"Kau terbiasa menjadi raja di rumahmu dulu, ya?"
Wajah Sasuke mengeras saat mendengar ucapannya. Mata itu menatapnya tajam dan hampir menyipit. Keningnya berkerut dalam.
"Kau tahu bagaimana hubunganku dengan Ayah dan Itachi. Kau berpikir aku pernah menjadi raja di rumahku?"
"Jadi kau ingin menjadi raja di rumah ini?"
Matanya tidak lagi fokus menatap Sasuke. Pandangannya menerawang di dinding. Lalu tanpa sadar ia mengangguk sendiri atas jawaban pada pertanyaannya. Tidak menunggu suaminya bicara.
"Ya, kau memang raja di rumah ini─di rumah kita. Kerajaan yang belum memiliki penduduk dan baru ditinggali dua orang. Aku memang tidak sepenuhnya tepat. Namun kau juga tidak sepenuhnya benar, suamiku. Jadi mari belajar untuk menjadi raja dan ratu yang baik, sembari menunggu para penduduk datang."
Terkadang ia akan pintar berbicara. Bukan jenis perkataan yang lembut dan merayu, ini lebih terdengar seperti wanita yang angkuh. Ia tidak bisa merayu, sungguh tepat berpasangan dengan pria yang juga sama sekali tidak bisa melakukan itu.
Karena tidak lagi memiliki napsu makan, ia membereskan semuanya. Merapikan meja makan dan menuju ke dapur. Lalu mengambil telepon dan memesan makanan untuk Sasuke. Ia tidak mengatakan apapun, karena pria itu pasti melihatnya sedang bicara di telepon dan menyebutkan menu makanan.
Ia berlama-lama di dapur, membersihkan kekacauan yang ia buat. Ia tidak mendengar apapun dari ruang tengah. Entah Sasuke masih berada di sana atau sudah pindah ke ruang kerjanya.
Ia berjalan keluar saat sudah selesai dengan urusannya. Ternyata suaminya sedang duduk di sofa membaca sesuatu dengan satu tangan memangku wajah. Bisa ia lihat sudut bibir pria itu tertekuk ke bawah dan mengerut di sana.
"Ambil makananmu jika pengantar makanan sudah datang."
Tanpa menunggu respon Sasuke, ia masuk ke kamar─bermaksud menonton TV. Masih sedikit kesal mengingat kejadian tadi.
Saat menonton TV, samar-samar ia bisa dengar bunyi bel rumahnya berbunyi. Lalu terdengar suara Sasuke yang membuka pintu. Sepertinya makanan pesanannya sudah datang. Ia tidak lagi keluar kamar, biarkan pria itu makan sendiri di depan.
Beruntung drama kesukaannya sedang tayang, setidaknya mengurangi rasa kesal yang perlahan hilang. Entah ia yang tidak dengar karena terlalu fokus pada tayangan di hadapannya, namun Sasuke membuka pintu kamar dan berdiri di sana.
"Kusisakan separuh untukmu. Makanlah."
Ia memang hanya memesan makanan satu untuk suaminya. Pria itu tidak menatapnya saat mengatakan itu, hanya bergantian menatap ke arah lain. Situasi ini memang aneh. Mereka baru saja berdebat tentang makanan. Lalu ia memesankan makanan untuk pria itu. Dan sekarang Sasuke menyuruhnya makan.
Apakah mereka baru saja seperti berbaikan tanpa bicara?
Akhirnya ia keluar menyusul Sasuke. Pria itu kembali ke tempatnya di sofa dengan TV yang menyala namun tidak menonton. Masih berkutat dengan kertas-kertas.
Drama yang ia tonton tadi sebenarnya belum selesai. Namun ia tidak mau makan di kamar hanya untuk menonton TV, sementara di seberang sana benda itu sedang menyala. Perlahan ia berjalan menuju sofa, lalu duduk tidak jauh dari suaminya.
"Kau tidak menonton. Bisa kuganti?"
"Hn."
Dan mereka berkutat pada kegiatan masing-masing. Tidak lagi bersuara. Yang terdengar hanyalah suara TV, kertas dibalik dan ia yang sedang makan. Mungkin jika orang lain bertamu dan melihat mereka sedang duduk bersebelahan seperti ini, tidak ada satu pun yang mengira bahwa mereka baru saja bertengkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbroken Adores #2 ✔
FanfictionInilah awal mulanya. Pertemuan dua orang yang berbeda. Seketika bersama disaat belum saling mengenal, tidak juga saling memahami. Dunia memang terkadang sungguh aneh. Menurut Sasuke, hidup sebelumnya bagai bayang-bayang. Tidak terlihat dan tidak ber...