Pagi sekali Khanza terbangun karena suara lantunan ayat suci yang keluar dari mulut Keenan. Khanza terbangun dengan mata sembap. Tak didapatinya Keenan di kamar. Segera Khanza teringat kejadian tadi malam. Penolakan Keenan. Hati Khanza terasa disayat sembilu. Sejenak dia mematut bayangannya di cermin. Apakah aku tak pantas untuk Mas Keenan? Apakah aku gak cantik? Khanza terus membatin sedih.
Sementara lantunan ayat suci masih terus terdengar merdu. Arahnya dari ruang sholat. Khanza beristighfar dan mencoba sabar. Dia berpikir mungkin Keenan masih badmood karena memikirkan Roman, mantan suaminya.
Khanza segera bangkit dan bergegas mandi. Segera mengambil mukena untuk bersiap sholat Subuh.
Mereka bertemu pandang di ruang sholat. Ketika itu Keenan telah menyelesaikan tilawahnya. Keenan menunduk lagi dan itu membuat hati Khanza semakin sedih
"Mas, apa salah Khanza? Mas marah sama saya?" Akhirnya Khanza tidak tahan untuk tidak bertanya. Bagaimanapun mereka pengantin baru.
Keenan terhenyak. Ia segera memandang wajah cantik Khanza dan merasa bersalah. Ia sendiri telah melakukan dosa dengan menjadi muhalil dan sekarang terjebak dilema. Batinnya meronta antara meneruskan perbuatan dosa itu atau jujur pada Khanza. Rasanya tidak ada pilihan yang bagus saat ini. Hanya ucapan istighfar yang keluar dari mulutnya.
"Maaf, Khanza. Kamu gak salah apa-apa. Cuma aku yang lagi gelisah. Maafkan saya," Keenan menyentuh kepala Khanza dan tersenyum padanya. "Sholatlah dulu. Jangan pikirkan macam-macam, ya. Mas izin pergi ke pengajian dulu."
Khanza mengangguk. Ada rasa lega hinggap di hatinya begitu melihat senyuman Keenan walau sebenarnya perasaannya masih tidak enak. Ia merasa Keenan menyembunyikan sesuatu darinya.
Keenan sendiri bergegas pergi menemui Ustadz Rizal, sahabatnya di masjid.
***
Mila merasa dunia di sekitarnya berputar. Kerlap kerlip lampu diskotik tadi malam terasa seperti masih mengikutinya ke mana saja. Sekarang dia sudah berada dalam dekapan seorang pria.
Mila tak berdaya dan hanya bisa terbaring di ranjang. Sementara Vino sibuk menggerayangi tubuhnya. Mila merasa tubuhnya kaku tak bisa bergerak. Ia sadar, tapi tak bisa berbuat apa-apa.
Penyesalan adalah hal pertama yang dirasakan Mila. Batinnya menjerit. Semalam dia bertemu Vino, adik kelasnya saat SMA-nya dulu dan mau diajak pemuda itu hang out ke diskotik. Tak ada kecurigaan apa-apa. Tadinya Vino menyikapi sangat bijak saat dua jam Mila berkeluh kesah tentang putusnya dia dan Keenan. Vino bahkan sukarela meminjamkan bahunya jadi sandaran saat Mila menangis.
Mila tak menyangka Vino tega memasukkan obat aneh ke dalam birnya.
"Ja... ngan...." gumam Mila sambil menangis. Namun, percuma. Vino tampak begitu dikuasai nafsu. Mila sudah dikuasai Vino.
"Aku sudah lama suka sama kamu Kak Mila. Primadona di sekolah SMA Matahari," ujar Vino disusul tawa senang.
Selanjutnya, Mila merasakan mahkotanya telah direnggut Vino. Adik kelas yang dulu dikenalnya baik, ramah, dan selalu aktif dalam acara sekolah. Tidak disangka Vino berniat jelek pada Mila. Sekarang Mila hanya bisa menangis sesegukan. Pengaruh obat telah membuatnya kehilangan sesuatu yang amat berharga dalam dirinya.
***
Ustadz Rizal menepuk pelan bahu Keenan. Sementara Keenan sedang terguncang dalam tangis penyesalannya. Sejenak tadi ia telah menceritakan segala keluh kesahnya pada Ustadz Rizal.
"Antum sebaiknya segera bertaubat, Keenan. Apa yang antum lakukan itu dosa besar. Pernikahan bukan sesuatu yang pantas dipermainkan," ujar Ustadz Rizal. "Ana tahu antum terpaksa melakukan itu karena ingin menolong ibu antum. Tapi antum lupa, ada Allah yang memberikan segalanya pada kita. Allah Maha Mendengar dan akan mengabulkan doa-doa hambanya."
"Saya menyesal, Ustadz. Sekarang saya selalu diikuti rasa bersalah setiap melihat wajah istri saya. Apa yang sebaiknya saya lakukan, Ustadz?" Keenan terlihat sangat bingung.
"Pertama-tama, antum harus memohon ampunan kepada Allah. Lalu antum perbaiki semuanya. Antum kan muslim yang taat, antum pasti tahu apa yang harus antum lakukan. Pulanglah dan tenangkan hati istri antum. Segala aib di masa lalu cukup antum dan Allah yang mengetahui. Biar Allah yang menyimpan segalanya," pesan Ustadz Rizal.
"Jadi saya harus menyembunyikan fakta ini pada istri saya, Ustadz? Saya sebaiknya tak usah beritahu kalau tujuan saya menikahinya karena menjadi muhalil?"
"Jika itu bisa mengancam pernikahanmu, sebaiknya jangan. Cukup perbaiki saja apa yang sedang antum jalani sekarang. Lagi pula, antum cinta kan sama istri antum? Antum menikahinya atas dasar rasa cinta juga di hati antum, bukan keterpaksaan. Hanya caranya saja kurang baik."
"Iya, Ustadz. Saya sangat mencintai Khanza, sampai saya tidak tega menyakiti hatinya. Saya juga takut kalau istri saya sampai marah dan pergi ninggalin saya kalau tahu masalah sebenarnya." Keenan tertunduk lesu.
Ustadz Rizal tersenyum. "Sudahlah. Antum kan laki-laki, kepala rumah tangga, antum itu imam. Antum harus tegas, kuat, tabah, dan selalu membahagiakan istri dan keluarga antum. Sekarang, pulanglah. Ingat selalu Allah mengawasi setiap tingkah perbuatan yang kita lakukan. Minta Allah membimbing antum mulai dari sekarang. InsyaAlllah, semua akan baik-baik saja." Ustadz Rizal menasihati.
Keenan mengangguk. Sekarang dia merasakan bebannya sedikit hilang. Ada pencerahan yang ia dapatkan dari Ustadz Rizal. Semua saran Ustadz Rizal akan ia lakukan.
Keenan sholat taubat dan hanyut dalam tangisan memohon ampunan kepada Allah. Lalu ia tetapkan hati untuk segera pulang ke rumah. Ia akan menemui Khanza, istrinya.
Bersambung
Teman-teman maaf ya lama gak update lanjutannya karena beberapa hal. Terus support dengan membaca dan kasi vote ya. Ikuti terus kisah Keenan dan Khanza dalam Pesona Suami Kedua. Thank you 🙋
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Suami Kedua (Pernikahan Kontrak)
RomanceFollow dan vote, ya. Keenan pemuda tampan yang nasibnya kurang mujur. Terjebak utang dengan Roman untuk membiayai operasi jantung ibunya. Terpaksa Keenan harus memenuhi syarat untuk menikahi mantan istri Roman yang cantik bernama Khanza, untuk dicer...