Chapter 7

16K 1.5K 648
                                    

Kata-kata Sasuke beberapa hari lalu seperti terus terngiang di telinganya. Sejujurnya ia bingung siapa yang seharusnya tersinggung? Ia atau Sasuke? Mereka berdua sama-sama tidak pandai dalam mengatakan isi hati. Mungkin sejauh ini keduanya cukup baik dalam bekerja sama sebagai tim. Jika rumah tangga ini seperti perusahaan, maka ia dan Sasuke adalah pekerja yang cukup cakap.

Namun rumah tangga tidak hanya soal itu. Karena ini melibatkan perasaan─yang dalam. Dan ia merasa, Sasuke dan dirinya seperti baru saja saling menyakiti. Ketegangan di antara keduanya sungguh tidak nyaman. Padahal besok mereka harus menghadiri acara Uchiha Group bersama.

Ia sedang menyiapkan sarapan Sasuke, saat pria itu berbicara padanya pertama kali sejak tiga hari lalu.

"Kalau tidak enak badan, tidak perlu ikut. Istirahatlah di rumah. Bilang pada Ayame untuk menginap sehari ini saja."

Suaminya berdiri, telah menyelesaikan sarapannya. Pria itu hanya akan bekerja setengah hari, lalu pulang dan menjelang malam akan berangkat menuju acara Uchiha Group. 

"Tidak apa-apa. Aku masih bisa."

Kondisi tubuhnya seharusnya baik. Hanya mungkin sedikit terganggu karena banyak pikiran akhir-akhir ini.

Lagipula sejak mereka menikah, ia selalu menemani Sasuke ke acara formal. Ini seperti salah satu tugas menjadi istri seorang pengusaha. Jadi jika kali ini ia tidak ikut, rasanya pria itu akan tidak nyaman sendirian.

Sasuke hanya meliriknya sekilas dan mengangguk kaku. Lalu berangkat ke kantor tanpa mengatakan apapun.

Sejak terakhir kali bertemu, ia belum menghubungi ibunya. Ia telah memiliki nomor telepon wanita itu, tapi masih enggan untuk bertelepon lebih dulu. Walau Sasuke sudah mengijinkannya memberi uang pada ibunya, namun kata-kata pria itu seperti mempertegas bahwa tujuannya menikah memang hanyalah untuk mendapatkan uang. Dan sudut hatinya sedikit tidak terima.

Pikirannya terbang kemana pun, tanpa terkontrol. Seperti tubuhnya berada di rumah, namun otaknya berkelana jauh. Hingga tanpa terasa, Sasuke sudah kembali pulang dan mereka bersiap untuk hadir ke acara Uchiha Group.

Sadar diri bahwa tubuhnya telah lebih berat dan kakinya sedikit membengkak, ia tidak menggunakan sepatu dengan hak yang tinggi, hanya beberapa senti dan bukan yang berbentuk runcing. Rasanya memang jauh lebih nyaman.

Untuk pertama kalinya sejak diberi kalung oleh Ibu Mikoto, ia memakainya. Kalung itu menggantikan kalung pemberian Sasuke yang biasanya ia gunakan.

"Jika nanti sudah lelah, bilang saja. Agar kita cepat pulang." Sasuke memandang ke arah lehernya saat mengatakan itu. Namun tidak berkomentar apapun. Ia hanya bisa mengangguk setuju dengan perkataan suaminya.

Sasuke sudah hampir siap, tinggal mengambilkan jasnya saja dan mereka bisa berangkat. Ia hendak menuju walk-in-closet, saat pria itu menghentikannya.

"Bisakah kau duduk? Aku hampir tidak tahu di mana barangku karena kau selalu mengambilkan semuanya."

Langkahnya terhenti. Lalu berbalik menghadap suaminya, menatap pria yang sedang memandangnya lurus itu. Jika dipikir kembali, tanpa sadar ia terus melakukan ini setelah delapan bulan bersama. Menyiapkan semua kebutuhan pria itu sudah seperti kebiasaan baginya dan bukanlah suatu masalah. 

"Kau sudah memenuhi harapanku tentang suami. Aku juga harus memenuhi harapanmu tentang istri serba bisa."

Pria itu berdecak tidak sabar. "Kau sedang hamil. Bisakah kau duduk diam saja? Kau bisa melakukan semuanya lagi saat tidak ada anak di perutmu."

Ia melangkah mendekat pada Sasuke. Matanya tidak lepas dari pria itu. Ia berdiri tepat di hadapannya. Memandangi wajah minim ekspresi─yang sayangnya begitu rupawan.

Unbroken Adores #2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang