"Kenalkan, saya pengedar kafein terbaik."

36 2 11
                                    

Pencerahan dari tukang pengubur raga tanpa nyawa mungkin telah menyentuh jiwa Adel dan Nami. Dengan akal sehat yang masih tersisa, mereka pun mencari masjid di Rahudland.

Sebenarnya mungkin saja keduanya sudah gila karena tiba-tiba terjebak di wilayah asing yang bahkan mereka sendiri tidak yakin mengenai status keberadaan wilayah ini di muka bumi.

Mereka hanya ingin kembali dan merayakan ulang tahun mereka bersama teman-teman mereka. Untung saja ditengah badai pikiran, pengelihatan keduanya masih bisa berfungsi untuk menyadari keberadaan masjid berdinding abu-abu.

Adel dan Nami menginjakan kaki mereka di anak tangga pertama, namun terhenti saat melihat sosok ber hoodie abu-abu muda yang terpisah sekitar 3 tangga didepan mereka.

"Dulu setelah hujan, gua jatoh disini, tiga tangga" gumam sosok itu.

'Hantu?' Batin keduanya.

"Karena sakit hati, akhirnya gua jadi pengedar stimulan" lanjut sosok itu.

"Ga nanya" cemooh Adel dengan volume rendah.

"Bales dong kalo gua ngomong jing, nggak tau apa kalo lu-- ULET!1!1" Dengusan cewek itu terpotong karena makhluk hitam kecil bergerak mendekatinya, meski masih berjarak sekitar 2 meter, cewek itu melompat ke samping.

Mungkin karena pendaratan yang kurang sempurna, cewek itu akhirnya jatuh tiga tangga dengan pantat mendarat pertama.

"Sejarah terulang lagi?" Sindir Nami.

"Bacot, malu-maluin aja" desis cewek itu sambil bangun dan menepuk pantatnya untuk melenyapkan debu atau kerikil.

"Kalian ngapain kesini?" Tanya cewek berhoodie itu.

"Kita mau tobat, karena kita tau kalo agama bukan hal yang bisa log in log out seenaknya" balas Adel.

"Nggak ada siapapun disini" ujar cewek itu.

"Hah?"

"Saat ini penghuni Rahud Land sedang beraktivitas semua, mereka bakal-- oh god, what kind of eyebags are those?? "

"Capek banget" keluh Nami.

Cewek berhoodie itu tersenyum menyebalkan.

"Hoho, kalian bertemu orang yang tepat. Kenalkan, saya pengedar kafein terbaik di Rahud Land. Tinggal katakan takaran dan jenis kopi yang kalian ingin, one shot? Two shots? Atau mau produk hasil olahnya juga? Katakan saja!" Cerocos si pengedar kafein.

"Gua mau caramel machiato.... eight shots, tanpa jamu" ucap Adel dengan nada ngantuk.

"Kamu mending coba kokain" jawab si pengedar kafein datar.

Si pengedar kafein turun dari tangga sambil menghela nafas.

"Ikut gua, kafeinnya ada di markas. Nggak jauh kok" jelas di pengedar.

Adel dan Nami mengangguk dan mengikuti langkah si pengedar. Meskipun punya title 'pengedar', keduanya tidak merasa terbebani karena mereka tahu kalau kafein masih legal.

"Tau gasi gua sering sembelit gitu" ucap si pengedar tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan didepannya.

"Kopi itu banyak zat yang harus dibuang makanya lu jadi sering pipis dan eek, kalo udah ngerasain kaya ada gelembung di perut lu, tinggal nunggu getarannya sampe pantat" lanjut si pengedar.

"Tapi kalo gitu lu pup nya nggak lancar, ntar bolak balik terus" balas Adel.

"Iya ya" ujar si pengedar.

"Ini pembicaraan normal buat kalian?" Tanya Nami heran.

"Nggak ada salahnya ngomongin eek, daripada ngomongin jamu-"

RAHUDLANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang