Sebenarnya tidak ada masalah jika melahirkan tanpa ditemani suami─jika dengan alasan yang tepat. Seperti dirinya saat ini.
Sasuke pergi untuk perjalanan bisnis sejak tiga hari yang lalu dan baru akan kembali dua hari kemudian. Ia tahu sebenarnya Sasuke sangat berat hati untuk pergi, namun karena tanggung jawab dan sepertinya proyek itu sangat penting, tidak ada orang lain yang bisa mewakilinya.
Malam itu Sasuke bicara padanya dengan nada tidak biasa─sedikit ragu.
"Aku ada perjalanan bisnis selama lima hari."
Ia mengangguk, sudah mengetahui hal itu karena Kakashi memberitahunya. "Kau akan ke London, bukan?" tanyanya tanpa menoleh ke arah Sasuke. Ia sedang membereskan pakaian pria itu di koper, beserta dengan perlengkapannya yang lain.
"Acara ini tidak bisa diwakilkan. Aku harus menghadirinya sendiri."
Ia kembali mengangguk─masih sibuk dengan pekerjaannya. Ia tidak ingin ada barang Sasuke yang tertinggal, bahkan dari yang terkecil seperti kaus kaki. Ia melipat semuanya dengan rapi dan menyusunnya di koper.
"Sakura!"
Tiba-tiba Sasuke memanggilnya dengan nada hampir menyentak. Ia yang terkejut, segera menoleh ke arah pria itu. Terlalu bingung mengapa suaminya tiba-tiba seperti itu. Padahal sejak tadi ia tidak melakukan apapun yang membuatnya kesal.
Matanya terbelalak. "Ada apa?"
"Akhirnya kau menoleh."
Tanpa sadar ia menghela napas. Ternyata pria itu memanggilnya begitu hanya agar ia memberi atensi penuh padanya.
"Tidak apa jika kutinggal?" tanya Sasuke sambil menatapnya dalam.
"Tidak apa. Lagi pula kau pergi karena pekerjaan yang mendesak," jawabnya santai. "Jika itu untuk senang-senang─" Matanya memicing, "sudah pasti aku melarang."
Sasuke mendengus. "Ini untuk pekerjaan."
"Kalau begitu tidak masalah. Lagi pula prediksi hari kelahiran Hiro masih seminggu setelah kau pulang. Jangan khawatir."
Sasuke tidak lagi mengatakan apapun. Dia berjalan menuju sofa di kamar dan bermalas-malasan di sana.
Setelah selesai dengan tugasnya, ia bermaksud mandi. Tangannya menggelung rambutnya tinggi dan membuka beberapa kancing atasnya. Ia berjalan melewati Sasuke yang sedang meluruskan kaki di sofa.
"Ayo mandi," ajaknya.
Pria itu langsung mengalihkan pandangan ke arahnya dengan cepat. Menatapnya dengan alis hampir menyatu. "Kau belum mandi?"
Ia memandang mata hitam Sasuke sedikit lebih lama─jika pria itu mengerti maksudnya. "Belum─ayo."
Perlahan sudut bibir Sasuke terangkat miring. Mata gelap itu berubah berkilat dan bersemangat. Lalu Sasuke berjalan ke arahnya dan menarik tangannya untuk masuk ke kamar mandi.
"Memang seharusnya kita yang bersenang-senang, sebelum aku pergi."
Dan ia hampir tertawa mendengar ucapan suaminya.
Jika ada yang ingin tahu, mengapa untuk kehamilan ini ia dan Sasuke memutuskan tahu jenis kelamin anak mereka, itu karena mereka sungguh penasaran. Kira-kira apakah jenis kelamin anak kedua ini hingga membuatnya lebih kepayahan saat hamil.
Begitu mereka mengetahui itu adalah laki-laki. Keduanya memutuskan untuk menggunakan nama Hiro yang sebelumnya sudah pernah diungkapkannya.
Siang itu kakak iparnya─Yugao, sedang berada di rumahnya. Wanita itu kemari untuk mengambil perhiasan. Beberapa waktu lalu, Sasuke memiliki klien dari Jerman yang memberi tiga buah set perhiasan. Ternyata istri dari pemilik perusahaan itu pemilik brand berlian terkenal dan menitipkan hadiah untuk para wanita Uchiha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbroken Adores #2 ✔
FanfictionInilah awal mulanya. Pertemuan dua orang yang berbeda. Seketika bersama disaat belum saling mengenal, tidak juga saling memahami. Dunia memang terkadang sungguh aneh. Menurut Sasuke, hidup sebelumnya bagai bayang-bayang. Tidak terlihat dan tidak ber...