Bagian Satu

26.2K 987 44
                                    

Aku, Istri Yang Menghancurkan Suami!

"Bagaimana? Apa kamu sudah cari tahu semua informasi tentang dia?"

Laki-laki berbadan tegap dan memakai masker hitam itu mengangguk membuat aku tersenyum lebar.

"Bagus, kamu memang bisa diharapkan! Lalu, apa yang bisa kamu sampaikan padaku?"

"Target bernama lengkap Maya Sania Anindita bertempat tinggal di perumahan emergency blok A." jawabnya.

"Hm, apa dia sudah berkeluarga?"

"Sudah, Bu. Bahkan sudah punya anak berusia 4 tahun, tapi mereka baru saja bercerai karena suaminya sudah tak kuat menghadapi sikapnya yang gila belanja walaupun suaminya kaya. Satu lagi Bu ...."

Aku mengangkat alis satu seakan meminta kelanjutan informasi dari Budi, anak buahku. Anak buah yang selalu aku percaya untuk melaksanakan tugas.

"Ternyata Target masih sangat berharap dan mencintai mantan suaminya, dia sering datang dan mengunjungi suaminya setiap hari. Respon mantan suaminya sangat cuek seolah tak menginginkan si target lagi."

Prok ... Prok ... Prok

Aku menepuk tangan sambil tersenyum menampilkan deretan gigi putihku. Mendengar informasi terakhir membuat ide licik terbesit di pikiranku tiba-tiba. Ide yang akan membuat 'dia' menyesal mampir ke kehidupanku.

Ya, dia adalah perempuan gatal yang datang rumah tanggaku. Wanita yang sudah merebut suamiku.

Sebelumnya, kenalkan namaku Liana, wanita korban pelakor. Mas Tomi suamiku direbut oleh wanita itu, wanita pelakor itu sudah mengobrak-abrik rumah tanggaku yang sudah bertahan kurang lebih lima tahun. Parahnya pelakor itu adalah teman dekat adikku yang ternyata kini menjadi musuh ku.

Aku bukan tipe istri yang di selingkuhi atau suaminya di rebut akan berlarut dalam tangisan. Bukan! Aku tidak selemah dan serapuh itu, semasih aku bisa berdiri tegak diatas kakiku akan aku rebut kembali suamiku. Tapi, berbeda jika suamiku memang benar-benar ingin melepasku ya aku akan melepaskannya dengan sedikit pelajaran.

Ya, pelajaran!

Jika kalian mengatakan aku jahat! Aku memang jahat! Aku kejam! Aku sadis! Aku licik! Toh, itu tidak akan sebanding dengan rasa sakitku dihianati.

Mas Tomi belum tahu jika sebenarnya aku mengetahui perselingkuhannya, tetapi wanita menyebalkan itu tahu. Bahkan seolah menantangku. Aku tahu kenapa pelakor itu mengincar suamiku karena memang suamiku adalah orang kaya, bahkan aku adalah kalangan biasa yang beruntung dinikahinya. Jadi bisa aku pastikan jika si Maya itu ingin menjadi Nyonya Tomi, oh tidak bisa! Aku tidak akan membiarkannya.

"Baik, terimakasih informasinya. Kamu boleh pergi sekarang!" kataku pada Budi.

"Baik, saya mohon undur diri." Budi langsung bergegas pergi meninggalkan aku yang masih berdiri di taman. Aku senang memiliki anak buah sepintar dan seprofesional Budi. Dia selalu saja bisa melaksanakan perintahkan dengan baik seperti mencari informasi tentang pelakor itu. Entah dapat dari mana informasinya aku tidak peduli karena yang aku pedulikan hanya satu, permainan. Permainan balas dendam rasa sakitnya penghianatan!

Aku menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan tak ada yang mengenal dan memperhatikanku tetapi aman, semuanya terlihat normal. Segera aku bergegas pergi meninggalkan taman menuju parkiran mobilku untuk pulang.

-
"Riana?" ucapku tersenyum melihat adikku muncul dari balik pintu masuk rumahku.

"Kak." balasnya tersenyum.

"Kenapa ke sini Ri?"

"Mau pinjem powerbank, Kak. Soalnya Riri sama temen mau kumpul di kafe," jawabnya,  Riri adalah nama panggilan adikku. Aku juga punya, Lili. Namun, sudah jarang yang memanggilku Lili.

"Oh, yaudah bentar ya," kataku sambil menaruh majalah di meja ruang tamu laku beranjak ke kamar.

"Oke siap!"

