1.Kesedihan

31 13 4
                                    

            Selamat membaca...

Di dalam ruang keluarga sudah ada Naomi sang mama, Kinan adik Raisa dan juga Reyhan Kakaknya, yang tengah berkumpul menikmati kebersamaan mereka. Sedangkan Adit sang ayah tentu sedang bekerja keras untuk keluarga tercintanya.

Di satu sisi Raisa sedang berada di dapur, ia sedang mencuci piring bekas mama dan juga kedua saudaranya makan malam, Naura mencuci sambil melamun.
 
"Kapan aku bisa menikmati makan malam bersama mereka lagi, apa aku tetap hidup seperti ini selamanya?" Tanya Raisa pada diri sendiri. Raisa membayangkan betapa bahagianya kehidupan Raisa yang dulu. Makan malam bersama, bercanda, dan orang tua yang saling menunjukkan perhatian pada Raisa. Raisa juga rindu bergurau dengan kedua saudaranya.

Tak terasa air matanya jatuh di pipi Raisa. Ia segera menghapusnya dan menyelesaikan pekerjaan mencuci piringnya. Lagi pula air matanya tidak mungkin bisa merubah segalanya yang sudah terjadi.

"Raisa .... Raisaa cepet ke sini " teriak mamanya, Raisa pun harus cepat-cepat menghampiri mamanya.

"Ada apa ma ? "

"Kamu ini cuci piring aja lama tau nggak " bentak Naomi
 
"Tau lo kak, lo sengaja ya lama-lama in biar kita nunggu. Udah sana ambil cemilan " sahut Kinan sambil meletakkan kedua tangannya di depan dada.

Sedangkan Reyhan asik dengan game di ponselnya.

"Iya sebentar aku ambil dulu "
Belum sempat Raisa  membalikkan tubuhnya, ucapan Reyhan  membuatnya berhenti.

"Tunggu, abis ini lo kerjain tugas gue, udah pada numpuk d kamar besok di kumpulin " ucap Rey santai dan tetap fokus pada ponselnya.

                            ##

Raisa pun mengerjakan tugas Reyhan setelah Raisa mengantar makanan yang di minta mamanya. Raisa baru selesai mengerjakan tugas Reyhan ketika  jam sudah menunjukkan pukul setengah 12 malam. Sepertinya ia segera butuh meluruskan tulang pinggangnya.

Ia membaringkan dirinya di kasur. Ketika Raisa hendak memejamkan matanya, bayangan kejadian masa lalu datang menghampiri Raisa. Dan saat itu juga air mata Raisa jatuh dan berlanjut pada isakan.

"Aku tidak pernah menginginkan hidup seperti ini dan kejadian itu terjadi, kenapa bukan aku saja yang mati waktu itu hiks ... hikss "
"Aku juga masih butuh kasih sayang mereka" ucap Raisa di sela-sela isakannya. Karna dirinya yang sudah lelah, akhirnya Raisa memutuskan kembali memejamkan matanya.
                         

                           ##

Sekolah SMA Taruna adalah sekolah Raisa dan juga kedua saudaranya. Namun tidak ada yang tau jika mereka adalah saudara kandung. Raisa setiap hari berangkat sendiri menaiki angkotan umum. Meskipun ia adalah keturunan keluarga berada, ia sama sekali tidak kelihatan seperti anak orang kaya. Tampilan seadanya, gaya hidup yang sederhana sekali.

Raisa sekarang kelas XI Ipa2, Kinan kelas XI Ipa3, dan Reyhan  kelas  XII Ips2. Reyhan memilih jurusan Ips karna ia juga harus meneruskan perusahan milik ayahnya nanti. Ia juga harus kuliah lebih dahulu.

Saat Raisa hendak menuju kelasnya, seseorang memanggil namanya.

"Raisaaaa..." panggil orang itu tapi Raisa tidak berhenti juga.
 
"Raisa... ish kenapa lo gak denger sih gue panggil " protes Citra.
 
"Hmm, pantesan kagak denger,  orang dia lagi dengerin musik Hahahah " tawa Bara pecah saat ia menyadari wajah Citra yang sudah asyem.
 
"ishh, lo tu ya Ra kebiasaan banget deh makek gituan saat jalan, bahaya taukk " omel Citra
 
"Hehe,iya maaf habisnya tadi di angkot emak emak pada ngomongin harga gula yang lagi naik " Citra memutar bola matanya malas, ia sudah biasa mendengar alasan Raisa yang tidak masuk akal.
 
"Ya udah kita ke kelas yuk " ucap Bara di angguki keduanya.

Bara dan Citra adalah sahabat Raisa waktu mereka memasuki awal SMA, mereka tidak sengaja bertemu waktu mereka sedang MOS. Bara dan Citra yang memang sudah berteman sejak kecil menjadikan mereka sering sekali adu mulut. Pertemuan yang tak di sangka oleh Raisa. Raisa pikir ia tak akan memiliki teman di sekolah ini. Ternyata Tuhan menyayanginya.

                              ##

Pada saat jam kedua, Raisa benar-benar tidak fokus. Ia hanya melamun sambil memainkan pulpennya.

Tanpa ia sadari guru yang sedang mengajar, mendelik kesal saat tau jika ada muridnya yang melamun. Sebut saja bu Muna, ia menghampiri Raisa dan menggebrak meja Raisa, membuat seluruh murid di kelas terpekik kaget termasuk raisa.
 
"Ayamm " pekik Raisa latah.
 
"Raisa Kania, kamu keluar dari kelas saya " bu Muna menunjuk ke arah pintu.
 
"Yahhh, kok keluar sih bu "
 
"Saya kan mau belajar bu " ucap Raisa memasang muka melas.
 
"Belajar kamu bilang ? kamu dari tadi ibu perhatikan hanya melamun raisa. Sekarang kamu keluar " sergah bu Muna
 
"Sekarang bu ? " mendapat plototan membuat nyali Raisa menciut ia segera keluar dari kelas sebelum gajah meruntuhkan sekolah. Ya ampun murid kok Ngledek gurunya sih, memang tubuh bu muna besar seperti gentong. Hey sudah jangan d teruskan. Kembali ke topik

 Raisa melangkahkan kakinya menuju rooftop. Tempat ini adalah tempat yang paling membuat Raisa nyaman. Tempat ini sejuk di lengkapi kesunyianya. Raisa melamun lagi.

 
"Sampai kapan aku seperti ini ..."
 
"Aku juga merindukan perhatian mereka, sudah 10 tahun hidupku terus menyedihkan" Raisa menatap kedepan dengan air mata yang sudah membasahi pipinya. Ia tidak tau jika di rooftop ini juga ada seseorang yang sedang tertidur. Seseorang itu terbangun karna terganggu, ia menghampiri Raisa.

 
"Nih pake, jangan cengeng jadi cewek " ucapnya sambil menyodorkan sapu tangan hitam dan  meninggalkan Raisa .



Yuhuuuu, hayoo tadi siapa?? gimana gak seru ya :(
Tenang tenang masih ada part lebih seru lagi nantik,di pertengahan atau di akhir cerita hihihi  .


 

Love Me AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang