bersama anak cowok lain."Eh Wa, tumben banget deh Aryo tidur di kelas" tanya Dita yang baru saja datang di kerumunan anak cowok yang sedang mabar namun yang diajak bicara diam saja dan tetap fokus pada layar handphone nya
"Yeeyyy jawab dong kalau orang nanya mah" Dita menggoyangkan bahu Dewa
"Diem elah lo, Dit. Nanggung ini" jawab Dewa sekena nya
"Ih kasian atuh itu temen nya keliatan capek banget" Dita masih berusaha mendapatkan jawaban dari Dewa, tetap tidak ada jawaban Dita pun memutuskan untuk pergi ke bangku Aryo melihat keadaan cowok itu dari dekat.Dita duduk disebelah Aryo memandangi wajah tampan teman satu kelas nya, ia memandangi wajah cowok yang membuat nya jatuh cinta pada pandangan pertama. Kurang lebih 10 menit dia hanya diam memandangi Aryo kemudian tangan nya reflek merapikan rambut Aryo yang menutupi mata cowok itu. Gerakan tangan nya pelan dan berulang, tanpa Dita sadari ada teman nya memfoto kejadian tersebut secara diam-dian
"Konten bagus nih buat memicu peperangan"
***
Sepulang sekolah Aryo langsung pulang karena bunda nya sudah menelpon, bunda berpesan untuk ia langusng pergi ke rumah sakit menemui bundanya, melanjutkan perbincangan yang belum selesai.Hari ini Lana juga tidak masuk sekolah, mungkin masih tertidur. Aryo sedang tidak ingin menghubungi Lana untuk sekarang.
***
Disini lah Aryo sekarang, ruang kerja bunda nya. Ruangan serba putih dengan tidak banyak barang di dalamnya hanya ada meja panjang untuk memerika pasien, meja kerja yang terdapat laptop, buku dan bolpoin serta dua kursi tempat pasien biasa berkonsultasi dan tak lupa bau ruangan yang khas serta alat periksa lain nya."Sudah makan sayang?" tanya bunda memecahkan keheningan diantara mereka berdua
"Belum bun, nanti di rumah aja"
"Kamu jangan suka nunda makan gitu dong, kesehatan kamu loh kasian badan nya capek seharian sekolah, otak nya juga perlu nutrisi"
"Iya bunda iyaaa" lalu hening lagi"Jadi gimana?" tanya bunda singkat
"Oke bun, aku bakal cerita tapi janji jangan marah" Tekat Aryo sudah bulat sekarangAryo menceritakan semua pada bunda nya, semua tentang dia dan Lana, sedetail mungkin sampai bagaimana cara dia nembak Lana dan yang terpenting bagaimana nekat nya dia menjemput Lana dini hari tadi menggunakan mobil Ilham tanpa ijin. Awal nya Aryo ragu untuk menceritakan semua nya tapi dia sudah berjanji pada bunda nya untuk menceritakan secara detail. Dia tidak mau mengecewakan bunda nya, lagi.
"Hmmm jadi begitu" respon bunda setelah mendengar cerita anak bungsunya, beliau kemudian diam dan memandangi Aryo lama
"Bun...bunda ngga marah kan?" tanya Aryo takut melihat bunda nya yang hanya terdiam. Lebih baik Aryo dimaki maki diomelin bundanya daripada diam seperti sekarang, lebih menakutkan.
"Bunda ngga marah, Yo. Cuma gini, ini kan kamu masih baru masuk SMA istilah nya itu cinta monyet lah sama Lana. Lana juga mau lulus juga kan, emang kamu bisa LDR gitu? Kemarin aja putus"
"Ih bunda apa deh bahas masa lalu"
"Coba kamu pikirin lagi deh, Yo. Bunda ngga nglarang, Cuma yaa terlalu dini aja buat kamu pacaran lagi, emang kamu udah bisa adaptasi sama pelajaran di sekolah juga? Jangan sampai pacaran kamu menganggu nilai kamu ya. Apalagi ini sama kakak kelas yang yahhh cukup spesial sampai kamu harus jemput dia dini hari di club dengan keadaan kurang baik" jawaban bunda nya sangat implisit dan tersirat.Ini lah Laras, ia tidak pernah berbicara Iya atau Tidak, selalu saja memberikan pertimbangan yang membingungkan untuk Aryo pilih.
"Bunda tu sebenernya setuju ngga sih aku sama Lana? Bingung deh dari tadi muter-muter"
"Pertanyaan itu belum bisa bunda jawab, terlalu cepat untuk dipertanyakan Yo. Udah sekarang kamu yakinin diri sendiri aja, yakin mau sama Lana terus?" Aryo diam.
***
Sepanjang perjalanan pulang dari rumah sakit Aryo tidak lepas dari pikiran nya yang berisi tentang perbincangan dengan bunda nya. Bunda nya selalu begitu, tidak memberikan jawaban IYA atau TIDAK, membuat dia sendiri bingung. Tapi ada satu hal yang Aryo yakin, bunda nya kecewa atas sikap Aryo. Bunda nya kecewa karena dia pergi dari rumah dini hari dengan mengendarai mobil Ilham tanpa ijin. Melihat bunda nya kecewa adalah yang paling dia sesali apalagi yang membuat kecewa adalah diri nya sendiri.Handphone Aryo berdering, muncul nama Lana dilayar. Ia hanya memandangi nya saja sampai layar itu mati. Hal itu terjadi sampai enam kali dan ketika panggilan ke tujuh Aryo memilih untuk menggeser layar ke arah tombol merah lalu dia mematikan Handphone nya.
Dia masih tidak ingin menghubungi Lana sampai keadaan emosi nya stabil, jujur saja dia masih kecewa dengan Lana yang telah berbohong. Selain itu dia juga sedang ingin memantapkan hati untuk melanjutkan hubungan nya dengan Lana atau memilih untuk menyudahi selagi belum jauh cerita mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredicable (Pacaran Sama Brondong)
Teen Fiction"kamu yakin, Lan? dia masih anak kemarin sore loh. Baru kelas sepuluh" "kapan lagi, Yo dapet pacar kakak kelas, cantik lagi"