Chapter 6

26 5 0
                                    

Happy reading all❣️❣️❣️
.
.
.
.
.

"Cepat cari Krist!" teriak Fanaya pada mereka.

Semua bergegas membawa barang-barang, lantas pergi mencari Krist. Fanaya sudah mulai terisak, pesan sang nenek membuatnya bertambah cemas akan kondisi salah satu sahabatnya.

"Tenanglah Fanaya, semua akan baik-baik saja," ucap Keivy mencoba menenangkan.

"Semoga saja," lirih Fanaya sendu.

Matahari sudah berada di titik puncak, namun mereka belum juga menemukan keberadaan Krist.

Keivy sudah duduk meluruskan kakinya yang terasa lelah.

"Aku lelah," ujar Keivy mulai manja.

"Keivy dan Fanaya beristirahat saja dulu, biar kami yang akan mencari Krist," putus Areza sembari menatap Zeon dan Levan.

"Aku ikut!" seru Fanaya.

"Kau disini saja bersama Keivy, Fanaya," ucap Areza menolak.

"Tapi...," Belum selesai Fanaya berbicara, Levan menyanggahnya terlebih dahulu.

"Jangan membuat semua bertambah rumit, kita harus saling menjaga sekarang," tegas Levan menatap Fanaya tajam.

Fanaya mengangguk, dia membiarkan ketiga orang itu pergi mencari Krist.

"Fanaya, semua akan baik-baik saja," ucap Keivy yang melihat Fanaya sangat cemas.

"Aku tidak bisa tenang, aku merasa sudah terjadi sesuatu yang salah disini." Fanaya mengeluarkan isi hatinya, Keivy seketika itu juga terdiam.

Fanaya melihat Levan berlari ke arah mereka dengan tergesa-gesa, Fanaya yang melihat itu langsung bangkit dari duduknya, dia mengharapkan kabar baik tentang Krist.

"Apakah Krist sudah ditemukan?" tanya Fanaya.

"Ayo ikut aku." Levan menggiring kedua gadis itu untuk mengikutinya.

***

Mereka menemukan keadaan Krist yang bersimbah darah. Di pipi, perut, kepala, bahkan ada tusukan di jantungnya. Dengan segera, Fanaya menghampiri Krist dengan raut wajah bersalah. Keivy yang tak kuasa menahan tangis hanya bisa terduduk lemas.

“Kenapa bisa begini?! Sebenarnya siapa yang membunuhnya?! Apakah Krist memiliki salah besar terhadap dia yang membunuhnya?! Atau... pembunuhnya itu diantara kita?”

Dengan cepat, Levan segera menyanggah pernyataan Fanaya, “Jangan asal tuduh! Bahkan kau pun bisa saja menjadi tersangkanya!”

“Itu tidak mungkin karena Fanaya semalam tidur tepat di sebelahku,” Areza juga ikut menyanggah pendapat Levan.

“Jadi, sampai kapan kalian saling tuduh?” tanya Zeon tenang. Dimana-mana Zeon memang selalu _stay cool_ tak peduli apapun situasinya.

“Baiklah. Mari kita segera mengubur jasad Krist,” putus Keivy saat ia sudah mulai tenang.

Mereka ber-5 pun segera mengubur jasad Krist dengan cuaca hati yang buruk. Ah, setelah ini, siapa yang akan berbicara ketus kepada mereka? Bagaimana mengatakan ini semua kepada orang tuanya? Siapa yang akan menjelaskan itu semua? Ntahlah, bahkan mereka sendiri tak tahu apa yang akan terjadi kedepannya.

Mereka memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan tanpa kehadiran Krist lagi. Suasana hati yang tak menentu, berjalan lunglai, bahkan hanya untuk mengingatnya saja sudah membuat mereka bersedih kembali.

“Ah, bagaimana jika kita mundur saja? Aku tak ingin ada yang pergi lagi diantara kita..” Fanaya berkata dengan pasrah, bahkan raut wajahnya sangat pucat.

Scary AdventureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang