Teman-teman mohon support follow dan vote, ya. Biar makin semangat nulisnya.
Khanza baru selesai mengoperasi pasien. Baru saja keluar dari ruang operasi masih berpakaian operasi lengkap dengan penutup kepala. Wajah cantiknya terlihat lelah dengan peluh bertitik-titik di dahinya. Sudah tiga pasien dari pagi ke siang itu ia tangani. Yang terakhir adalah anak kecil berusia enam tahun yang sakit jantung dan menjalani operasi pemasangan ring.
Masih terbayang di benak Khanza wajah anak kecil itu saat sudah dibius. Begitu kecil dan lemah. Sebenarnya tak sampai hati melihat malaikat kecil mengidap penyakit yang membuatnya tak berdaya.
Khanza mendadak pusing dan limbung. Tubuhnya miring hampir terjatuh kalau saja rekan dokter dan perawat tidak menangkap tubuh Khanza.
"Lho? Dokter Khanza kenapa? Mukanya pucat banget," kata Suster Bunga khawatir.
"Iya, nih. Kamu dari kemarin kok lemes terus, Za?" tanya Dokter Anna, sahabat Khanza.
"Aku nggak tahu. Akhir-akhir ini aku pusing dan muntah-muntah terus," jawab Khanza.
"Apa Dokter Khanza kecapekan, ya?" Suster Bunga memegangi lengan Khanza takut sewaktu-waktu Khanza bisa rubuh pingsan.
"Atau jangan-jangan kamu hamil, Za!" seru Dokter Anna.
"Sssst!" Khanza langsung menyuruh Dokter Anna jangan berisik. Namun dua wanita di dekatnya sudah telanjur antusias dan senang.
"Kenapa mesti malu, Za? Udah, ayo kamu buruan periksa, gih. Kabar gembira kayak gini nggak boleh ditunda-tunda." Dokter Anna langsung menarik Khanza yang tampak malu. Ada senyuman merekah di wajahnya. Apa benar ia hamil? Kalau iya, Khanza senang sekali. Keenan juga pasti senang.
-oOo-
Khanza berbaring di ranjang sementara perutnya sedang diperiksa USG oleh dokter kandungan. Tampak di layar monitor menampilkan janin kecil Khanza. Dokter mengalisis detak jantung sambil tersenyum.
"Selamat, ya, Bu Khanza. Bayi Ibu udah berusia dua minggu dan kondisinya sehat," ujar dokter.
"Alhamdulillah." Khanza senang sekali. Matanya langsung berlinang melihat gerakan kecil janinnya dari layar. Sungguh karunia Allah. Dalam waktu cepat Allah menitipkan keturunan di rahimnya. Sesuatu yang bahkan tidak pernah disangka Khanza. Karena dulu Roman dan keluarganya sering mengolok-olok Khanza mandul. Ternyata itu semua tidak benar. Tak henti-henti Khanza mengucap syukur.
Dibantu Dokter Anna, Khanza turun dari ranjang. "Hati-hati, dong, calon mommy," celetuk Dokter Anna ikut senang.
"Makasih ya, Anna. Aku udah nggak sabar mau ngabarin Keenan tentang ini," kata Khanza.
"Ya udah, kamu aku anterin pulang, ya. Sebaiknya kamu jangan nyetir dulu."
Khanza mengangguk lalu berpamitan pada dokter kandungan dan diantar Dokter Anna pulang.
Tak disangka di perjalanan, mobil Khanza dibuntuti oleh mobil Roman.
"Mas Roman? Ngapain lagi sih dia? Pakai buntuti aku segala," rutuk Khanza
Dokter Anna juga ikutan kesal. "Ih, apa-apaan si Roman? Dia tuh masih aja ganggu kamu! Atau kita turun aja nih kasi tahu dia bahwa kamu hamil! Biar malu dia dulu suka hina kamu, Za!"
"Jangan, Na. Nggak perlulah. Mendingan ngebut aja. Nggak usah ladeni dia."
"Ih, ada aja nih bumil maunya ngebut aja. Jangan-jangan anak kamu nanti jadi pembalap."
Khanza dan Dokter Anna tertawa. Sementara Roman masih terus mengikuti mobil mereka. Ciiit! Roman malah nekad menyalip mobil Khanza.
Dokter Anna mengerem mendadak. Mereka sama-sama terkejut. Dokter Anna kesal dan mau turun hadapi Roman, tapi langsung ditahan Khanza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Suami Kedua (Pernikahan Kontrak)
RomanceFollow dan vote, ya. Keenan pemuda tampan yang nasibnya kurang mujur. Terjebak utang dengan Roman untuk membiayai operasi jantung ibunya. Terpaksa Keenan harus memenuhi syarat untuk menikahi mantan istri Roman yang cantik bernama Khanza, untuk dicer...