1

773 24 0
                                    

Skip Revan.

"Bro, yg dateng bareng lo itu kakak lo?" Tanya seorang pria duduk di samping Revan. 

"Iya,"

"Kenapa lo nggak pernah cerita kalo lo adiknya Vanya Agnezia."

Revan ngobrol sama temen² nya hingga akhirnya bel masuk pun berbunyi. Revan dkk langsung ke kelas untuk mengikuti pelajaran terakhir.

"Assalamu'alaikum semuanya." Ucap seorang guru agama yg tak lain adalah pak Fatih.

"Waalaikumsalam pak," Ucap semua murid di kelas 9C.

"Pak Fatih, udah sembuh?" Tanya seorang pria remaja dengan rambut ala rocker star yg tak lain adalah Revan, murid paling bandel dan susah faham kalo soal pelajaran.

"Udah gpp kok, langsung aja kita ke pelajaran hari ini." Ucap Fatih lalu menerangkan saya pelajaran Agama pada murid² nya. 

2 jam kemudian jam terakhir sudah selesai, saat nya pulang. Semua murid ada yg di jemput bawa sepedah sendiri. Peraturan di sekolah ini tidak ada yg boleh bawa kendaraan sendiri kecuali guru.

Revan saat ini sedang menunggu jemputan dari rumah. Untung aja sekolah Revan boleh membawa hp kecuali saat pelajaran harus di masukkan ke dalam tas masing².

"Aduuhh kak Vanya kemana sihh? Lama banget jemputnya. Atau jangan² lupa lagi. Kak hamas jg pasti sibuk. Aku telpon aja dehh."

Revan memcoba menelpon ke dua kakaknya untuk menjemputnya tapi tidak ada satu pun yg angkat.

Saat Revan tengah mondar mandir memikirkan bagaimana ia pulang, tiba2 ada yg memanggilnya dari belakang.

"Revan,"

"Ehh pak Fatih, mau pulang pak?"

"Iya, kmu sendiri kenapa belom pulang?"

"Nunggu kakak saya dateng tapi nggak ada satu pun yg angkat telpon aku. Mungkin mereka sibuk masing². Kakak saya mungkin masih ada di Loksyut trus kak Hamas masih di Kantor."

"Ya udah bareng saya aja, biar saya anterin sampai rumah." Ucap Fatih menawarkan bantuan untuk mengantarkan anak didiknya. 

"Tapi apa nggak ngerepotin pak,"

"Nggak, udah ayuk."

"Makasihh pak, ohh iya bapak masih jomblo kan?" Ucap Revan sambil menaiki motor butut Fatih.

"Hahh!!!  Kenapa kmu nanya gitu."

"Nggak papa pak, soalnya kayaknya bapak sama kakak saya cocok dahh."

"Kok kmu ngomong gitu sihh, jodoh itu udah ada yg ngatur. Insya Allah kalo jodohnya udah berada di depan kita, pasti nggak akan kemana!" Begitulah mereka di perjalanan. Revan bahkan tidak tinggal diam ia terus saja ngegosipin kakaknya.

Sesampainya di rumah, Fatih hanya mengantar Revan tepat di depan gerbang rumah Revan. 

"Udah sampai, maaf ya saya cuman bisa nganterin sampai depan. Soalnya masih ada urusan lain." Ucap Fatih.

"Bapak nggak mampir dulu,?"

"Nggak, assalamu'alaikum." Ucap Fatih lalu meninggal kan rumah besar milik keluarga Revan.

Fatih sebenernya ingin ke kafe untuk melihat keadaan hasil usahanya semenjak dua tahun yg lalu. Fatih merasa tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya. Ia membangun usaha berupa kafe kecil kecilan.

Sesampainya di kafe ia melihat ada seseorang yg baru ia kenal tadi pagi. Siapa lagi kalo bukan Vanya. Vanya sedang asyik makan sambil ngobrol sama teman² SMA nya.

Jodoh Nggak Akan Kemana (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang