Kurang lebih satu bulan Lana dan Aryo perang dingin, tidak berkomunikasi satu sama lain. Ketika Aryo memilih menghindari Lana sebenarnya cewek itu tidak tinggal diam pasrah lalu menyerah begitu saja, dia sudah berusaha mulai dari chat di semua medsos Aryo, datengin Aryo ke kelasnya dan yang paling mengejutkan adalah Lana datang ke rumah Aryo. Dari mana Lana tau alamat rumah Aryo? Ahh pasti kalian udah bisa nebak kan? Siapa lagi kalo bukan Pandu sama Dewa.
Namun, kedatangan Lana ke rumah Aryo tidak disambut baik. Aryo memilih untuk tidak menemui Lana dan membiarkan Lana menunggu di luar pagar bersama pak Ahmad penjaga rumah Aryo.
***
Suara nyaring seperti suara panggilan surga terdengar ditelinga seluruh penghuni SMA Harapan Bangsa, bel istirahat. Semua otak yang membeku akibat pelajaran kimia kini kembali mencair dengan ditambahi senyum simpul penuh kebahagiaan dari seisi kelas Aryo.
"Ahhhh akhirnyaaaaa kelar, kuy lah cabut kantin buruan laper gue" ucap Pandu mengajak Aryo dan Dewa untuk pergi ke kantin
"Lets go!" sambut Dewa semangat 45
"Gue nitip deh" jawab Aryo sambil mengeluarkan handphone dan membuka aplikasi PUBG
"Elahhh ngga asik banget lu, ayoklah ke kantin" bujuk Dewa
"Masa lu nitip mulu sih?! Kenapa takut ketemu Lana? Ngga lakik banget sih lo, Yo. Udah sebulan juga, selesein baik baik" entah mendapatkan keberanian darimana Pandu berani membahas hal paling sensistif belakangan ini
"Apaan sih" jawab Aryo asal
"Mau sampe kapan lo ngehindar dan diem gini? Anak orang lo gantungin kasian tau. Mending buat gue, ya ngga Ndu?" goda Dewa
"Berani lo ya?!!" Aryo menatap luruh pada mata Dewa
"Dihhhh gajelas lo, giliran mau gue ambil gaboleh. Tapi sampai sekarang dianggurin tu cewek"Pandu dan Dewa meninggalkan Aryo yang diam seribu bahasa. Berulang kali dia mencoba fokus pada permainannya tapi nihil, pikiran nya tetap melayang pada gadisnya.
"Kalo Lana direbut cowok lain gimana ya? Apa gue siap?"
***
Lana memilih untuk tidak mengganggu Aryo lagi dia sengaja ingin memberikan waktu pada pacarnya untuk berfikir. Eh tunggu pacarnya? Emang masih ya? Au ah author juga bingung sama Aryo Lana maunya gimana~Jam pelajaran terakhir Lana memilih untuk cabut, sendiri tidak bersama sahabatnya yang lain. Cici udah menawarkan diri untuk menemani tapi ditolak sama Lana
"Gue mau me time"Jika sudah keluar kata "me time" dari Lana itu berarti ia memang ingin sendiri entah untuk berpikir, menenangkan diri atau sekedar menjeda keadaan. Kali ini Lana memilih rooftop sekolahnya untuk me time, bukan rooftop seperti yang ada di apartment nya tapi ini hanya bangunan sekolah yang belum dilanjutkan pembangunannya aja jadi terkesan ada rooftop nya. Jalan menuju gedung ini pun sebenarnya sudah ditutup oleh guru dibagian tangga, dengan alasan keamanan. Yah tapi bukan Lana namanya kalo ngga nekat.
Lana hanya membawa handphone, airpods dan sebungkus rokok. Tas sekolahnya ditinggal dikelas. Lana bukan perokok berat, dia bersentuhan dengan rokok hanya dalam situasi yang benar-benar membuatnya kalut.
Sambil menyalakan lagu di handphone ia pun menyalakan rokoknya. Udara Jakarta memang tidak sehat penuh polusi namun bagi Lana berada diatas gedung sana, merasakan angin yang berhembus menyapa rambut indahnya adalah hal cukup menenangkan.
"Kenapa sih gue cuma gara-gara Aryo diemin gue sebulan jadi galau ngga jelas gini"
"Dihh kan dulu awalnya gue cuma iseng macarin Aryo, kenapa gue jadi baper sih?!"
"Putus dari Aryo gue juga bisa cari cowok lain, yang lebih dari Aryo!!!"
"Ahhh tapi gue udah terlanjur cinta sama Aryo"
"Mau Aryo aja ngga mau yang lain Tuhan!!!"Lana bermonolog dengan dirinya sendiri ditemani batang kedua dan lagu yang entah semesta sedang mendukung kegalauan hatinya. Ariana Garande "Almost Is Never Enough" berputar dengan halus ditelinganya
I'd like to say we gave it a try
I'd like to blame it all on life
Maybe we just weren't right,
But that's a lie, that's a lie
And we can deny it as much as we want
But in time our feelings will show
'Cause sooner or later
We'll wonder why we gave up
The truth is everyone knows
Almost, almost is never enough
So close to being in love
If I would have known that you wanted me
The way I wanted you
Then maybe we wouldn't be two worlds apart
But right here in each others armsLana bergumam mengikuti alunan lagu sampai dia tidak sadar bahwa sedari tadi ada orang dibelakangnya yang memperhatikannya dalam diam. Orang tersebut perlahan mendekati Lana, mengambil airpods dari telinga kanannya. Lana reflek menoleh dalam hati dia kesal "siapa sih yang berani ganggu me time gue" belum sempat Lana ngomel mata nya sudah bertemu dengan mata indah Aryo. Cukup lama Lana terdiam terkunci dalam mata indah itu.
"Dengerin apa sih kamu? Coba sini aku dengerin" "Kok sedih sih lagunya, aku ganti ya Lan"
Yang diajak ngomong masih bengong tidak percaya jika yang sedang berada disampingnya adalah cowok yang akhir-akhir ini memenuhi pikirannya.
" Yah bengong aja, iya aku ganteng udah ngga usah diliatin aja" Aryo tersenyum sambil melambaikan tangan didepan muka Lana.
"Hah?!" Lana loading
"Sejak kapan kamu rokok?" Pandangan Aryo tertuju pada sebatang rokok yang menyelinap di sela sela jari telunjuk dan jari tengah Lana. Kemudian ia mengambil dan menggantinya dengan lolipop.
"Dah besok besok lagi rokoknya diganti lolipop aja, ntar aku beliin sekerdus, oke?"
"Hah?!"
"Ya ampun hah heh hah heh aja sih"
"Sumpah ini aku lagi ngga halu kan? Ini beneran Aryo kan?" Lana menangkupkan kedua tangannya pada wajah Aryo
"Iya ini aku, ngga percaya?"
"Aaaaaaaaaaa kamuuuuu!!!!" Tangis Lana pecah, semua yang Lana tahan selama ini akhirnya keluar juga.Lana terus nangis sambil memeluk Aryo, kurang lebih 15 menit Lana nangis. Aryo diem aja, sengaja membiarkan gadisnya meluapkan emosi.
" Udahan yuk nangisnya, baju aku basah Lan"
"BIARIN! Salah siapa diemin aku lama banget?!"
"Iya maaf" jawab Aryo lirih
"KENAPA SIH YO AKU SALAH APA?! GARA-GARA AKU KE CLUB NGGA BILANG KAMU? ITU DOANG?!"
"Oh jadi menurut kamu ngebohongin pacar sendiri trus ke club bareng mantan itu "doang" dan bukan hal besar?" Aryo melepaskan pelukannya
"Iya aku salah, tapi tapi ya ngga gini juga kan Yo kamu diemin aku satu bulan, satu bulan loh"
"Maaf aku udah diemin kamu selama itu, jujur aku bingung Lan sama hubungan kita"
"Bingung kenapa? Kamu ngga yakin sama aku sama kita?"
"Terlalu cepat dan terlalu banyak perbedaan Lan"
"Terlalu cepat? Kamu sendiri loh Yo yang minta kita pacaran. Kenapa sekarang jadi gini sih?"
"Iya justru itu aku butuh waktu lagi, Lan"
"Waktu untuk apa?"
"Kenal kamu lebih jauh lagi sebelum kita pacaran"
"Hah?! Are you kidding me?"Aryo sudah muali frustasi dengan pembicaraannya dengan Lana. Dia sendiri masih ragu apakah ingin mengakhir hubungan atau melanjutkan?
"Diawal kan kita udah pernah bahas ini, kita mengenal satu sama lain sambil jalanin hubungan kita, Yo" suara Lana melembut, tangannya menggenggam tangan Aryo meyakinkan
"Kamu yakin kita bisa, Lan?"
"Yakin dong, yakin banget kita bisa Yo"
"Tapi..."
"Udah deh ngga usah pakek tapi-tapi an, kalo ada masalah tuh diomongin Yo. Jangan main diemin aku gitu aja. Iya aku salah dan mungkin someday kamu juga bisa buat salah ya karena kita manusia biasa, komunikasi itu ada untuk meluruskan setiap masalah. Jangan diem dan menghindar, ngga bikin masalah beres"
"Iya aku ngaku kemarin aku juga salah, tapi mau janji kan kedepannya ngga akan bohong-bohong lagi?" Aryo mengangkat jari kelingkingnya kearah Lana
"Iya janji" Lana membalasnya dengan senyum
"Bentar ini artinya kita baikan, Yo? Jadi sekarang kita ini apa?" Tanya Lana memperjelas
"Kamu maunya gimana" Aryo balik bertanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredicable (Pacaran Sama Brondong)
Teen Fiction"kamu yakin, Lan? dia masih anak kemarin sore loh. Baru kelas sepuluh" "kapan lagi, Yo dapet pacar kakak kelas, cantik lagi"