Setelah mengambil powerbank tak lama aku langsung kembali ke ruang tamu menemui Riana yang masih berdiri di tempatnya.

"Ini, oh ya. Kamu ke kafe sama Maya juga?" tanyaku sambil menyerahakan powerbank pada Riana.

"Hu'um, kan dia juga temen Riri." jawabnya.

"Lah terus anak kamu mana?"

"Di titipin sama Ibu, yaudah Kak, Riri mau berangkat dulu, daaaah!" Riri berlari keluar. Aku hanya menggeleng sambil tersenyum simpul dengan tingkah adik satu-satunya yang aku miliki.

Riana sudah menikah dan mempunyai anak berusia tiga tahun. Tidak sepertiku, aku sudah menikah kurang lebih lima tahun namun Tuhan belum mengaruniai keturunan dan mungkin itu alasannya Mas Tomi menghianatiku. Aku selalu di hina mandul oleh Mas Tomi karena aku belum bisa memberinya anak. Tapi sungguh, aku juga ingin memiliki anak seperti yang lain. Aku ingin rumahku berisik dengan suara tangisan anak tapi apa daya Tuhan masih belum mempercayaiku. Berkali-kali aku program hamil namun lagi-lagi hasilnya sselu nihil dan nihil.

Terkadang aku juga menyalahkan diri sendiri karena tak bisa membahagiakan suamiku dengan memberinya keturunan, namun tetap saja! Mereka yang salah! Bukan aku, andai saja Mas Tomi mau bersabar pasti dia tidak akan selingkuh dan anda saja wanita cangcimen itu tidak menggoda suamiku pasti aku dan Mas Tomi akan baik-baik saja. Mereka berdua yang salah, dua-duanya!

Aku melirik jam dinding yang tertempel di ruang tamu. Sudah jam lima sore Mas Tomi belum saja pulang, padahal biasanya ia pulang jam empat atau paling lambat jam setengah lima.

"Assalamu'alaikum,"

Baru saja aku membatin, Mas Tomi sudah datang dari arah pintu.

"Waalaikumsalam." jawabku tersenyum, aku melangkah mendekati Mas Tomi untuk menyalim tangannya.

"Mas, mau mandi." Mas Tomi langsung melengos pergi begitu saja sebelum tanganku menyentuh tangannya.

Aku menghela napas, inilah yang aku benci dari pelakor. Merebut segalanya, entah jiwa dan raganya. Semakin geram aku setiap hari kalau seperti ini.

Aku mengambil ponselku lalu segera menelpon seseorang.

"Hallo, Sari?" ucapku pada seseorang di sebrang sana.

"Hallo, Bu Liana."

"Boleh saya tanya? Tadi Pak Tomi pulang dari kantor jam berapa, ya?" tanyaku pada Sari, dia adalah sekertaris pribadi Mas Tomi. Dia juga salah satu andalanku di kantor Mas Tomi agar tahu setiap gerak-gerik yang Mas Tomi lakukan.

"Oh itu, tadi Pak Tomi pulang lebih cepat, Bu. Pak Tomi pulang sekitar jam setengah empat."

"Oh, baik terimakasih,"

"Sama-sama, Bu."

Tut.

Panggilan berakhir. Aku meremas ujung bajuku dengan kesal. Kalau Mas Tomi pulang jam setengah empat lalu satu jam setengah dia kemana?

Tak pikir panjang aku langsung menelpon Riana dan untungnya dia langsung menjawab panggilan dariku.

"Iya, Kak. Kenapa?" tanya Riana.

"Maya sudah datang?" tanyaku.

"Oh, belum Kak. Tapi tadi di telepon lagi jalan kesini kenapa?"

"Gak papa, udah lanjutin aja,"

"Iya, Kak."

Aku melempar ponsel ke sofa saking gereget dan emosinya.

Kurang ajar!

Aku tahu, pasti mereka sempat bertemu dulu.

Maya, semakin kamu dekat dengan Mas Tomi semakin itu pula aku akan membuatmu tersiksa!

Ya, aku akan beri pelajaran padanya. Mereka yang terlebih dahulu memainkan permainan ini maka akan aku ikuti hingga tuntas dan mereka juga harus menyelesaikan permainannya hingga selesai.

aku akan mengikutimu!

Maya, aku akan beri sebuah kejutan untukmu! Bersiaplah Nona menyebalkan.

Mas Tomi, akan aku beri pelajaran untuk sang penghianat sepertimu, akan aku balas semuanya sayang!

***

Fiksi ini, tulisan awal 2020 aku up meski rada geli sendiri mak:(

Suami Selingkuh Ya Main Cantik Versi 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang