"Apa katamu? Pacar?" tanya Maya.
Dimas merangkul lalu mencium kening ku sesaat.
What?
Apa ini?
Si manusia ini menciumku? Walaupun hanya kening tapi ia menciumku!
No!
Tidaaakkk!
Aku hanya terdiam memaku menatap wajah menyebalkan Dimas di hadapanku.
"Tidak! Kamu pasti bercanda kan, Dimas? Dia hanya kolega kerjamu kan?" tanya Maya tampak tidak terima.
"Aku serius, May. Silviana ini pacarku dan akan menjadi Bunda untuk Sasa. Dia akan menggantikan posisimu," sahut Dimas tersenyum menyeringai.
Maya menggeleng. "Gak, dia gak akan bisa rebut posisiku! Sasa anakku!"
"Lebih tepatnya anak yang kamu telantarkan?" tanya Dimas tertawa kecil meremehkan.
Maya tergagap, ia hanya bisa menatapku penuh amarah. Aku takut, takut akan tatapannya. Bukan takut untuk menghadapinya, tapi takut aku tertawa melihatnya.
Hahaha ....
"Sasa!!!" teriak Maya memenuhi sudut ruangan.
Gadis kecil itu keluar dari kamar dengan wajah bantal yang terkejut.
"Mama?"
Mama? Dia menyebut Maya mama tapi kenapa menyebut aku Bunda?
Hmm.
"Sasa, putriku. Sini!" perintah Maya sambil mengisyaratkan Sasa mendekatinya.
Sasa hanya diam, ia tak bergerak di posisinya sekarang. Ia hanya menatap kosong kearah Maya tanpa berniat untuk menghampiri sang Mama.
"Sasa, sini sayang." Maya terus menyuruh Sasa mendekatinya dengan isyarat tangan.
Aku, Dimas dan Maya sama-sama menatap Sasa yang menatap kosong kearah Maya.
Kaki Sasa terangkat pertanda gadis kecil itu hendak berjalan.
Langkah demi langkah ....
Sasa terus berjalan pelan.
Bibir Maya tersungging melihat putrinya berjalan hendak menghampirinya.
Namun ....
"Bunda, katanya mau jalan-jalan?"
Mataku membulat. Apa? Bunda? Dia memanggilku? Bukan memanggil Maya!
Aku melirik Dimas yang tersenyum kearahku lalu melirik Maya yang wajahnya sudah memerah menahan malu.
"Na-nanti dulu ya, sayang," jawabku gugup.
"Sekarang ya, Bunda."
Aku menatap Sasa dengan tatapan dalam. Aku baru saja selesai make up, dan gadis kecil ini? Dia mengenaliku.
Itu tandanya, ia benar-benar menganggap aku Bundanya?
"Sayang, ini Mama. Jalan-jalan sama Mama aja yuk," ajak Maya terus berusaha merayu Sasa untuk mendekatinya.
Kalian tahu reaksi Sasa?
Jangankan berjalan mendekati Maya, menoleh ke arah Mamanya saja tampak tak sudi.
Aku menarik tapas lalu berjongkok menyeimbangkan tubuhku dengan tubuh kecil Sasa.
"Sasa, kamu gak boleh gitu sayang. Itu mama Sasa loh jadi Sasa harus sopan. Sekarang Sasa cium tangan Mama sana," ucapku sambil mengelus kedua pipi Sasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Selingkuh Ya Main Cantik Versi 2
Художественная прозаBerbeda dengan Lila istri si super jahil yang melawan Pelakornya. berbeda dengan Liana, dia begitu bermain cantik dan elegan. bahkan, ia bisa dikatakan membunuh secara perlahan. go! baca, jangan lupa vote! komen!