Bab 15. Penculikan

380 26 0
                                    

Mila dengan wajah murung keluar dari kamar sudah dengan pakaian rapi. Kemeja dan celana bahan yang agak ia turunkan di bagian perut, tetap saja terasa sesak karena perutnya sudah mulai membesar.

Bu Ida mengerutkan alis melihat Mila. Mila tanpa mengurangi rasa hormat menyalami tangan Bu Ida.

"Mila pamit dulu ya, Bu," ujar Mila.

"Lho? Kamu mau ke mana, Mila?" tanya Bu Ida dengan nada kurang senang. Matanya yang awas plarak plirik ke sekitar, takut banyak tetangga yang lihat dan mulai bergunjing lagi.

"Ehm ... anu ... Mila mau ke pabrik tempat Mila kerja dulu. Mau ngelamar kerja lagi."

"Lah dalah! Emange mereka mau menerima perempuan hamil bekerja apalagi yang seperti ... kamu?"

Mila sudah mau menangis lagi mendengar perkataan Bu Ida yang setajam sembilu, tapi ia berusaha tabah.

"Nggak tahu, Bu. Mila cuma usaha aja. Siapa tahu bisa. Kalau Mila kerja, Mila jadi ada kegiatan dan bisa mandiri, nggak menyusahkan orang lain lagi. Maafin Mila ya, Bu."

Bu Ida bibirnya manyun-manyun melihat Mila. "Ya uwis to kalau kamu maunya begitu."

"Ya udah, Bu. Mila berangkat dulu."

"Hmm ... hati-hati. Awas kejadian lagi."

Bu Ida lanjutin melipat pakaian. Mila berusaha mengabaikan tatap-tatap mata tetangga yang mengarah kepadanya disertai bisik-bisik halus. Sudah pasti bukan membahas hal baik. Mila sudah lumayan terbiasa.

***

Hani selesai dari pasar membawa satu tas belanjaan berisi sayur, ikan, dan beberapa bungkus sabun pesanan Bu Ida. Gadis manis berhijab itu berdiri di tepi jalan menunggu angkutan umum lewat.

Panas mentari terasa menyengat. Hani menutupi wajahnya seadanya. Bukan karena takut terkena paparan matahari, tapi takut matanya kesilauan. Seperti Keenan, Hani juga mempunyai wajah yang rupawan. Boleh percaya boleh tidak. Hani tidak memakai set produk skincare mahal bahkan bisa dibilang tidak pernah. Sehari-hari dia hanya mencuci wajah dengan facial foam, memakai lulur ketika mandi, dan essence untuk wajah saja. Berdandan pun ia tidak terlalu suka. Hanya sesekali memakai bedak dan lipbalm seadanya. Walaupun begitu ia tetap cantik. Banyak yang bertanya apa rahasia kecantikan Hani. Ia biasanya menjawab dengan senyuman dan jawaban ringan saja. Tahu kalau era ini banyak yang suka senewen kalau mendengar ada wanita bisa tampil glowing padahal tidak memakai skincare mahal, tapi rutin mengambil wudhu. Kelihatannya mustahil, tapi memang ada orang-orang beruntung dianugerahkan Allah seperti itu. Salah satunya Hani.

Sebenarnya namanya Honey. Lengkapnya Honey Inka Windasari. Yang memberi nama tentu Zainuddin, ayahnya. Memang selera Zainuddin sedikit berbeda.

"Duh, kok sepi banget. Dari tadi nggak ada angkot yang lewat. Apa aku pesan ojol aja ya ..." Hani lalu mengambil handphone-nya mau pesan ojek online.

Baru mengisi alamat tujuan, tiba-tiba ada mobil Van dengan kaca mobil berwarna gelap berhenti di dekatnya.

Seketika Hani merasakan firasat tidak baik dan mau melangkah pergi. Dalam waktu beberapa menit, tiga orang laki-laki mengenakan topeng ala film V for Vendeta turun dari mobil dan menyergap Hani.

"Ha! Mau ke mana kamu, Sayang?" ujar salah satu laki-laki seraya menghalangi jalan Hani.

"Mau apa kalian?" Hani mengkerut ketakutan melihat tiga orang bertopeng itu.

"Mau nyulik kamulah! Mau apa lagi?" jawab sosok yang lain. Mereka lalu saling memberi kode dan dengan beringas menarik Hani menggiringnya masuk ke mobil.

Hani meronta-ronta berusaha melepaskan dirinya, tapi percuma, kekuatannya kalah jauh dibandingkan ketiga lelaki bertopeng itu.

"Jangan! Lepaskan saya! Tolooong!" teriak Hani histeris. Namun ketiga lelaki itu tidak peduli dan terus menyeretnya masuk ke mobil.

Pesona Suami Kedua (Pernikahan Kontrak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang