#31

1.3K 60 5
                                    

Abaikan typo.

Happy reading.

***

"Kenapa telfon aku gak diangkat?" Perempuan itu maju ke depan dan langsung memeluk Arkan erat. "Aku kangen banget sama kamu."

Arkan masih membisu di tempatnya, tidak juga membalas pelukan perempuan ini.

"Ken--kenapa lo kembali?" tanya Arkan terbata-bata. Dia sangat terkejut. Sudah lama sekali dia tidak melihat wanita ini.

"Kamu gak senang aku balik?" tanya wanita itu kembali, "kamu masih nunggu aku kan?" lanjutnya lagi sambil tersenyum.

Arkan bingung. Otak dan hatinya tengah bertarung sekarang. Otaknya mengatakan untuk membalas pelukan itu, sedangkan hatinya menolak, dan mengingat wanita yang sudah berada di sisinya beberapa bulan ini, Rachel.

Kenapa perempuan itu kembali di saat dia sudah berhasil melupakannya sekuat tenaga. Dalam hati kecilnya masih ada rasa rindu meski sedikit. Ya sangat sedikit.

"Sorry ada hati yang harus gue jaga," ucap Arkan tegas melepas pelukan itu.

"Ap--apa lo bilang? Lo udah nemuin pengganti gue?" Perempuan itu bertanya lirih. Air matanya mulai menetes. Arkan benci melihat perempuan menangis. Dia hanya tidak tega.

"Iya."

"Siapa dia? Siapa perempuan beruntung yang berhasil dapetin hati kamu lagi?"

"Perempuan yang gak hianatin gue sama sahabat gue sendiri," jawab Arkan sarkas.

Jawaban Arkan benar-benar menusuk di hatinya. Harusnya dia sadar dan tidak mengikuti kata hatinya untuk kemari. Semuanya sudah berubah. Hati lelaki itu sudah tertutup untuknya.

"Iya aku tahu, tapi apa gak ada sedikit tempat di hati kamu buat aku?"

"Mendingan lo sekarang pulang Melva." Setelah mengatakan itu lelaki tersebut berlalu dari hadapan wanita itu.

"Sorry gue terlambat, tapi gue masih sayang sama lo Arkan!" teriaknya dan berjalan ke luar. Air matanya masih membanjiri pipi nya.

Arkan tidak menghiraukan teriakan itu, dan melanjutkan langkahnya ke kamar untuk mandi dan beristirahat. Tubuh nya terasa sangat lelah. Belum lagi hilang rasa lelahnya karena perjalanan panjang dari Bandung, sekarang dia harus menghadapi kenyataan bahwa Melva telah kembali.

"Sial kenapa dia kembali!" teriak Arkan geram memukul dinding kamarnya.

***

Pagi ini Arkan menjemput Rachel di rumahnya. Dengan senyum yang mengembang, dia tidak ragu-ragu mengetuk pintu rumah itu.

"Pagi tante, tata belum berangkat kan?" Arkan menyalami Anna dan Leo yang baru keluar rumah.

"Iya belum, lagi pakai sepatu di dalam." jawab Anna dan berjalan mengantar suaminya ke mobil.

Tak lama kemudian Rachel keluar dengan senyum mengembang di wajahnya. Senyum yang berbeda dari hari biasanya. Senyumnya sangat tulus. Arkan tahu itu.

"Senyum mulu ta, gak kering itu gigi lo?" tanya Ragel yang juga baru keluar. Dia sangat senang karena adiknya benar-benar sudah berubah. Sudah kembali seperti Rachel yang dulu.

Apalagi semalam dia benar-benar terlihat bersemangat membantu Anna memasak di dapur, dia juga menjadi sangat cerewet. Keluarganya yang melihat itu tidak dapat menyembunyikan kebahagiaan mereka. Tata mereka telah kembali.

Rachel sendiri sudah bertekad untuk berubah, sepulang dari Bandung dia merenungi dirinya. Tapi akhirnya dia sadar bahwa dia harus berubah. Dan benar saja dirinya merasa lebih legah sekarang.

"Ayo!" ucapnya semangat dan berjalan ke arah motor Arkan terlebih dahulu.

Arkan terlihat bingung. Ragel mengerti tatapan itu, "dia udah berubah Arkan, gue senang. Jadi gue harap lo jangan bikin dia kecewa." Setelah mengatakan itu Ragel naik ke motornya dan melesat pergi.

"Tante kita berangkat dulu."

"Mama tata berangkat ya."

Anna dan Leo melambaikan tangan ke keduanya dan tersenyum bahagia.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih lima belas menit, keduanya telah sampai di sekolah.

Semua pasang mata tengah menatap kagum, ada juga yang heran melihat Rachel tersenyum. Karena biasanya perempuan itu sangat dingin. Bahkan untuk bertegur sapa mereka tidak berani.

"Halo Aurel," sapa Rachel tersenyum manis menatap Aurel di bangku belakang samping Ragel.

Aurel tercengang karena Rachel baru saja menyapanya. Rachel melambaikan tangan di hadapan wajah Aurel membuat wanita itu tersadar.

"Rachel ini lo?!" Teriakannya menggelegar.

"Iya ini gue."

Aurel memeluknya erat. Rachel yang terkejut lantas membalas pelukan itu dan tersenyum.

"Gila gue gak percaya lo udah berubah!"

"Ini semua karena bantuan kalian, gue mau terima kasih ya." Ujar Rachel tersenyum manis.

Saat mereka asik berbincang, bel tanda jam pertama dimulai berbunyi. Membuat mereka berhamburan kembali ke tempat masing-masing.

Guru jam pertama masuk, tapi berbeda kali ini dia masuk tidak sendiri tapi bersama dengan seorang gadis. Ya murid baru lagi.

"Gila murid baru bening semua bro"

"Gak Rachel gak dia yang di depan cantik semua"

Masih banyak pujian yang dilontarkan. Tapi mereka semua berhasil diam saat pak Agus memukul meja di depan dengan keras.

"Diam semua!" tegasnya.

"Baik, kamu bisa perkenalkan diri kamu."

"Nama gue Anastasya Melva, kalian bisa panggil gue Melva. Pindahan dari luar negeri. Gue harap kalian bisa berteman baik dengan gue."

"Baik Melva kamu bisa duduk di bangku kosong."

Gadis itu berjalan ke belakang sambil menatap seseorang yang sedari tadi membuang muka enggan menatapnya.

Setelah itu pelajaran berlangsung seperti biasa, guru itu menerangkan hingga bel istirahat berbunyi.

Melva dari tadi memang fokus memandang Arkan dan perempuan di sampingnya, yang tidak dia kenali siapa namanya. Tapi dari gerak geriknya Melva menyadari sepertinya itu pacar Arkan. Karena sedari tadi mereka sibuk bercanda dan tertawa lepas. Bahkan Arkan terlihat mencubit pipi perempuan itu, membuat dirinya kesal. Dari awal dia masuk kelas Arkan sama sekali tidak memperdulikannya, bahkan menganggap dirinya tidak ada.

"Gue perhatiin kayaknya lo suka sama Arkan," ujar seseorang di belakangnya.

***

Hallo readers ku yang masih setia baca cerita ini, kayaknya beberapa part lagi Rachel bakalan tamat deh, sedih sih tapi gak sabar bikin cerita baru lagi. Jadi buat kalian, ikutin terus ya cerita-cerita yang aku tulis.

Terima kasih.

RachelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang