Chapter 11

17K 1.6K 567
                                    

Seperti saat mengandung Sarada, ia dan Sasuke pergi ke rumah sakit yang sama untuk mengecek kandungan. Dokter itu bahkan masih mengingat betul wajahnya dan Sasuke saat ia masuk ke dalam ruangan. Perawat yang memanggil namanya bahkan langsung mengenali hanya dalam sekali lihat.

"Sepertinya baru kemarin aku membantu persalinanmu. Kau sudah hamil lagi?"

Ia tersenyum sedikit malu dan mengangguk samar. "Sepertinya, Dok. Maka dari itu kami kemari untuk mengecek."

"Bagaimana kabar putri kalian?"

"Dia baik dan sehat. Semakin hari dia semakin lincah," jelasnya.

Lalu dokter melakukan prosedur seperti biasa untuk mengecek kehamilan. Sepertinya ia dan Sasuke sudah tidak terlalu kaku menghadapi ini karena telah memiliki pengalaman sebelumnya. Hanya saja ia merasa lebih mual pada kehamilannya yang sekarang. Hampir tiap pagi ia mual dan menjadi tidak napsu makan.

Ia sempat menanyakan hal itu pada dokter. Namun dokter mengatakan itu masih dalam kondisi wajar, jika muntahnya tidak terlalu sering dan jangan sampai kekurangan cairan tubuh. Dokter menyarankannya untuk makan makanan bergizi dan istirahat yang cukup, jangan sampai terlalu lelah.

Setelah pulang dari memastikan kehamilannya, ia segera menelepon Ibu Mikoto. Ia tidak ingin kejadian seperti saat mengandung Sarada terjadi. Ibu mertuanya mengetahui kabar bahagianya dari orang lain.

"Halo, Ibu. Bagaimana kabarnya?" mulainya.

"Halo, Sakura. Ibu baik-baik saja. Bagaimana kabar kalian─terutama Sarada?"

"Kami baik-baik saja, Bu. Sarada sehat, dia semakin aktif."

"Syukurlah. Ada apa, menantuku? Tumben menelepon. Biasanya kau langsung kemari."

Sepertinya ibu mertuanya telah merasakan sesuatu hingga langsung bertanya.

"Aku hanya ingin mengabari, Bu. Terakhir kali Ibu tahu aku hamil dari orang lain. Jadi sekarang aku mengabari Ibu lebih dulu. Aku sedang hamil adik Sarada."

"Astaga! Ya, Tuhan!" pekik Ibu Mikoto kencang.

Lalu bisa ia dengar suara ibu mertuanya yang histeris memanggil ayah mertuanya dan memberi tahu bahwa ia telah hamil. Samar-samar ia bisa dengar suara terkejut Ayah Fugaku yang berkata, 'benarkah?'

"Ibu senang sekali mendengarnya. Sama sekali tidak menyangka kau akan hamil adik Sarada secepat ini," ujar ibu mertunya begitu bersemangat. "Jadi bagaimana? Kau sudah pergi memeriksanya dengan Sasuke?"

"Sudah, Bu. Kami baru saja kembali dari sana. Kandunganku sehat dan baik-baik saja."

"Syukurlah." Walau tidak melihat secara langsung, namun ia bisa membayangkan bagaimana senyum cantik ibu mertuanya dibalik telepon. "Kau tidak tahu betapa gembiranya Ibu saat ini."

Tanpa sadar ia ikut tersenyum. "Sebenarnya aku juga terkejut, Bu─memiliki anak kedua secepat ini. Padahal baru kemarin aku mengatakan pada Ibu bahwa kami sedang fokus pada Sarada."

Ibu mertuanya terdengar tertawa maklum. "Kalian masih muda. Wajar sekali jika selalu bersemangat. Aku tahu Sasuke pasti sangat aktif padamu."

Ia bingung untuk menjawab apa. Sebenarnya ia malu bercampur canggung mendengar ini. Namun yang dikatakan Ibu Mikoto sepertinya juga tidak salah.

"Jaga kesehatan baik-baik, sayang. Jika Sarada nanti sudah terlalu berat untuk kau gendong, sebaiknya batasi saja. Dan jika ada apa-apa segera hubungi kami, ya." Pesan ibu mertuanya terakhir sebelum mereka akhirnya memutuskan sambungan. 

Sebenarnya jika dipikir kembali, memiliki anak lagi dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama, tidak terlalu buruk. Beberapa pakaian hamil yang ia gunakan saat mengandung Sarada, masih tersusun rapi dan lengkap di sana. Begitu juga perlengkapan bayi saat dulu putrinya baru lahir. Ia menyimpan semuanya dengan apik. Sehingga untuk kehamilan kedua, ia dan Sasuke tidak terlalu repot membeli barang-barang lagi.

Unbroken Adores #2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang