Chapter 10

2.4K 462 37
                                    

H - 5

Minho benar benar menemui Jisung, bahkan ia tak terlalu memperdulikan ocehan atasannya karena Minho tidak hadir bekerja tanpa alasan yang jelas. Jisung lebih penting saat ini.

"Ada apa?" tanya Jisung terkejut saat Minho tiba tiba saja berdiri di depan kamar apartementnya dan langsung masuk begitu saja saat Jisung membuka pintunya.

Minho tak menjawab, ia sibuk mengubrak abrik isi lemari buku milik Jisung. Jisung tentu saja panik, ia segera menahan lengan Minho, membuat yang lebih tua menghentikan aktifitasnya.

"Tolong katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?" Jisung menatap Minho dengan ekspresi memelas, membuat Minho melunak.

Minho lalu memutar tubuhnya sehingga berhadapan dengan Jisung sekarang, pemuda Lee itu menangkup pipi yang lebih muda lalu mengelusnya lembut.

"Dengar Jisung, aku sudah tau semuanya."

Tubuh Jisung membeku. "Ta-tau apa?" tanya Jisung harap harap cemas, tolong jangan katakan jika Minho tau mengenai kontraknya dengan iblis, namun sayang sekali, Minho memang sudah mengetahuinya.

"Tau jika kau telah menjual jiwamu ke iblis."

Bak disambar petir, Jisung kehilangan kata katanya. Air mata mulai menggenang di mata bulatnya, kenapa? Kenapa harus Minho yang tau? Dari sekian banyak orang kenapa sosok yang paling tidak ingin ia beritau justru mengetahui semuanya.

"Kau bisa mengatakannya padaku sekarang."

Tangis Jisung pecah kala Minho menatapnya lembut. Kenapa Minho masih bisa bersikap seperti ini saat ia jelas jelas tau kalau Jisung adalah manusia hina yang sudah tak memiliki jiwa.

Tubuh Jisung meluruh ke lantai, wajahnya ia tutupi menggunakan telapak tangan, namun suara isakan dapat menjelaskan jika Jisung tengah menangis sekarang. Minho segera bertimpuh di hadapan Jisung, menarik lelaki manis itu ke dalam dekapan hangatnya.

"A-aku hiks...aku putus asa Ho." Jisung mulai bercerita, dengan tangan yang meremat kuat pakaian Minho.

"Aku sudah mencoba menulis sejak lama hiks...ta-tapi tidak pernah berhasil."

Minho menganggukkan kepalanya, sejauh ini ia sudah tau apa motivasi Jisung.

"A-aku diberikan buku itu oleh orang asing, a-hiks aku awalnya tidak peduli namun keputus asaan menggerogotiku." Jisung mengusap air matanya meski hal tersebut sia sia karena kristal bening itu kembali mengalir di mata indahnya yang mulai membengkak.

"Dan ya, aku pada akhirnya melakukannya, aku benar benar menjual jiwaku."

Jisung menjauhkan wajahnya dan menatap Minho dengan senyum kecut yang terpatri di bibirnya. Minho sakit, sangat, melihat bagaimana sosok yang ia cintai jatuh ke dalam titik terlemahnya.

Minho kembali merengkuh tubuh Jisung, memberi kecupan seringan kupu kupu pada pucuk kepalanya, mengatakan jika Jisung tak sendiri saat ini.

Minho benar benar tidak akan meninggalkan Jisung, ia sudah terlanjur jatuh kedalam pesona lelaki manis ini. Hanya karena Jisung telah melakukan hal yang tercela bukan berarti itu bisa menghapus rasa cinta Minho begitu saja.

"Sampai kapan waktumu?"

Sebenarnya Minho tak ingin tau, namun Minho harus jika ia ingin memberikan saat saat terbaik ke Jisung.

"Li-lima hari."

Dan lagi, oksigen di sekitar Minho terasa menipis.

Dan lagi, oksigen di sekitar Minho terasa menipis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continue

Tertanda, 07/05/2020

Bee, berjemur di kulit jeruk //gak gak

When? [Minsung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang