Bab 8. Wanita dari Masa Lalu

667 35 2
                                    

Gaes, sebelum baca, follow dulu dong.
Mohon support-nya biar makin semangat nulis. Vote ya temans.

Keenan berlari cepat dan menyambar tubuh Mila tepat sebelum gadis itu melompat dari jembatan. Mila langsung memberontak dan ingin melepaskan diri, masih berkeinginan untuk melompat.

"Mila! Kamu kenapa, Mila? Jangan gila, Mila!" seru Keenan panik.

Mila menangis dan menatap Keenan frustrasi. "Biarin aku mati, Keenan! Udah gak ada gunanya lagi aku hidup di dunia ini!" seru Mila.

Keenan bingung, berusaha menenangkan Mila. "Istighfar, Mila. Sebenarnya kamu kenapa? Masalah seberat apa pun, kita bicarakan baik-baik, ya," bujuk Keenan.

Mila menangis tersedu-sedu dalam pelukan Keenan. Seketika Keenan jadi enggan teringat Mila bukan mahramnya. Namun, seberapa kuat dia mencoba menjauhkan Mila, Mila terus saja mendekapnya.

Tak lama, Gita, kakak perempuan Mila dan suaminya datang, menyelusup di keramaian. Gita langsung menangis panik melihat kondisi Mila.

"Ya Allah, Mila. Sabar, Dek. Jangan lakuin ini lagi," kata Gita.

Keenan jadi semakin penasaran. "Mbak Gita, sebenarnya apa yang terjadi sama Mila? Kenapa Mila jadi begini?" tanya Keenan. Gita memandang Keenan sedih. Gita dan suaminya lalu mengajak Keenan dan Mila pulang dulu ke rumah. Gita berjanji akan menceritakan semuanya.

-oOo-

"Astaghfirullah, tega sekali Vino berbuat seperti itu sama Mila." Keenan langsung terpukul begitu mendengar penjelasan Gita tentang Mila yang telah diperkosa Vino.

"Lalu apa Vino sudah dilaporkan ke polisi?" tanya Keenan.

Gita menggeleng sedih. "Dia berkelit bilang mereka dalam keadaan mau sama mau, jadi hukum tidak bisa menjeratnya. Mila tidak punya bukti yang kuat. Malah yang ada semakin melemahkan posisinya, apalagi Vino dan keluarganya sangat licik."

Keenan terhenyak mendengar penjelasan Gita. Hatinya sangat hancur. Ia tak pernah menyangka kejadian seburuk itu akan menimpa Mila, mantan kekasih yang sudah lima tahun dijaganya. Jika saja Keenan tidak menikah dengan Khanza karena perjanjian muhalil dengan Roman, saat ini ia pasti masih menjalin hubungan dengan Mila dan selalu melindunginya.

Keenan semakin merasa bersalah ketika mendengar teriakan Mila dari arah kamarnya. Mila frustrasi dan histeris, tidak bisa menerima kenyataan. "Ini gara-gara kamu, Keenan! Kenapa kamu ninggalin aku! Kenapa kamu mengkhianati aku dengan menikah sama perempuan lain! Kamu udah bikin aku hancur!" teriak Mila.

Keenan tersentak. Air matanya mengalir tak tertahan. Seperti ada batu besar yang menghantam tubuhnya. "Ya Allah ... ini memang salahku, tapi kenapa harus Mila yang mendapat hukuman?" gumam Keenan hancur.

Gita menggeleng, menatap Keenan merasa tidak enak. "Ini bukan salah kamu, Keenan. Ini udah takdir," ucap Gita.

"Benar, Keenan. Sejak Ayah dan Ibu meninggal, harusnya kami yang lebih memperhatikan Mila. Tapi kami juga telah lalai sebagai keluarganya," ucap Mas Rully, suami Gita, menimpali.

"Keenan! Ini semua gara-gara kamu! Aku udah hancur! Gak ada gunanya aku hidup! Puas kamu, Keenan?!" teriak Mila lagi.

Gita jadi ikut menangis. "Keenan, jangan dipikirkan kata-kata Mila. Dia masih terguncang. Bagaimanapun, kami berterima kasih sama kamu karena udah menolong Mila," kata Gita yang lalu pergi ke kamar Mila menenangkan sang adik.

Selama beberapa waktu, Keenan merasa semakin bersalah mendengar raungan dan teriakan Mila. Sangat wajar jika Mila menganggap Keenan bersalah. Jika saja Keenan tidak memutuskan Mila dan menikah dengan Khanza, malam itu Mila tidak akan mau diajak Vino. Ia tidak akan mau berkeluh kesah pada Vino dan semudah itu diperdaya.

Pesona Suami Kedua (Pernikahan Kontrak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang