Mantan | #3

139 31 29
                                        


⚠️16+
Baca dulu pelan-pelan, sampai bawah inget dosa
Terutama yang puasa!

××××

“Lo harus cerita kenapa kalian bisa putus.”

“Dia itu murid pindahan paling ganteng yang sejauh ini gue temui. Satu lagi, sahabat gue yang terkenal anti cowok ini pernah jadi mantan cowok itu. Amazing banget. Lo harus cerita!” desaknya lagi.

Seketika itu mengalirlah ceritaku. Nara menyimak dengan serius setiap kata yang terlontar dari mulutku. Aku menceritakan apa adanya  yang terjadi antara hubunganku dengan Raka. Tidak semuanya karena aku pikir dia juga tidak mungkin se kepo itu dengan urusan orang baru.

“Syukur deh.” ucapnya tiba-tiba setelah ceritanya selesai.

“Lo ngomong apa sih, Nar?” balasku tak mengerti.

“Untung ya yang putusin itu lo, coba aja kalau dia? harga diri lo mau dikemanain. Cowok yang salah kenapa yang mutusin malah cowoknya, dasar.” Tipe-tipe cowok Brengs** !!!

“Gue ngga mau terus-terusan makan hati.”

“Lagian gue juga udah masa bodo sama dia. Cuma sempet kaget aja, tiba-tiba dia ada di sekolah ini.” keluhku pada Nara.

“Sabar Dav. Gue bakal dukung apapun keputusan lo nantinya. Denger cerita dari lo, gue lumayan hilang respect juga sih sama dia, tapi ya ... lo harus mikirin juga kapasitas hati sama mata gue.”

“Nahan rasa ngga terpesona sama tampang Raka, itu kaya lewatin ujian hidup,”

“Berat banget.” ujar nara memasang wajah se-sedih mungkin.

Aku hanya menggelengkan kepala dan tertawa karena tingkah abstrak yang dibuatnya. Biarpun sekarang pikiranku masih tertuju pada Raka, setelah berbagi cerita dengan Nara rasanya sedikit lega. Setidaknya untuk saat ini.

××××

Sore ini aku pulang sendiri, Nara tidak bisa mengantarku karena mendapat telepon dari ibunya. Sakit jantung yang diderita neneknya kambuh lagi. Aku mengizinkannya, toh aku juga tidak punya hak untuk melarangnya.

Satu hal yang jadi masalah, uang yang aku punya tidak cukup untuk naik ojek online. Aku lupa membawa tambahan uang saku, karena aku pikir cukup hemat jika pulang pergi bareng Nara. Sebenarnya tidak gratis, kami patungan uang bensin tiap minggunya.

Aku berniat menunggu angkot lewat, tapi hujan turun, membuat langkahku sedikit bimbang. Antara harus menerjang hujan tapi basah atau menunggu hujan reda tapi tertinggal angkot.

“Duh, gue lupa bawa payung lagi, nyebrangnya gimana lagi ini, hufft.” gerutuku sendiri.

Koridor semakin sepi. Sangat wajar jika sepi, jam pulang sekolah sudah lewat sedari tadi. Aku terus menunggu dengan harapan hujan segera reda.

“Andai gue punya pintu kemana saja Doraemon, udah sampai halte dari tadi.”

“Eh,,, gue baru kepikiran kenapa pintu kemana saja nya cuma nyampai halte? enakan juga langsung ke rumah, hemat uang.” ucapku entah kepada siapa, pikirku mulai tak karuan.

“Mau bareng gue?” ucap suara bass di belakangku.
Jelas aku merinding, bahkan aku sempat berpikir, harus banget ya ini aku noleh? Suaranya sangat familier di telingaku, sama seperti ...

Prince CharmingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang