Dari kejauhan, Aryo melihat Lana berjalan menuju pos satpam pagi itu dengan dua kotak makan yang Lana bawa ditangan kanannya dan ditangan kirinya botol minum berwarna pink bergambar babi. Aryo memperhatikan dalam diam, mengamati setiap gerak gerik Lana, Lana memberikan satu kotak makan yang entah apa isinya kepada pak Wagiman lalu mereka terlihat ngobrol santai dengan akrab satu sama lain. Lana menghapus setitik air matanya yang diakibatkan oleh cerita lucu dari pak Wagiman, Aryo melihat tawa itu dan tanpa ia sadari ada senyum simpul dibibir manisnya pagi itu.
Mungkinkah ini saatnya?
Aryo berjalan dengan santai menuju kelasnya namun langkah nya kini terhenti karena ada keributan di depan kelasnya, ada Lana dan Reinald yang tengah ribut entah karena apa. Keributan itu terhenti ketika Reinald menyadari kehadiran Aryo
"oh jadi ini yang namanya Aryo? Dateng juga lu" Reinald berjalan dengan pandangan mata menilai Aryo dari atas sampai bawah. Dia kemudian berjalan mengitari Aryo, masih sibuk menilai siapa sebenarnya adek kelas yang membuat Lana luluh sampai mengabaikannya.
"kenapa?"
"masih nanya? Tuh ditungguin Lana dari tadi! Sok jual mahal banget sih lu jadi cowok, belagu tau ngga?" Reinald mulai terpancing emosi melihat wajah Aryo yang datar
"apaan sih, Rei. Mending lu pergi deh, gangguin aja!!!!" kini Lana angkat suara
"Ngga usah kamu belain dia Lana! Gara-gara adek kelas ini kan kamu ngga mau balikan sama aku iya kan?!" bentak Reinald pada Lana
"Kalau ngomong sama cewek tu ngga usah teriak bisa ngga? apalagi sama cewek gue"
Hening, iya semua hening setelah Aryo bilang bahwa Lana adalah ceweknya termasuk juga sang gadis itu. Lana diam bukan karena kaget saja tapi juga bingung dan seneng, apalagi setelahnya Aryo berjalan mendekati Lana, mengambil kotak makan biru yang dibawakan untuknya merangkul gadis itu yang masih kebingungan dengan tingkah Aryo lalu membawanya keluar dari kerumuan.
Pemandangan aneh bukan? Seorang Aryo Alexi yang kemarin menolak Lana mentah mentah kini bersikap manis. Semua mata tertuju pada Aryo yang merangkul Lana, berjalan melewati kelas demi kelas sampai mereka berada di kelas Lana, XII IPA 3. Sepanjang perjalanan dari kelas Aryo menuju kelas Lana, gadis itu masih diam seribu bahasa.
"Udah sampai, masuk gih" tidak ada jawaban dari Lana
"halo kok diem aja sih?" Aryo melambaikan tangannya didepan wajah Lana
"eh hah? Emm oh udah sampai" Lana menjawab dengan bingung
"Gue balik ke kelas dulu ya, makasih makannya. Lana Sayang" Aryo memberikan senyum termanisnya sebelum pergi meninggalkan Lana yang kini mematung mendengar kalimat terakhir dari Aryo.
"Gue ngga mimpi kan?" masih berdiri di depan kelas Lana menepuk kecil wajahnya
"hah iya kok ngga mimpi gue, eh eh Nad coba gampar gue" Nadia yang baru datang tidak tahu apa apa pun hanya mematuhi pemintaan Lana
"Dengan senang hati"
Plak
Plak
Plak
Tiga kali sudah Nadia menampar Lana dengan keras, kesempatan kata Nadia sambil tertawa dalam hati
"woyyy ahh sakit!!!" yang ditampar kesakitan sambil mengelus pipi kanan kiri secara bergantian
"lah katanya tadi suruh nge gampar, ya gue lakuin" detik kemudian Nadia pergi sambil tertawa puas sebelum mendapatkan amukan dari Lana.
"woyy awas ya luuu gilak!"
"kenapa sih masih pagi udah teriak teriak, Lan?" tanya Maura yang baru datang kemudian langsung duduk dibangku mereka berdua
"tuh temen lu, tega bener dah gue digampar keras banget, tiga kali!" Lana mengadu pada Maura
"yeee orang lu yang minta sendiri, Nanda nih saksinya, iya kan Nan?"Maura berteriak dari bangku pojok belakang dengan masih tertawa puas
"iye bener" Nanda menjawab dengan santainya
"kenapa sih Lu?" kini Maura bingung melihat teman sebangkunya, pasalnya setelah dua menit lalu Lana memasang tampang kesal kini justru sebaliknya, dia senyum senyum bahagia sendiri persis seperti anak kecil yang mendapatkan es krim dari mama nya
"Aryo, Ra. Aryooooo"
"Iya kenapa lagi tu bocah? Bentar deh jangan bilang lu beneran naksir deh Lan sama dia?"
"aduhhhh ngga ngerti gue, Ra"
"emang tadi Aryo kenapa? Cerita dong. Penasaran gue"
"ntar aja sekalian sama yang lain di kantin, males ngulang cerita gue"
"yahhhhhhhhhh" Maura kesal karena dibuat penasaran sampai nanti jam istirahat.
***
Sesuai dengan janjinya pada Maura, kini Lana tengah menceritakan kejadian pagi tadi yang membuatnya tidak berhenti tersenyum bahkan ketika pelajaran Fisika yang bikin panas otak sampai mau pecah. Lana menceritakan dengan detail adegan per adegan, Nadia, Maura dan Rara mendengarkan dengan serius hampir tanpa mengedipkan mata, takut terlewat.
"Jadi gituuuuu" Lana menutup ceritanya dengan senyum diwajahnya yang masih bertengger disana sedari tadi dan mungkin akan seharian seperti itu.
"Beneran kan lu? Ngga halu?"
"Ngga lagi mabok kan, Lan?"
"Ngarang ya lu, pinter banget lu ngarangnya kayak beneran"
Setelah Lana menceritakan semuanya ngga ada satu pun temannya yang percaya dengan cerita Lana, ya jelas saja tidak ada yang percaya mengingat perlakuan Aryo selama ini ke Lana. Setiap hari Lana memberikan sarapan tidak ada balasan apapun, ucapan terimakasih pun tidak pernah. Request Instagram belum di Acc dan banyak hal lain yang bertolak belakang dengan cerita Lana tentang manisnya perlakuan Aryo pagi tadi pada Lana.
"yeee kampret lu pada, banyak saksinya. Semua anak SMA Harapan Bangsa tau cuy!! Ah memang ya, ngga ada yang bisa menolak pesona seorang Ratu. Lana" Lana membanggakan diri sendiri
"Bener yak, bentar gue tanya siapa yaa" Rara mengedarkan pandangannya ke seluruh kantin
"Itu Bagas aja ci, kan doi berangkat pagi biasanya" Maura membantu
"Bagas!!! Sini deh" Rara melambaikan tangannya pada Bagas yang sedang antri pempek di warung mbok Jum
"Kenapa Ci, nanggung tau lagi ngantri" walaupun kesal Bagas tetap menghampiri gerombolan Rara
"Ah gampang ntar gue bayarin dah, eh tadi lu berangkat pagi?"
"Iya, kenapa?"
"Emang iya Aryo nganter Lana ke kelas tadi?" Kini giliran Nadia yang bertanya, sudah tidak tahan dengan ke kepoannya
"Iya, so sweet banget lagi pakek ngrangkul segala, udah jadian ya lu Lan? Cieeee"
"Tuh kan, denger Bagas ngomong apa. Masa mereka ngga percaya Gas sama gue"
"Wah pokoknya kalian rugi dah tadi ngga liat adegan mesra mereka" Bagas menambahi
"Sssttttt dah nih goceng buat beli pempek, makasih yak. Ngantri lagi sono lu" Setelah menerima uang dari Rara, Bagas pergi meninggal kan mereka.
Hening beberapa saat, Rara, Maura dan Nadia saling memandang
"Kok bisa sih, Lan?" pertanyaan serempak dari ketiga sahabatnya
"Nah itu dia, yang gue masih bingung. Aryo ngga pernah bilang apa apa sebelumnya tau tau gitu tadi"
"Ngga bisa gini, Lan. Lu harus minta kejelasan dari Aryo"
Sebelum Lana menanggapi Maura, yang sedang menjadi topik pembicaraan pun datang dengan Dewa dan Pandu yang berjalan dikanan dan kirinya
"Haiiii" sapa Aryo ke mereka semua, diikuti dengan Pandu dan Dewa yang tersenyum canggung
"Haiii"
"eh yang diomongin dateng" mulut Nadia emang ngga ada rem nya
"Lan, nanti pulang sekolah tungguin aku di pak Wagiman ya, ada yang mau aku obrolin" kini Aryo fokus pada gadisnya
"hah? Oh oke oke pulang sekolah ya"
"ettt main oke oke aja lu, Lan. Lupa ada materi pendalaman UN setelah pulang sekolah?" Rara mengingatkan
"ah iya lupaaaaa, gimana dong"
"Yaudah nanti aku tungguin ya, jangan pulang duluan pokoknya. Oke?"
"Ngga papa nih? Sejaman loh"
"Iya, aku duluan yaa"
Aryo pergi meninggalkan kantin kelas XII, dengan Rara, Maura dan Nadia yang masih mematung melihat punggung Aryo menghilang di pintu kantin
"Ini gue ngga mimpi kan?" Nadia memecah keheningan
"Sini gue gampar!!!" Lana siap balas dendam ke Nadia, tangannya sudah melayang ke udara tapi sebelum tangannya mendarat ke pipi Nadia, Nadia sudah lebih dulu lari diikuti teman-temannya yang lainAryo mau ngomong apa ya?
Lana penasaran, sepanjang pelajaran dia sibuk membuat kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi ditengah obrolannya dengan Aryo nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredicable (Pacaran Sama Brondong)
Teen Fiction"kamu yakin, Lan? dia masih anak kemarin sore loh. Baru kelas sepuluh" "kapan lagi, Yo dapet pacar kakak kelas, cantik lagi"