6

11.6K 802 65
                                    

Hatiku berdebar tidak karuan seolah menerka-nerka apa yang akan terjadi selanjutnya.

Untuk apa Dimas menyuruhku masuk ke dalam kamarnya? Oh tidak, aku benar-benar benci pikiranku.

"Hey! Aku menyuruhmu masuk, bukan bengong!" sentak Dimas mengejutkanku.

Aku menatapnya dengan wajah ketus, ini manusia benar-benar menyebalkan. Demi apapun kalau tidak berkepentingan dengannya, mungkin aku sudah melenyapkan nya sedari dulu.

Cklek!

Perlahan pintu terbuka.

Aku melangkah masuk dan  ....

"Papa! Ini Bunda baru buat Sasa?"

Dimas berjalan ke arah gadis kecil yang aku perkirakan usianya hampir lima tahun itu.

"Iya sayang, ini Bunda. Bunda baru Sasa," kata Dimas memperkenalkanku.

Mataku melotot. Apa katanya? Bunda baru?

Seolah mengerti apa yang aku pikirkan, Dimas menatapku sambil mengangguk.

Baiklah!

Baiklahhh!

Baiklaaahhhh!

Aku tersenyum menatap gadis kecil itu sambil mengangguk.

"Yey, Sasa punya Bunda lagi!!"

Aku hanya bisa tersenyum kebingungan. Melihat situasi sudah kondusif, aku segera menarik tangan Dimas untuk menjauh dari Sasa.

"Apa yang kamu lakukan? Aku bukan Bunda baru untuknya!" tanyaku sewot.

Dimas terkekeh. "Aku sudah membantumu. Kini saatnya kamu membantuku, Sasa putriku sudah kehilangan figur seorang ibu semenjak perceraian itu. Meskipun Maya sering mengunjungiku tapi ia sangat jarang menengok putrinya."

"Maya hanya berusaha untuk kembali menjadi istriku tanpa berusaha kembali menjadi sosok seorang ibu yang baik untuk Sasa."

"Sasa butuh seorang ibu. Sasa ingin diperhatikan layaknya anak biasanya. Dan aku  ... mempercayakan kamu sebagai ibunya. Kamulah Bunda baru untuknya."

Mendengar ucapan Dimas segera aku meboleh kebelakang menatap wajah polos Sasa yang menunggu kami berbicara.

Gadis kecil itu?

Korban dari orang tuanya?

Aku menarik napas panjang sedetik kemudian mengeluarkannya sambil menatap Dimas yang terus memperhatikanku.

"Iya-iya, aku mau. Tapi  ... aku hanya menjadi Bunda baru untuk anakmu ya, bukan istri baru untukmu!" ketusku kesal.

Dimas tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putihnya yang rapih.

"Terimakasih, Liana."

Aku menggedikkan bahu dan langsung kembali ke Sasa yang menunggu kami.

Wajah Sasa mirip sekali dengan Maya, itu membuatku merasa sedikit risih. Namun, saat aku melihat bola matanya, ia tampak sekali mirip dengan Dimas. Ah, entahlah. Namanya juga perpanduan.

"Bunda tau nggak? Sasa seneng banget ngeliat Bunda, Bunda Sasa cantik kayak Putri Aurora di Disney," ucap Sasa dengan mata berbinar-binar.

"Oh ya? Memangnya Bunda secantik itu?" tanyaku.

"Sangat Bunda. Bahkan Bunda Sasa kayaknya yang lebih cantik dari Putri Aurora deh," jawabnya girang.

Aku terkekeh lalu memeluk seorang anak dari pelakor rumah tanggaku. Aku hanya marah pada ibunya, bukan anaknya. Jadi, tak ada alasan untuk aku bisa memberikan kasih sayangku pada Sasa.

Suami Selingkuh Ya Main Cantik Versi 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang