Chapter 5

18 4 0
                                    

"Tidakkkk !!!" tiba-tiba teriak Zeon sambil berdiri dari tempat duduknya.

Zeon yang biasanya hanya pendiam dan mengikuti yang terbaik bagi sahabat-sahabatnya itu, namun sekarang dia yang paling menentang keputusan apa yang di katakan Fanaya itu.

Spontan semua mata yang masih berada di meja makan pun menatap Zeon. Hening.

"Iya aku setuju apa yang di katakan Zeon, kita harus melanjutkan perjalanan ini" tiba-tiba kata Krist dengan tegas.

"Memang perjalanan ini pasti penuh akan rintangan, pasti penuh akan kejadian-kejadian tak terduga, dan pastinya mungkin saja bahaya berat sudah menunggu kita nantinya. Tapi menurutku kita memang harus tetap melanjutkan perjalanan ini. Perjalanan kita sudah hampir setengah, gak mungkin kan perjuangan kita yang sudah setengah ini sia-sia. Yang terpenting kita semua harus yakin, harus kompak. Semuanya dari kita harus saling menjaga satu sama lain. Dan tentunya kita semuanya harus ekstra hati-hati". Sambung Areza dengan penuh pemaknaan pada setiap perkataannya.

"Ok, aku siap untuk melanjutkan perjalanan ini, bagaimana dengan yang lainnya ?" Kata Leven sambil menatap Keivy dengan intens.

Keivy yang merasa di tatap intens oleh Levan akhirnya pun dengan cepat menjawab.

"Aku sih, siap-siap saja, tapi bagaimana dengan Fanaya ?" Jawab Keivy dengan santai yang kemudian di susul menatap ke arah Fanaya dan di susul sahabat-sahabatnya itu. Karena memang hanya tinggal keputusan dari Fanaya lah semuanya akan merasa lega.

Fanaya yang di tatap intens oleh sahabat-sahabatnya itu pun semakin hanya bisa pasrah.

"hum... baiklah.." jawab Fanaya dengan raut muka pasrah.

“Syukurlah...." Semuanya pun serentak mengucapkan kata itu.

Dari lubuk hati paling dalam dari mulai berangkat hingga perjalanan perasaan Fanaya selalu merasa gelisah. Apa lagi sejak mendengar nasihat si nenek, rasa gelisahnya semakin menjadi-jadi rasanya. Tapi karena rasa takut sahabat-sahabatnya marah dan kecewa akhirnya dia pun hanya bisa pasrah dan mengikuti sahabat-sahabatnya itu.
***
Usai mendiskusikan tentang melanjutkan perjalanan, akhirnya semuanya pun pergi ke kamar tidur masing-masing yang sudah di siapkan oleh sang nenek tersebut.

“Karena kamar tidur yang disediakan nenek ada dua, kami para cowok-cowok akan tidur di kamar yang lebih luas. Tak apa bukan?” tanya Levan sambil menatap kedua gadis yang berhadapan dengannya.

“Baiklah jika itu mau kalian, tak apa.” Jawab Keivy tersenyum hangat.

Hingga akhirnya semuanya pun masuk ke dalam kamar masing-masing, karena memang semuanya harus istirahat dengan cukup untuk melanjutkan perjalan esok hari.

Jam menunjukkan pukul dua belas malam. Semuanya sudah nyenyak dengan mimpinya masing-masing. Tapi tidak dengan Fanaya. Rasa gelisah yang di rasakan Fanaya semakin memburuk. Dia selalu kepikiran, hingga ia tak bisa tertidur. Fanaya pun hanya memandangi langit-langit kamar tidurnya berusaha untuk membayangkan akan keindahan-keindahan yang setidaknya bisa menghilangkan rasa gelisahnya sedikit-sedikit. Hingga tak terasa akhirnya pun Fanaya terlelap juga. Fanaya hanya bisa berharap bahwa perjalanan ini menjadi baik-baik saja, bukan seperti yang ada dipikirannya.

***
“Fanaya, ayo bangun!” Keivy mengguncangkan tubuh Fanaya pelan. Ini sudah pagi dan sarapan akan dimulai sebentar lagi. Keivy tak ingin merepotkan sang nenek lebih lama. Setidaknya, lebih cepat mereka pergi, semakin cepat pula mereka mendapatkan benda itu.

“Iya-iya! Aku bangun.” Fanaya membuka mata dan memperlihatkan warna matanya yang indah itu.

“Cepatlah, kita tidak punya waktu lebih lama disini.” Keivy berkata sembari mengecek barang-barang yang dibawanya dari kota.

Scary AdventureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang